Parentama SMAIT Insantama 2020

0
922

Mempersiapkan Generasi Tangguh Calon Pemimpin

Sinergi Orang Tua dan Sekolah Untuk Pendidikan yang Lebih Baik

Catatan Hari Pertama, Sabtu 11 Juli 2020

Selamatkan Orang Tua dan Anak di Dunia dan Akhirat !

Kenapa harus mendidik anak? Karena kewajiban. Ditinggalkan, berdosa.

Anak usia dini seperti gelas kosong, diisi oleh orangtuanya, hingga full.

Remaja gelasnya sudah terisi sebagiannya. Oleh pergaulan, bacaan, tontonan, dan sebagainya.
Sehingga membutuhkan komunikasi dialog, penjelasan. Atau upaya memahamkan.

Ayah wajib mendidik ibu dan anak, sehingga lebih berat tanggung jawabnya. Ibu dan ayah bertanggung jawab atas pendidikan anaknya.

Secara kronologis parentama SMAIT, mengalur sebagai berikut:

Acara dibuka oleh MC, Pak Ahdati. Diawali pantun dan sapaan yang menarik dan memikat hati para peserta. Maklum sejak Pra LKMA angkatan Exploring Turkiye 2017, beliau dinobatkan oleh Pak Dirsis (Pak Karebet WK) sebagai Pujangga Insantama atas kemampuannya berpantun “menyihir” publik Yogyakarta saat itu. Hal itu sebagai salam hangat dari kami.
Kemudian Tilawah.
Dan tak ketinggalan, yel-yel khas kegiatan parenting Insantama. Yel-yel ini tiap tahunnya berbeda-beda. Agar tetap dengan semangat terbarukan !

Selanjutnya sesi pertama, bertema “Keluarga Samara Mendidik Remaja”. Ustadz Dr. M. Rahmat Kurnia menjadi narasumbernya.

Dan intinya adalah dalam mendidik anak perlu sinergi: Ayah, ibu, dan anak. Tanpa sinergi sulit mewujudkan anak yang shalih.

Sebelumnya Ustadz Rahmat menanyakan motivasi parenting, kepada peserta. Dan diperoleh berbagai jawaban peserta, diantaranya:

Ingin menambah ilmu

Belajar mendidik anak milenial agar menjadi anak dengan akhlak yang baik

Ingin sama-sama, selamat dunia dan akhirat. Dan sebagainya !

Semua jawaban luar biasa !

Kemudian penayangan video. Ketika tayangan video ditampilkan oleh beliau, sungguh manusia sangat kecil bila dilihat dari langit, ribuan/jutaan km. Dibanding alam raya yang begitu besar. Manusia bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Dikalahkan oleh semesta. Tak ada daya dan upaya kecuali kehendak Allah SWT.
Hal ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa manusia itu kecil, lemah, dibanding dengan alam raya ciptaanNya yang begitu luas. Manusia tidak pantas untuk sombong.

Dilanjutkan dengan penayangan video ke 2 yaitu tentang perubahan fisik manusia, yang pada akhirnya menjadi tua, meskipun dulunya muda gagah, anggun, atau memesona. Ketika sudah berangsur menua, maka fisik manusia tidak berdaya lagi, ketampanan, kecantikan akan sirna. Akhirnya, seharusnya manusia sadar bahwa seharusnya ia hidup untuk Allah SWT. Karena, toh nantinya akan kembali kepada-Nya. Maka diperlukan komitmen untuk menjalankan kehidupan yang benar. Termasuk mendidik anak.

Pada sesi itu, orangtua berkomitmen terlebih dulu mengucapkan kepada pasangan, suami-istri secara bergantian saling meminta maaf atas kesalahan-kesalahan dan saling mendoakan.

