Akhirnya Jatuh Cinta pada Insantama

0
256

Yuk Sekolah Di Rumah !
14 Hari Ke-5 Bersama Ummi dan Abi
Suplemen Pendamping

Membersamai Anandas Para Juara dan Calon Pemimpin

Hari Ke-57,

Ayo, Jadikan Ramadhan Ini Ramadhan Terbaik Kita …

  1. Memahamkan Kembali bahwa doa dan cita-cita tertinggi Orangtua dan Guru serta harapan Umat adalah Anandas Menjadi Anak Sholih dan Sholihah Pemimpin Umat di Masa Depan.

Surat Dari Ibunda dan Ananda,
Akhirnya Jatuh Cinta pada Insantama (2)
Maria Ulfa* &  Alfi Majiidah**
*Kakak (Wali) dari Alfi Majiddah (Kelas 12 yg baru lulus kemarin)
**Alumni LKMA 2019 Sails to Egypt next to Emirates, Konsultan Muda Pembangunan Desa Di Cigalontang, Tasikmalaya (2018)

Bismillahirrahmaanirrahiim…

Poin penting dari kehidupan adalah kekuatan visi dan misi yg melatarbelakangi pengambilan sebuah keputusan. Tindakan yg luar biasa adalah buah dari visi dan misi yg ditentukan pada garis awal. Hal ini semakin diperjelas konsepnya di Insantama. Mengenai kekuatan mimpi besar yg dilandasi ketaatan.

Benar yg dikatakan kakak saya, dengan pertanyaan “Apa yg bisa saya lakukan untuk Mama?” Itu membuat saya berpikir keras, membuat saya mengubah semua konsep dan tujuan hidup saya, dan mengubah semua jalan hidup saya. Maha Baik Allah yg selalu menunjukkan jalan terbaiknya dengan cara yg luar biasa.  Yg awalnya hanya prestasi duniawi yg dikejar, presiden menjadi impian, dan mengira Islam hanya mengatur masalah peribadatan. Saat masuk Insantama semuanya berubah.

Sebelum bertemu Insantama, selama ini saya menjalani hidup dengan berpikir tanpa landasan yg jelas, hanya berdasarkan fakta lingkungan yg dapat diindera dan dianalisis, sehingga mudah bagi saya untuk menjadi sasaran konspirasi barat, mengenai feminisme dan turunan lainnya dan yg sebangsanya. Alhamdulillah setelah masuk Insantama, saya menyadari bahwa dalam berpikir dan bertindak ada aturan dari Pencipta yg melahirkan konsep, cara, dan batasan, karena Islam mengatur semua aspek kehidupan, dari awal bangun tidur hingga tidur kembali, dari awal kehidupan hingga kematian.

Hal lain yg membuat saya sangat bersyukur masuk Insantama adalah di sinilah saya mengenal Islam menyeluruh. Islam yg kaafah. Meski untuk bisa mencapai hal tersebut tentu tidak mudah bagi saya mengingat latar pendidikan saya sebelumnya yg memang jauh dari Islam. Saya  harus selalu menguatkan hati setiap waktu dan sabar menempa proses agar menjadi individu yg lebih baik sesuai dengan syariat. Ketidakpercayaan diri selalu menghampiri saya, dengan minimnya ilmu dan hafalan yg saya punyai. Semuanya sempat membuat saya ragu dapat bertahan di Insantama. Tapi rahmat Allah sangatlah luas tak bertepi bagi mereka yg terus berupaya taat kepadaNya. Allahu Akbar!!!

Bi idznillah wa bi nashrillah, tak terasa waktu berjalan begitu cepat, hingga akhirnya saya berada di penghujung waktu yg menepis semua keraguan saya untuk dapat bertahan di sekolah para calon pemimpin ini. “Saya dapat bertahan dan menyelesaikannya!” Alhamdulillah…Mumtaz… Allahu Akbar.. Yes !!! Ya Allah, ingin rasanya saya melompat setinggi mungkin sambil mengepalkan tangan sambil mengucapkan sapaan khas Insantama itu!

Untuk mencapai titik ini, banyak sekali sosok yg menjadi penguat, mulai dari sahabat-sahabat yg mencintai saya karena Allah sehingga bisa menerima semua kekurangan saya, guru-guru yg mendidik saya dan teman-teman dengan cinta, dan kakak saya yg selalu meyakinkan bahwa Allah tidak akan pernah pergi dari hamba yg selalu berusaha mencapai ketakwaan. Semoga mereka semua selalu dijaga Allah agar selalu berada di jalan penuh rahmat. Aamiin.

