Orang Tua Menjadi Sahabat Remaja :  Remaja dan Orang Tua Bahagia !

0
1557

Orang Tua Menjadi Sahabat Remaja :  Remaja dan Orang Tua Bahagia !

Penulis: Sonny Lazuardi

Orang tua mana yang tak bahagia bila anak remajanya hormat dan simpati pada orang tuanya ? Saat jiwa remaja  bergejolak dengan segala keluh kesah dan keinginan-keinginannya, mereka butuh didampingi.

Remaja butuh  terbuka kepada orang tuanya. Tempat untuk berbagi cerita bahkan rahasia. Orang tua dipercaya remaja, lebih dari itu remaja juga mencintai orangtuanya. Bagaimana ini bisa terjadi ? Syaratnya, Orang tua menjadi   sahabat bagi remaja. Bukan yang lain !

Inilah yang diupayakan BK (Bimbingan Konseling) SMAIT  Insantama dalam sebuah acara sharing bersama BK, pada Sabtu, 24/10/20 dengan judul “Orang Tua Sahabat yang Menyenangkan Bagi Remaja” dalam pertemuan virtual bersama  seluruh orang tua anandas SMAIT insantama, guru-guru dan muaddib/ah.

Sambil menunggu orang tua masuk di link zoom meeting, ditampilkan tayangan profile BK  sebagai bentuk perkenalan dan penggambaran aktivitas BK SMAIT Insantama. Dengan tagline khasnya: “BK sahabat remaja dalam menyelesaikan masalah”.

Selanjutnya acara dipandu oleh pak Sonny selaku guru BK ikhwan.

Di awali dengan tilawah oleh ananda Syuha dan saritilawah oleh ananda Yusuf, keduanya siswa kelas XI SMAIT Insantama. Dengan suara yang syahdu dilantunkan ayat 12-15  surat Luqman.

Kemudian sambutan oleh Kepala Sekolah, Bapak S.M. Pertiwiguno dengan panggilan akrabnya pak Uno. Beliau menyatakan:

“Covid-19 telah membuka mata kita semakin jelas, bahwa sistem pendidikan nasional hari ini, kurang ramah terhadap masyarakat dan keluarga termasuk di dalamnya adalah anak-anak dan orang tua”

Beliau melanjutkan, “Ada banyak cerita stres, orang tua stres, anak stres, bahkan sampai berujung kepada  kematian. Naudzubillah mindzalik. Semoga kita terhindar dari hal-hal yang demikian.”

Beliau mengharapkan sinergi  antara peran sekolah dan di rumah dapat berjalan baik untuk bersama mendidik remaja menjadi pribadi sholeh/ah.

Selanjutnya adalah acara yang ditunggu-tunggu yaitu penyampaian materi sekaligus sharing bersama orang tua,  tempat berbagi informasi, ide, dan pengalaman.

Ibu Rezkiana yang biasa disapa bu Rezki, beliau sebagai koordinator BK dan konsen dalam  urusan remaja, tampak tenang dan keibuan  mulai menyampaikan materi.

Pendidikan remaja membutuhkan  sinergi antara rumah, sekolah, dan masyarakat. Remaja  sejak lahir telah berada di rumah dan mendapatkan pola asuh  dari orang tua sehingga karakter anandapun  sedikit banyaknya telah terbentuk.

Saat  usia sekolah ananda  berinteraksi dengan lingkungan sekolah sejak jenjang SD-SMP-SMA, melengkapi pembentukan karakter dan kemampuan ananda.

Ananda secara bersamaan  berada di lingkungan masyarakat, yang dapat memberi pengaruh baik atau buruk. Bila saja salah satu komponen itu tidak terjadi sinergi, maka pembentukan   karakter ananda akan memunculkan berbagai permasalahan yang sulit diatasi.

SMAIT Insantama memiliki tujuan  pendidikan  untuk membentuk karakter ananda berlandaskan aqidah Islam sehingga ananda memiliki kepribadian Islam, tsaqofah Islam, dan ilmu kehidupan.

Upaya ini dilakukan, dengan harapan  ananda  menjadi pribadi yang berkarakter Islam yang kuat saat menjalani kehidupan  di rumah, sekolah, dan masyarakat.
Mampu menjadi manusia yang taat dengan syariatnya dimanapun berada. Insyaa Allah !

Saat ini kita hidup dalam sistem yang sekuler dan kapitalisik, yang membentuk karakteristik remaja SMA jauh dari kematangan dan kesempurnaan dibandingkan saat Islam diterapkan secara kaffah.

Saat usia remaja, mereka mengalami masa  peralihan dari anak-anak/remaja, menuju dewasa dengan pengendalian naluri yang belum stabil sekalipun kemampuan berpikir untuk memahami suatu standar sudah mereka miliki.

Usia remaja seharusnya mampu mandiri saat memenuhi kebutuhan jasmani, namun tidak bisa dipungkiri masih banyak remaja yang masih memiliki ketergantungan kepada orang lain.