Kemudian prinsip yang harus tertanam pada orangtua sebelum mendidik anak: Bila ingin menjadikan anak shalih maka orangtua terlebih dahulu yang mestinya shaleh/teladan. Keshalihan anak pangkalnya dari orang tua. Suami istri harus menjadikan keluarga sakinah, mawaddah, warahmah dan selanjutnya akan harmonis dan kompak dalam mendidik anak-anaknya.

Jangan sampai terjadi: Orangtua bercita-cita mempunyai anak yang shaleh/ah tetapi terkadang orang tua lupa memberi teladan.

Ada langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mewujudkan keluarga SaMaRa (sakinah, mawadah, warahmah):

1. Luruskan niat, bertawakal-lah kepada Allah.
Sebagai kunci kekuatan jiwa. Bersihkan hati, niatkan ibadah.

2. Suami/ayah, Ibu/istri, dan anak, harus satu visi yang sama.
Jika ingin shalih/sukses dunia dan akhiratnya, bisa didapat dengan mendalami Islam. Dalam Islam semua pstunjuk hidup sudah ada. Lengkap dan komplit.

3. Jadikan kebiasaan membaca dan mengkaji Al Qur’an di rumah tangga muslim.
Seringkan membaca Al Qur’an. Bahkan membaca al Qur’an bareng, bisa merekatkan keluarga. Membuat suasana menjadi sejuk dan nyaman.

4. Harus jelas arah dan tujuan keluarga kita.
Setiap keluarga sejatinya punya misi dan visi. Misalnya masuk surga firdaus bersama keluarga. Kebalikannya jangan sampai anak dan istri menjadi musuh. Alih-alih mengajak kebaikan atau surga, ini malah mendorong ke neraka. Naudzubillah tsumma naudzubillah !

Oleh karena itu, orang tua harus memiliki tujuan: Kemanakah anak kita akan diarahkan?
Dan SIT Insantama berusaha membantu peserta didiknya untuk dibina dengan program yang sudah dirancangnya, untuk mewujudkan generasi calon pemimpin yang shalih.

Kemudian pada sesi berikutnya, materi parenting dipaparkan oleh Ustadz Ir. M. Ismail Yusanto, MM (sesi 2) tentang Keinsantamaan.

Bahwa pendidikan yang terbaik tergantung pada manusianya. Bagaimana manusia mampu memahami tentang misi visi penciptaan manusia. Yaitu manusia sebagai abdullah dan khalifatullah. Sebagai hamba, dan pemimpin sebagai amanah Allah untuk memakmurkan bumi.

Memakmurkan bumi dengan sains teknologi. Tetapi sains dan teknologi seperti pisau bermata 2. Dapat dipakai untuk kebaikan atau keburukan? Seperti membunuh orang dengan pisau, pistol, atau bom. Sehingga alat-alat tersebut menjadi sarana kerusakan di muka bumi. Sehingga perlu pedoman agama Islam. Kepribadian Islam harus dimiliki oleh setiap muslim, agar terwujud diri sebagai abdullah (hamba Allah)

Di SIT Insantama mempunyai konsep pendidikan manusia sebagai hamba dan pemimpin dunia, tentu dengan Islam sebagai way of life yang termaktub dalam SKU-SKK (Syarat Kecakapan Umum, ) yang terdiri dari Syakhsiyah Islam, Tsaqofah Islam, dan ilmu kehidupan (sains).

Tidak ada pembedaan ilmu dunia dan ilmu akhirat. Semuanya ilmu Allah yang tertuang dalam ayat qauliyah dan kauniyah.

Ilmu fardhu ‘ain dan fardhu kifayah.
Yang terkategori sebagai fardu ‘ain adalah ilmu yang wajib seperti mempelajari Islam, juga masalah-masalah ibadah. Sedangkan fardu kifayah, adanya muslim yang mewakili suatu bidang ilmu.

Kemudian pembahasan Insantama dilanjut pada masalah teknis. Tentang “Operasional sekolah dan Komunikasi Efektif” oleh Ustadz Ir. M. Adhi Maretnas di sesi ke 3.

