Training Nidhom Ijtima’i (Sistem Pergaulan): Pastikan Diri Terjaga Meski di Media Sosial

0
1010

Training Nidhom Ijtima’i (Sistem Pergaulan): Pastikan Diri Terjaga Meski di Media Sosial

Penulis: Detty Intan Sari

Islam adalah agama yang sempurna mengatur kehidupan manusia. Termasuk pergaulan mereka. Baik pergaulan di dunia nyata maupun di media sosial. Namun, kebanyakan orang belum paham bagaimana sebenarnya pengaturan Islam jika interaksi antar manusia terjadi tidak di dunia nyata.

Maka, tema ini menjadi hal yang penting untuk dibahas apalagi pada kondisi saat ini. Akibat adanya pembatasan pertemuan secara langsung atau tatap muka karena pandemi, tentu media sosial menjadi alternatif yang banyak digunakan.

Pada tanggal 28 Maret 2021 hari Ahad, Islamic Boarding School (IBS) Insantama Bogor melangsungkan Training Bulanan yang mengangkat tema “Pastikan Diri Terjaga Meski di Media Sosial”. Training ini dikhususkan untuk angkatan tiga yaitu kelas IX SMP dan XII SMA. Hadir sebagai pembicara yaitu Ustadzah Dra. (Psi) Zulia Ilmawati (Ketua RnD dan Konsultan Psikologi SIT Insantama) dipandu oleh Ustadzah Nurul Uyun sebagai moderator dan Ustadz Rian Triana sebagai MC.

Training dibuka dengan salam sapa oleh MC dan dilanjutkan dengan acara inti oleh Ustadzah Zulia dan Ustadzah Uyun. Tema pembahasan yang menarik dan penjelasan yang runut membuat peserta training mengikuti acara dengan penuh antusias.

Para santri digambarkan tentang apa itu media, ragamnya, dampaknya dan kaitan media sosial dengan remaja. Diantara dampak negatif media sosial adalah kecanduan, tidak bersosialisasi secara nyata karena terlalu sering menggunakan media sosial, malas melakukan kegiatan tertentu, konsumtif dan mudah mendapat pengaruh buruk. Sedangkan dampak positif dari media sosial antara lain, kemudahan dalam berbagi informasi, menumbuhkan pemikiran kritis, meningkatkan kemampuan menggunakan teknologi dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Bagi remaja, media sosial juga menjadi sarana untuk eksis.

Setelah itu, dibahas juga bagaimana etika bersosial media. Dimana etika seorang muslim dalam menggunakan media sosial nyaris sama dengan etika di kehidupan nyata; yaitu berakhlak baik dengan cara memberi, menerima, dan membagikan hal-hal yang baik kepada sesama dengan tujuan menjadi hamba Allah yang bertakwa. Tidak meninggalkan sesuatu yang telah diwajibkan oleh syariat. Tidak terjerumus pada hal-hal yang diharamkan. Seperti ghibah, membuka aib saudaranya, pornografi, hoax, bullying, termasuk interaksi dengan lawan jenis yang dilarang. Memenej waktu dan mematuhi perundang-undangan tentang informatika dan teknologi.

Pada bagian akhir pembahasan dijelaskan tentang pandangan Islam terkait hal ini. Dalam Islam, “Hukum asal segala sesuatu itu diperbolehkan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”. Dalam menggunakan media sosial tidak cukup hanya dengan ilmu saja, tetapi harus dibekali dengan iman dan takwa. Media sosial ibarat dua mata pedang, ketika seseorang mampu menggunakannya dalam hal yang bermanfaat, maka kebaikanpun akan menyertainya. Tetapi sebaliknya, jika seseorang tidak mampu menggunakan dalam hal yang bermanfaaat justru menambah kerusakan, maka keburukanpun akan menyertainya.

Selain itu, Islam memiliki pandangan yang khusus tentang pergaulan. Islam melarang khalwat, memerintahkan menundukkan pandangan, tidak melakukan interaksi yang dilarang, terpisahnya laki-laki dan perempuan, juga adanya batasan mahram dan non mahram.

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang seru dan menarik dipandu oleh moderator hingga terjawablah bagaimana agar interaksi tetap terjaga sekalipun di media sosial. Santri juga didorong untuk memanfaatkan media sosial untuk hal bermanfaat dan menjadi inspirasi kebaikan bagi orang lain dengan tidak lupa untuk selalu membentengi diri dengan keimanan kepada Allah SWT. Dan acara pun selesai setelah doa dan penutup oleh MC. [dis]