WEBINAR PENDIDIKAN : “MENJADI ORANG TUA YANG MEMBAHAGIAKAN ANAK” (Bag.2)

0
318

WEBINAR PENDIDIKAN FOSIS SDIT INSANTAMA
“MENJADI ORANG TUA YANG MEMBAHAGIAKAN ANAK” (Bag.2)

Penulis: Nismira Chantialina

Pada acara Webinar Pendidikan SDIT Insantama Sabtu, 19/06/21 ini, selanjutnya Abah Ihsan menjelaskan tentang perbedaan antara kebahagiaan dan kesenangan:
Pertama, kesenangan umumnya berbentuk fisik, misalkan makanan, mainan, dll.
Kedua, kesenangan itu bersifat sementara (merasa senang di awal, namun lama kelamaan menjadi bosan).

Sementara, kebahagiaan itu ada didalam pikiran kita dan bersifat kualitatif. Kebahagiaan terletak pada proses pencapaiannya. Abah Ihsan mencontohkan, ketika orang tua ingin membahagiakan anak dengan mengajak pergi berlibur, maka sebaiknya orang tua tidak hanya fokus pada tujuan akhirnya, tetapi berusaha menikmati prosesnya dengan menyediakan dirinya untuk anak-anaknya. Membersamai anak, berkomunikasi dengan anak (komunikasi 2 arah), bermain bersama. Karena justru disitulah letak kebahagiaan anak, yaitu ketika orang tuanya ada bersama mereka, tidak hanya fisiknya, tetapi juga pikiran dan hatinya pun fokus pada anak-anaknya.

Abah Ihsan memberikan beberapa tips bagaimana cara agar kita sebagai orang tua bisa membahagiakan anak.
Sedapat mungkin orang tua harus bahagia terlebih dahulu. Orang tua yang tidak bahagia, maka tidak bisa berbagi kebahagiaan dengan anaknya. Kebahagiaan tersebut termasuk dalam hal bersabar dan berusaha menikmati setiap proses dalam mendidik anak, termasuk melakukannya dengan bertahap dan terstruktur. Contohnya, mengajarkan tentang iman terlebih dahulu baru kemudian mengajarkan Al Qur’an, mengajarkan adab dulu baru ilmu, mengajarkan tentang akhlak dulu baru tentang prestasi. Karena semua ada waktunya.
Orang tua harus banyak memberi untuk anak, bukan justru banyak menuntut anak. Memberi untuk anak berarti menyediakan waktu, pikiran dan tenaganya untuk fokus membersamai anak. ‘Tidak ada kebahagiaan tanpa adanya kebersamaan’. Serta tak lupa untuk bersyukur, menerima dan menikmati setiap prosesnya. Orang tua perlu melakukan 3B, Bermain bersama, Bicara (komunikasi 2 arah), dan Belajar. Belajar dalam hal ini adalah orang tua belajar menambah ilmu sebagai bekal untuk membersamai anak, termasuk menyediakan majelis ilmu di dalam keluarga. Membuat program-program ilmu yang bisa dilakukan bersama seluruh anggota keluarga semisal One Day One Juz, One Day One Hadits, dll.

Orang tua harus bisa menyeimbangkan antara kasih dan sayang kepada anaknya. Abah Ihsan menerangkan, orang tua pengasih akan memberi nasi goreng untuk anaknya, sementara orang tua penyayang akan melatih anaknya untuk membuat nasi goreng untuk dinikmati bersama. Orang tua pengasih akan memberikan mainan, tetapi orang tua penyayang akan membatasi anak kapan boleh bermain.

Di akhir materi Abah Ihsan mengingatkan bahwa bentuk rasa sayang orang tua kepada anak seharusnya terletak pada kebutuhan anak. Anak butuh belajar untuk mengurus dirinya sendiri, anak butuh belajar untuk peduli dengan sekitarnya, mengerjakan tugas-tugas rumah tangga untuk membantu orang tua, berkontribusi di dalam keluarga dan masyarakat, dan bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri khususnya ibadahnya. Karena itulah pelajaran kehidupan yang sebenarnya, yaitu mempersiapkan anak untuk kelak berpisah dengan orang tuanya. Jangan sampai orang tua lebih mempedulikan tentang pelajaran akademik anak, tapi abai dan lalai untuk mengajarkan pada anak tentang pentingnya tanggung jawab.

Sesi selanjutnya adalah pertanyaan dari peserta webinar. Dari dua pertanyaan yang diajukan secara garis besar terkait dampak buruk penggunaan gadget dan social media bagi anak-anak.
Abah Ihsan menjelaskan aturan terkait penggunaan gadget pada anak-anak, yaitu aturan 3D:
1. Dibutuhkan, anak-anak boleh menggunakan gadget asal dibutuhkan. Misalkan untuk mencari informasi terkait ilmu pengetahuan.
2. Didampingi, anak hanya boleh menggunakan gadget di tempat terbuka (diluar kamar) dan harus didampingi oleh orang dewasa yang memiliki otoritas dan ketegasan terhadap anak. Jika tidak ada yang bisa mendampingi maka anak harus menunda penggunaan gadget tsb.
3. Dipinjamkan, gadget yang digunakan anak berstatus milik orang tua dan hanya dipinjamkan, bukan milik anak

Dan pelanggaran atas aturan diatas harus memiliki konsekuensi yang tegas dari orang tua, misalkan waktu main anak pada hari ini dikurangi/dihilangkan, dll. Abah Ihsan mengingatkan pentingnya mengatur penggunaan gadget pada anak-anak, karena perkembangan otak anak-anak umumnya masih mengutamakan kesenangan bukan kebutuhan. Sedangkan kesenangan khususnya terkait penggunaan gadget harus dibatasi agar anak tidak kecanduan dan meminimalisir dampak buruk dunia maya bagi anak.

Di akhir materi Abah Ihsan kembali menekankan bahwa cara sederhana untuk membahagiakan anak adalah dengan menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk fokus pada anak, membersamai anak, menikmati prosesnya dan melakukan kegiatan 3B yaitu Bermain bersama, Bicara (komunikasi 2 arah), dan Belajar. Kemudian acara webinar dilanjutkan dengan pembagian doorprize dan ditutup dengan pembacaan doa oleh ustadz Muhibudin.

Alhamdulillah acara webinar berjalan lancar, dan semoga ilmu yang didapat menjadi keberkahan, aamiin.[]