Budaya Literasi Calon Pemimpin Sejati

0
410

Budaya Literasi Calon Pemimpin Sejati

Penulis: Cut Putri Cory

“Lebih bisa membuat kita dekat dengan buku. Kita bisa jadi literat, jadi penyemangat kita buat baca buku ke depannya,” pendapat Fatimah Aini tentang acara Literation Day. Siswi dari kelas 9F ini dihampiri penulis saat sedang membaca sebuah novel sejarah yaitu Ghazi.

Keheningan yang dilatarbelakangi instrumen musik mengalun pelan menemani seluruh peserta Literation Day SMPIT INSANTAMA hari ini, Sabtu (30/10/2021). Semua mata menunduk kepada buku yang dipegang, sambil duduk berbaris rapi di atas sajadah yang digelar di Plaza sekolah.

“Ana suka alur ceritanya. Ana jadi terbuka pemikirannya. Novel ini bagus, gak hanya memberikan perspektif dari sisi kaum Muslimin tapi juga pandangan non-muslim terhadap penerapan Islam yang dikagumi,” Aini menjelaskan alasannya.

Terlihat salah satu guru yang sedang membaca buku Memoar Sultan Abdul Hamid II, Pak Cahyadi. Beliau berada di tengah-tengah peserta dan turut menyampaikan pesannya, “Di sela-sela kesibukan belajar, harus menyempatkan diri membaca buku. Dalam kegiatan ini ananda terpancing untuk menamatkan bukunya, difasilitasi. Tentunya ini untuk melatih literasi mereka, menambah pengetahuan juga, dan ilmu baru buat mereka.”

Hadir dalam agenda spesial ini, ketua Fosis SMPIT Insantama. Beliau mereview buku yang berjudul Masuk Syurga tanpa Ibadah. Menurutnya, buku ini menarik karena ternyata banyak hikmah di dalamnya. “Setiap bab ada kisah yang masyhur di kalangan para ulama, ini menarik. Misalnya, ada kisah tentang singkong dan kambing.”

Dalam paparannya, Pak Ponco Nugroho, mengisah tentang seorang petani yang sangat hormat kepada Kyainya, dia menyerahkan hasil pertanian singkongnya kepada Pak Kyai. Kemudian dibalas dengan memberikan seekor kambing. Hal itu lalu menjadikan seseorang lainnya cemburu dan memberikan kambing kepada Pak Kyai, “Dia berharap mendapatkan yang lebih, ternyata Pak Kyai hanya memiliki singkong pemberian orang yang pertama tadi di rumahnya, dan itulah yang dia berikan. Jadi, Pak Kyai kembali mendapatkan kambing, dan orang yang (berbeda niatnya) itu hanya mendapatkan singkong,” papar beliau.

“Niat yang berbeda akan mendapatkan hal yang berbeda. Ketika kita menajamkan niat kita dalam mencari ilmu, pasti Allah akan memberikan yang istimewa juga. Tapi kalau kita tak menguatkan niat, kita akan susah untuk menjalaninya,” tukas Pak Ponco memotivasi seluruh peserta.

Review buku juga disampaikan oleh perwakilan guru, Pak Nurfajarudin. Beliau menyampaikan isi buku sejarah yang dibacanya, salah satunya buku karya Nicko Pandawa yang dieditori oleh Pak Nur Fajarudin, “Ini dari skripsi, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah. Buku ini menjelaskan pergerakan Islam di Nusantara pada masa itu.”

Beliau juga mereview buku lainnya, sambil mengangkat untuk menunjukkan buku itu, dia katakan, “Ini buku tulisan orang Belanda. Pak Fajar tertarik membaca buku ini karena tertarik menelaah tentang jaringan ulama di Nusantara. Apa hubungannya debus dengan Shalahuddin Al Ayyubi? Itu ada di buku ini. Kenapa setiap Maulid Nabi kita membaca shalawat? Ada di buku ini,” ujarnya.

Pak Fajar kemudian menyampaikan satu buku yang dipesannya dari Belanda, buku yang ditulis oleh Ismail Hakki, “Ini shahih Bukharinya arsip Utsmani dan Nusantara. Kalau antum pergi ke pusat arsip Utsmani di Istanbul, itu ada banyak sekali dokumen. Yang paling terverifikasi itu di buku ini. Isinya kumpulan surat dari Sultan-sultan kita di Nusantara dengan Kekhilafahan Utsmaniyah.”

Pak Fajar kemudian memotivasi peserta untuk mementingkan buku, diucapkannya kutipan perkataan tokoh-tokoh. Nampak seluruh peserta bersemangat. Dan di penutup pesannya, dia katakan, “Selamat membaca, antum semua harus menjadi generasi literat,” tutupnya.[]