Ada 17 layanan di Insantama: layanan Front office, PPDB (siswa baru), akademik, kesiswaan, keuangan, bimbingan dan konseling, bahasa, praktikum, perpustakaan, peribadahan, buku dan seragam, orangtua wali, ke-boardingan, katering dan laundry, minimarket, K 5, dan alumni.

Beliau menyampaikan, dalam masalah komunikasi orangtua tidak ala kadarnya kepada anak, tetapi akrablah dengan anak.
Buktikan ucapan anda.
Negosiasikan batasan.
Tindaklah dengan
Tegas dan konsisten.
Akui perbuatan baik anak.
Tanamkan nilai Islam.

Juga menurut beliau, problem siswa baru di Insantama umumnya adalah :
Masalah motivasi, tidak mudah meyakinkan anak, bila harus boarding. Anak ingat rumah terus meskipun rumah dekat misalnya. Pelajaran yang dianggap sulit, mapel eksak, bayangan anak Sudah sulit duluan. Tidak ada teman dekat, anak menjadi kesepian dan sedih. Terbayang pada pergaulan dengan teman lamanya yang dianggap menyenangkan.

Agar orang tua hendaklah mampu meyakinkan pada anak terkait berproses bersama Insantama, dengan komunikasi yang baik, efektif dan dapat dipahami anak.

Berlanjut pada sesi 4. Yaitu pemaparan dari Kepala Sekolah SMAIT Insantama. Bersama Ustadz SM. Pertiwiguno, atau biasa disebut Pak Uno.

Beliau memaparkan, kegiatan di sekolah berdasarkan jadwal kurikulum waktunya sudah diplotkan termasuk masa BDR (Belajar Di Rumah).

Di SMAIT Insantama, siswa dilibatkan sedemikian rupa dalam berbagai kompetisi akademik, olahraga, maupun seni baik tingkat kota, provinsi, nasional dan Internasional. Dan 3 kali menjuarai tingkat Internasional.

Lulusan Insantama sudah tersebar ke berbagai perguruan tinggi di negeri ini, baik negeri maupun swasta bahkan tidak sedikit yang melanjutkan ke luar negeri seperti Malaysia, Jepang, Jerman, Turki dan Madinah juga Mesir. Di Al Azhar Mesir saja sudah ada lebih dari 30 alumni Insantama. Maa syaa Allah.

Selanjutnya sesi 5 tentang Keboardingan.
Ust Muhibbudin, sebagai Mudir ‘Am “Bapaknya boarding.” Beliau menjelaskan seputar boarding. Diantaranya adalah mengapa harus boarding? Intinya, untuk membentuk kemandirian abak. Juga menguatkan manajemen diri dan organisasi.” Ungkap beliau.

Di boarding, anandas dituntut kemandiriannya. Keseharianya terjadwal. Selalu berpacu dengan waktu dari mulai makan, mandi, olahraga, piket, ibadah, taklim dan sebagainya. Kehidupannya selalu berjamaah maka anandas harus mampu beradaptasi. Hal yang biasa ditemui: Di awal anandas masuk, ada saja anandas yang menangis tidak ingin berpisah dengan orang tuanya. Dengan pendekatan yang terus – menerus dari semua pihak, boarding, guru, teman-temannya, insya Allah anandas bisa beradaptasi dengan baik. Sudah banyak contohnya yang akhirnya berhasil, alhamdulillah.

Dan masih banyak lagi hal-hal yang dapat digali di Insantama. Semoga anandas Ibunda dan Ayahanda sekalian diberikan kekuatan, keikhlasan, serta keberkahan ketika menjalani proses belajar dan kesehariannya nanti. Ingatlah selalu, “Hasil tak pernah mengkhianati proses, maka nikmati saja prosesnya.” Aamiin Allahumma aamiin.

Penulis: Sony L