Berlomba Mengais Amalan Terbaik Menggapai Syurga-Nya

0
999

Cahaya mentari mengintip di sela-sela celah dinding, bayangan tembus ke selasar gedung yang berdiri gagah. Bunyi telapak sepatu yang berirama menmbus gelak tawa siswa yang masih berderet di depan kelas. Sekonyong-konyong seorang siswa mengulurkan tangan yang disambut dengan hangat oleh Ustadz Muhubuddin, S.HI. Seperti dikomando siswa yang lain ikut berbaris, mengikuti temanya yang terlebih dahulu salim ke guru. Cukup capek juga tapi kami melayani dengan kehangatan, setiap tangan yang berjabat tangan lirih terdengar sepotong salawat mengiringi ananda. Semoga menjadi anak-anak sholeh! Aamiin.

“Assalmualaikum,” ujar Ustad Muhib memberi salam ke seluruh siswa kelas XI-1. Hari ini, Sabtu (19/07/2019) beliau mengisi materi matrikulasi dengan tema Catatan Amal Manusia.

Wa’alaikumsalam,” seperti sebuah koor yang mengalun lembut, salam berjawab. Satu persatu siswa berdiri menyambut kedatangan sang Mudir. Tidak lupa mereka mendatangi seiring dengan uluran tangan untuk mengecup tangan sang guru, agar mendapatkan ilmu yang berkah dan bermanfaat. Adab yang Insyaa Allah baik agar bisa dipertahankan.

Ustadz Muhib mengawali pembicaraan dengan menyampaikan, bahwa kebutuhan kita terhadap ilmu lebih besar dari pada kebutuhan untuk makan. Kesempatan emas bagi antum semua untuk mengais banyak ilmu di Insantama, niatkanlah dengan niat yang baik. Kegiatan mencari ilmu merupakan sebuah amalan baik yang akan menghantarkan kedua orang tua antum ke jalan menuju syurgaNya.

“Dan diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: ‘Aduhai celakalah kami, Kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya. Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhan-mu tidak menganiaya seorang pun.” (QS Al-Kahfi: 49). Potongan ayat yang dibacakan oleh Ustadz Muhib membuat ananda kian larut mendengarkan materi.

Beliau juga menyampaikan bahwa, seluruh amalan yang kita lakukan akan di catat. Dan nantinya akan dihisab sebagai pertanggung jawaban terhadap apa yang telah kita lakukan. Sebagai manusia haruslah bertanggung jawab, makanya pertimbangkan secara baik untuk melakukan hal apapun juga. Dasar seluruh perbuatan kita ada di Al Quran dan hadist Rasulullah serta panduan dari ulama.

Pepatah mengatakan: Kesalahan datangnya dari manusia dan kebenaran hanya milik Allah.
Sebagai manusia kita diharuskan untuk bertanggung jawab atas semua hal yang kita lakukan, tetapi kita juga terus melakukan kesalahan dan kita senantiasa selalu membutuhkan pengampunan/maaf.

Cara mencari ampunan dari seorang hamba sangat banyak caranya.

Memohon ampunan Allah atas dosa yang telah dilakukan salah satu caranya adalah dengan Istighfar. Istighfar dalam filosofi Islam bermakna seseorang yang selalu memohon ampunan atas kesalahan dan terus berusaha untuk menaati perintah Allah SWT dan tidak melanggarnya. Makna Istighfar tidak terletak pada pengucapannya, tetapi pada seberapa dalam seseorang yang beristighfar memaknai dan menghayati apa yang ia ucapkan, agar ia (manusia) terus mengingat Allah SWT di saat ia tergoda untuk melakukan perbuatan dosa, dan apabila telah melakukan dosa, maka istighfar adalah titik baginya untuk bertekad tidak mengulangi perbuatannya. Allah iru Maha pengampun dan penyayang.

“Robbana dholamna anfusana wailam tagfirlana watarhamana lana kunnana minal khosirin“
Artinya: Ya Allah, kami telah mendholimi pada diri kami sendiri, jika tidak engkau ampuni kami dan merahmati kami tentulah kami menjadi orang yang rugi. Itu adalah doa yang dibaca Nabi Adam sesaat setelah melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah. Dan diucapkan terus menerus.” Tambah Ustadz Muhib.

Rasulullah Muhammad SAW juga memberika cotoh bagaimana beristighfar. Riwayat lain menyebutkan, jumlah istighfar Rasulullah tiap harinya adalah 100 kali. Ini seperti riwayat Imam Muslim, Ahmad, at-Thabrani, dan lainnya. “Tidaklah aku melewatkan pagi hari kecuali beristighfar kepada Allah 100 kali.” Tegas Ustadz Muhib menyampaikan ke seluruh ananda.

Hening dan terpaku seluruh ananda mendengarkan penjabaran dari Ustadz Muhib. Semuanya larut dan ikut masuk dalam materi Istigjfar ini.

“Nah, antum semua simak dan ulangi bacaan istighfar yang Ustadz bacakan ini.” Ajakan Istadz Muhib kepada seluruh siswa kelas XI-1.

Astaghfirullah robbal baroya
Astaghfirullah minal khotoya (2x)

Robbi zidni i`lman nafia`
Wawafiqni a`malan maqbula
Wahabli rizqon wasia`
Watub a`laina taubatan nasukha (2x)

Astaghfirullah robbal baroya
Astaghfirullah minal khotoya.

Hanyut dalam penghayatan untuk meminta ampunan pada Allah atas perbuatan buruk yang telah dilakukan. Setetes bulir air mata mengalir lembut disela belahan mata. Anak-anak kian larut dalam alunan istighfar, gema suara yang dipantulkan menglilingi seluruh selasar depan kelas.

“Nah anak-anakku, Allah itu sayang sama kita. Sayang dengan manusia yang mau bertobat. Manfaatkanlah bacaan tadi untuk mendekatkan diri ke Allah. Semakin dekat kita ke Allah, maka Allah akan semakin dekat. Teruslah beristighfar untuk mengingatkan dan menjaga kita akan amalan yang kita kerjakan. Semoga Allah selalu menjaga kita dan mengingatkan untuk tetap berpegang teguh dengan ajaranNya. Aamiin.”

“Aamiin,” gema seluruh kelas menjawab doa yang dilantunkan Ustadz Muhib.

Bel yang menjerti di sudut tiang menghantarkan kami di penghujung acara. Sungguh nikmat rasanya berada di tengah remaja-remaja yang selalu diingatkan untuk berpegang teguh dengan ajaran Allah SWT. Dan kami sedang mengambil peran sebagai generasi yang menyiapkan generasi muda yang kokoh berpegang teguh pada Al Quran dan Sunnah Rasul.

@ahdati