Disinilah pentingnya menyamakan persepsi tentang tahapan  perkembangan remaja, apa yang seharusnya mereka lakukan dan problem apa yang perlu diatasi.

Bu Rezki memaparkan secara spesifik tahapan perkembangan yang dilalui remaja di jenjang kelas  10, 11 dan 12.

Masing-masing jenjang memiliki proses dan capaian yang perlu diraih sehingga mempermudah tahapan selanjutnya,  pada akhirnya menghantarkan ananda remaja siap matang menuju fase dewasa nantinya.

Dimulai dari fase peralihan usia anak-anak ke remaja, membutuhkan  waktu untuk  beradaptasi dan mengubah mindset, serius untuk belajar mandiri, belajar  menerima konsekuensi suatu pilihan, sampai menemukan jati dirinya.

Banyak problem yang  terjadi di masa remaja apalagi dalam suasana pandemi, diantaranya:
1. Pelaksanan belajar daring yang melelahkan dan kerap membosankan.
2. Godaan penggunaan laptop dan gadget yang membuat sulit untuk fokus/konsentrasi dan kadangkala berujung pada ketergelinciran perkara maksiat.

Disinilah perlunya kerjasama orang tua  dengan sekolah dalam mendampingi ananda. Dengan memberi perlakuan yang tepat kepada mereka sehingga mampu menjalani tahapan perkembangan menuju kematangan dengan menyenangkan.

Bagaimana orang tua di mata  remaja ? Ini adalah hal yang paling penting untuk dipahami agar jalinan  komunikasi dan interaksi dengan remaja berlangsung secara menyenangkan.

Saat orang tua mampu memberikan perlakuan yang tepat, maka  remaja akan memiliki kepercayaan kepada orangtua dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapinya  tidak lagi mencari solusi di luar rumah.

Bu Rezki menyajikan kondisi lapang dari hasil quisioner tentang hubungan remaja dengan orang tua.

Secara mayoritas   orang tua di mata anaknya adalah sosok yang dihormati, disegani dan dijadikan tokoh atau figur teladan.

Remaja yang menganggap orang tuanya sebagai sahabat baru dirasakan sebagian kecil (25%). Ini menunjukkan hubungan remaja dengan orang tua masih dalam bentuk “formal”,  masih ada remaja yang merasa orang tuanya selalu mencurigainya, otoriter bahkan usil.

Kedekatan remaja dengan orang tua, umumnya didominasi pada sosok ibu. Masih banyak remaja (perempuan maupun laki-laki) yang belum dekat dengan ayahanda.

Banyak alasan yang  disampaikan mengapa remaja tidak dekat dengan ayah, diantaranya kesibukan dan komunikasi yang terbatas.

Apapun itu, pendidikan anak apalagi remaja sangat membutuhkan peran ayah. Remaja sedang membangun karakter diri, ingin eksis dan diakui kemampuannya.

Melalui ayah, adanya sentuhan kasih sayang dan perlakuan “kebapakan”,  ketegasan, kemandirian dan kepemimpinan akan memperkuat karakter remaja saat menjalani kehidupannya.

Bu Rezki juga menyampaikan kebutuhan remaja terhadap orang tuanya. Diantaranya, remaja menginginkan dan mengharapkan:

1.   Orang tua menyediakan waktu bersama dengan remaja/ “we time” yang cukup, untuk menjalin keakraban dan kedekatan dalan suasana santai.

2. Orang tua berpikir positif dan memberi kepercayaan kepada mereka.

3. Orang tua melakukan komunikasi yang menyenangkan dan bersahabat saat memberi solusi bukan menghakimi.

4. Orang tua sabar  mendengarkan saat remaja menyampaikan pendapat dan mengungkapkan perasaannya.

5.  Orang tua senantiasa memberikan dorongan, motivasi bahkan solusi kepada mereka.

Bu Rezki  di bagian akhir menyatakan bahwa menjadi  orang tua tak ada sekolahnya ! Oleh karena itu, beliau mengajak orang tua untuk bersama-sama memproses diri, tidak ada manusia yang sempurna, meminta maaf kepada ananda bukan suatu kehinaan dan senantiasa  belajar dari pengalaman. Kuncinya tak berhenti memperbaiki diri untuk menjadi sahabat yang menyenangkan bagi remaja.

Pada sesi berikutnya adalah tanya jawab, menunjukkan adanya kepedulian orang tua terhadap kebutuhan remaja, terutama masalah psikisnya.

Bu Rezki mampu bercerita dengan pengalamannya, tentang remaja dan permasalahannya.

Calon pemimpin masa depan umat tak dibiarkan apa adanya,  tapi dipersiapkan.
Siapa yang semestinya berperan,
orang lain atau orang tuanya?

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar.”
(QS. At Taghaabun [64]: 15)

Acara ditutup dengan doa oleh Ustadz Tatang dengan penuh syahdu, menunjukkan bahwa manusia itu lemah selalu membutuhkan pertolongan Allah SWT, termasuk dalam mendidik anak.

Semoga Allah SWT mudahkan kita semuanya dalam mendidik anak remaja kita. Aamiin …