LMT-1 HARI KE-2 SMPIT Insantama Bogor: Menjadi Pemimpin Sejati Ansharullah

0
333

LMT-1 HARI KE-2
SMPIT Insantama Bogor: Menjadi Pemimpin Sejati Ansharullah

Penulis: Cut Putri Cory

Ngeri. Itulah satu kata yang cukup mewakili saat seluruh mata hari ini memusatkan perhatiannya kepada generasi. “Bapak ingatkan kembali, hidup adalah pilihan, tergantung antum. Aktivitas yang antum pilih bakalan menentukan masa depan antum, oleh karena itu yuk sama-sama kita mengubah masyarakat ini, teman-teman kita, yang mungkin saat ini mereka sedang terjebak dan tersesat dengan gaya hidup seperti itu,” tukas Pak Ageng pada materi “Menjadi Pemimpin Sejati Ansharullah” di hari kedua Leadership Management Training-1 (LMT-1) SMPIT Insantama Bogor via Zoom Meeting, Jum’at (13/8/2021).

“Iman dan amal itu harus klop, satu kesatuan. Dan landasan perbuatan kita itu atas dasar iman, bukan karena ikut-ikutan orang, sehingga ini yang menjadi pilihan kita. Dari akidah kita yang kuat. Kita bisa memilih mana yang baik dan buruk, pilih mana maksiat atau takwa? Neraka atau surga? Buruk atau baik?” Tanya Pak Ageng dijawab serentak peserta memilih, takwa, surga, dan baik.

Pak Ageng melanjutkan, “Antum harus tingkatkan ketaatan kepada Allah, ini antum harus punya prinsip skala prioritas. Mana yang lebih utama yang antum dahulukan. Jangan sampai aktivitas kita menyalahi aturan Allah, jadi yang menjadi prioritas antum adalah yang disukai Allah, yang diridhai Allah.”

Kalau kita menjaga taat pada Allah, kata Pak ageng, maka Allah akan menolong kita. “Belajar itu bentuk taat kepada Allah, harus sungguh-sungguh kita menjalaninya. Ketika kita taat insya Allah kita akan peroleh bahagia, ketika kita maksiat maka akan sengsara,” lanjutnya.

Pemimpin sejati ansharullah juga harus dekat dengan Al-Qur’an, “Karena yang namanya pemimpin sejati itu dia harus senantiasa membaca petunjuk dari Allah SWT.” Pak Ageng lalu menampilkan video seorang remaja buta yang menjadi penjaga Al-Qur’an. Remaja itu bersyukur kepada Allah karena keadaannya dan menjadi motivasi bagi seluruh peserta untuk memanifestasikan bentuk syukur masih diberikan penglihatan oleh Allah dalam upaya membaca, menghafalkan, mempelajari dan mendakwahkan Al-Qur’an.

Pak Ageng meminta seluruh peserta untuk memejam dan memegang kedua matanya, “Bisa melihat?” Kata Pak Ageng. “Itulah kondisi ketika mata kita tidak bisa melihat, tidak bisa melihat warna, kondisi, dan tidak bisa membaca Al-Qur’an. Tapi alhamdulillah, Ya Allah, mata ini masih bisa membaca Al-Qur’an, tapi terkadang malas. Oleh karena itu, mulai hari ini, yuk sama-sama kita harus dekat dengan Al-Qur’an,” ajak Pak Ageng.

Kemudian Pak Ageng memapar hak-hak Al-Qur’an, “Diimani, dipelajari, dibaca, kemudian dipahami, diamalkan, diajarkan, dan didakwahkan. Ini yang harus ada, harus menjadi kebiasaan calon pemimpin sejati ansharullah.”

Ketiga, kata Pak Ageng, untuk menjadi pemimpin ansharullah harus aktif berdakwah. Pak Ageng menjelaskan bahwa dakwah adalah wujud kepedulian kita kepada kaum Muslimin. “Barang siapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin, maka ia bukanlah bagian darinya,” Pak Ageng mengutip hadits Nabiyullah Muhammad Saw.

Pak Ageng mengarahkan peserta untuk mengerahkan seluruh potensinya untuk dakwah, “Antum jago editing video, gunakan untuk dakwah. Antum jago bikin konten, sebarkan dakwah.”

“Inilah yang Allah sampaikan dalam surah yang sering kita baca saat penutupan kelas, saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran. Kita berdakwah itu memberi nasihat, masukan kepada teman kita, sahabat kita. Maka kalau ada teman antum yang menyampaikan, jangan baper, itu bentuk kecintaan, kepedulian,” ujar Pak Ageng sambil menjelaskan Qur’an surat Al-Ashr. “Kalau kita tidak mengingatkan, kita akan binasa. Kalau kita diam atas kerusakan dan kemaksiatan yang ada, maka Allah akan menimpakan ujian pada kita karena ulah kita sendiri,” tukasnya.[]