Ramadhan di Berbagai Negeri, Siswa SMPIT Insantama Bogor Menyapa Alumni

0
658

Ramadhan di Berbagai Negeri, Siswa SMPIT Insantama Bogor Menyapa Alumni

Penulis : Cut Putri Cory

Ini merupakan hari kedua agenda Kristal Ramadhan yang diadakan SMPIT Insantama Bogor. Terasa berbeda dengan kemarin, hari ini seluruh siswa bersilaturahmi dengan kakak-kakak alumninya yang sedang berkuliah di luar negeri. Hadir dalam forum ini beberapa alumni yang saat ini menetap di Al-Azhar Kairo, Australia, dan Turki.

Pak Ageng membuka acara dengan semangat yang sama seperti kemarin. Dia meminta seluruh peserta untuk membaca Alqur’an selama sepuluh menit dan operator men-spotlight perwakilan siswa ikhwan dan akhwat di zoom meeting hari ini, Jumat (16/4/2021).

Acara kemudian berlanjut ke sesi Talkshow Inspiratif bersama Ikatama (Ikatan Alumni Insantama) yang bertema “Ramadhan 2021, Apa yang Beda?”. Syawal dan Falah memandu talkshow di room ikhwan, Yasmin dan Ayra menjadi moderator di room akhwat.

Ghozyuddin Fawwaz, salah satu alumni Insantama yang tergabung dalam Ikatama, menjelaskan bagaimana perbedaan situasi Ramadhan di Indonesia dan Mesir. Ghozi, panggilan akrabnya, saat ini berkuliah jurusan Dirasat Al-Islamiyyah Wal ‘Arabiyyah, Universitas: Al-Azhar Kairo. Dia ditanyai oleh Falah dan Syawal tentang pengalaman melalui Ramadhan di Mesir dalam masa pandemi, “Shalat tarawih tak bisa lagi berlama-lama,” dia juga menjelaskan bahwa perbedaan yang paling signifikan adalah saat masjid menjadi sepi padahal masjid merupakan pusat kegiatan pada bulan Ramadhan.

Dia menjelaskan tips menjalani Ramadhan pada masa pandemi yang ditanyakan oleh Syawal dan Falah, dikatakannya, “Kita harus cerdas dalam menjalani Ramadhan, seperti dalam salah satu nash disampaikan bahwa orang cerdas itu adalah orang yang bisa meneguhkan dirinya sendiri dan beramal untuk apa-apa yang ada setelah kematian. Jadi bukan hanya pada saat dia hidup, tapi untuk persiapan kematian. Berarti orang cerdas itu orang yang ingat mati. Kita menjalani puasa ini biar semangat 100%, kita harus cerdas. Dan ajal itu pasti datang, tapi kita tak ada yang tahu kapan ajal itu datang, maka kita sebagai mukmin harus berpikir bahwa ini bisa jadi Ramadhan terakhir, jangan sampai kita menyia-nyiakannya. Lalu tentukan target, setelah Ramadhan itu mau dapat apa?” Tukas Ghozi.

Ramadhan ini ibarat madrasah, lanjut Ghozi, ini tempat pelatihan, kita harus punya target apa yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan ketakwaan. “Tentukan target, jangan melewati Ramadhan sekadar formalitas tapi tak ada value-nya. Orang yang tak punya target itu bingung. Ubah mindset kita.”

Sementara Ayra dan Yasmin di ruang zoom akhwat kedatangan tamu Alfi Majidah, alumni Insantama yang saat ini berkuliah di jurusan Aged Care (Nursing), Universitas TAFE, NSW, Sydney. Alfi sempat membagikan pengalaman bagaimana situasi umat Islam di tempatnya bermukim, “Di Australia, total populasi Muslim cuma 2,6%. Ada lebih dari 200 negara yang datang ke Australia, itu membuat Australia akhirnya disebut Multicultural Country. Di sini kita tak punya ruang bebas untuk menyampaikan Islam, beda dengan Indonesia.”

Agaknya apa yang disampaikan Alfi patut membuat kita yang berada di Indonesia bersyukur kepada Allah atas nikmat kelapangan dalam melakukan aktivitas dakwah. Alfi menggambarkan situasi mempertahankan identitas, perjuangan untuk kokoh berdiri di atas akidah Islam di negeri minoritas Muslim seperti Australia.

Selain itu, Alfi juga memapar bagaimana pengalaman para pelajar Indonesia di luar negeri yang menjalani peran ganda, “Saat kita sudah paham Islam, kita ini pengemban dakwah. Kita seimbangkan semua pelaksaannya dengan dimensi akhirat, semua itu ibadah kepada Allah,” tukas Alfi saat memotivasi seluruh peserta, dia membandingkan dengan kondisi bahwa ada pelajar-pelajar di luar negeri yang menjalankan peran sebagai pelajar sekaligus pekerja.

Sementara itu, di room zoom ikhwan, turut hadir Adam Fathul Qadar, dia saat ini berkuliah di jurusan Syariah Islamiyyah, Universitas Al-Azhar Kairo. Dalam forum bersama adik-adiknya ini, dia memapar hal yang senada dengan Alfi, fenomena peran ganda sebagai pelajar dan pekerja yang dijalani dalam perjuangan hidup merantau di negeri orang. “Tanggung jawab saya bertambah, pertama adalah seorang Thalibul Ilmi yang bercita-cita untuk menjadi pengemban Islam yang terpercaya, juga sebagai hamilud dakwah, juga sebagai muaddib. Itu perlu diatur, terkait dengan pelajar, ini harus benar-benar kita perhatikan,” katanya. Adam turut mendoakan seluruh adik-adik kelasnya dan memotivasi agar menjalankan ibadah secara totalitas di bulan Ramadhan ini.

Dalam dua forum terpisah itu juga turut hadir membagi inspirasinya, dua kakak kelas alumni Insantama yaitu Muhammad Telaga Al Kautsar yang sedang menyambung sekolahnya di Fatih Sultan Mehmet İmam Hatip Lisesi, Turki, dan Faizah Nasyithah Hasna dari Al-Azhar Kairo jurusan Syariah Islamiyah.

Setelah talkshow, peserta disuguhkan penayangan video reportase yang diwakili oleh para guru ke pesantren-pesantren dan mushalla di Bogor. Kegiatan berbagi dalam bulan Ramadhan adalah aktivitas istimewa yang tak mudah, tapi semuanya berhasil dilakukan meski tengah berpuasa. Semoga menjadi amal shalih yang jariyah di sisi Allah bagi seluruh tim dan siswa siswi SMPIT Insantama Bogor, karena sejatinya “Apa yang sesungguhnya merupakan harta kita adalah yang kita sedekahkan” seperti kutipan tim baksos Kristal Ramadhan 2021.

Dalam forum di hari kedua ini turut memberi tausiyah Ustadz Rahmat Kurnia yang menyampaikan sekaligus menyeru seluruh peserta untuk menjadikan momen bulan Ramadhan untuk menjadi sahabat bagi Alqur’an. Setelah itu, masih ada video skema (sketsa Ramadhan) yang diperankan oleh para guru SMPIT Insantama Bogor. Video membahas aktivitas main game sepanjang Ramadhan yang sia-sia harus dihindari, dan lainnya.[]