Untuk adik-adik saya yg masih menjalani proses di Insantama jangan pernah menyerah, terus bertahan dan selesaikan dengan maksimal, Allah tidak akan pernah meninggalkan kalian. Sungguh, tak penting berapa kali kalian jatuh, yg terpenting adalah kalian harus terus bangkit dengan cara yg Allah ridhoi. Jangan pernah menyalahkan keadaan yg melemahkan kalian, ubahlah keadaan sehingga kalian bisa menjadi penguat untuk yg lain. Dan untuk yg masih minder atau tidak percaya diri ingat saja sebanyak apapun kekurangan kita, saat hati kita dihiasi iman dan Islam maka kita sudah sangat kaya dan pantas untuk memperjuangkan hidup terbaik untuk memiliki akhir yg terbaik pula, yaitu surga.

Tak ada habis-habisnya saya mengucap syukur kepada Allah atas semua skenario terbaiknya ini. Jazaakumullahu khair untuk semua keluarga besar Insantama yg membimbing saya untuk lebih mengenal Islam. Doakan saya semoga dapat menjadi Muslimah Negarawan yg mencakup tiga visi kehidupan, menjadi intelektual peradaban, penggerak opini masyarakat, ibu dari generasi penakluk. Semoga kita semua selalu dibersamai Allah dan berakhir dengan keadaan terbaik agar berkumpul di surge firdausnya Allah kelak, Aamiin Aamiin ya Rabbal Alamiin…

====

Saya Maria Ulfa atau dikenal sebagai Ibu Rushda, kakak dan sekaligus Wali dari Alfi Majiidah. Izinkan saya meneruskan surat ananda Alfi.

Awalnya saya tidak menyangka ananda bisa meraih prestasi yg sangat membanggakan bagi saya dan sekeluarga. Bagi saya, ananda sudah memiliki kepribadian Islam saat ini, mengkaji Tsaqafah Islam dengan tekun dan berusaha untuk menjadi pengemban dakwah adalah suatu capaian yg sudah luar biasa dan itu semua sudah sangat membanggakan bagi kami.

Ketika pengumuman acara kelulusan secara online itu, ketika nama ananda Alfi disebutkan beberapa kali, membuat air mata kami – saya dan suami –  berdua mengalir. Seakan-akan tanpa kami bicarapun, kami berdua flash back ke 3 tahun sebelumnya dan mengingat bagaimana perjalanan hidup yg harus kami lalui sampai akhirnya ananda Alfi bisa sekolah di Insantama. Saya katakan kepadanya, “Mbak sangat bangga kepadamu Dek, Mbak ridho kepadamu, dan insha Allah Mama juga bangga dan ridho kepadamu”

Allah telah memanggil Mama bulan September 2016, dan di saat itu ananda masih kelas 3 SMP. Saya yg kurang sekali mengenal kepribadiannya, karena ketika ananda masih berumur 3 bulan, saya menikah dan hidup di perantauan. Sekarang ananda telah menjadi tanggung jawab saya dan alhamdulillah Allah banyak memberikan kemudahan-kemudahan dalam hidup saya. Alhamdulillah wa syukurillah.

Tidak lama ananda lulus dari SMP, mulailah muncul pertanyaan kemana ananda harus melanjutkan belajarnya? Memang banyak pilihan sebenarnya dari keluarga di Banyuwangi, dari pesantren Al Izzah – Batu/Malang, Pesantren Gontor, dan SMAN 1 Genteng. Semuanya posisinya masih di wilayah Jawa Timur. Di saat seperti itulah saya harus mengambil keputusan. Ketiga pilihan itu tidak ada yg masuk dalam hati saya, meski saya sudah pernah berkunjung ke ketiga sekolahan tersebut dan tahu kualitas sekolah tersebut sangat baik. Dalam benak saya dan suami, bagaimana saya bisa membawa adik saya ini dan yg sudah saya anggap anak, selain juga umurnya hanya berjarak setahun dengan anak tertua saya, untuk mengenal Islam yg Kaaffah.  Ini kata kuncinya, Islam yg kaafah!

Di sinilah saya teringat akan sekolah calon pemimpin Insantama dan sosok Pak Kar. Ya, karena memang sebelumnya Insantama pernah melakukan LKMA ke kota saya tinggal, di Sydney. Ya, LKMA 2014 Flies to Australia. Masya Allah saya sangat terkesan dengan adab dan intelektual mereka. Dari situ saya tahu betul apa yg mereka (para guru/ustadz dan ustadzah) tanamkan kepada siswa-siswinya selama di sekolah sehingga bisa seperti itu. Meski tak sampai 9 hari, Insantama melalui siswa-siswinya telah berhasil meninggalkan kesan mendalam bagi kami komunitas Indonesia yg tinggal di Sydney.

Namun sayangnya, saat itu sudah bulan Mei, ternyata pendaftaran Insantama sudah tertutup, bahkan sejak Januari. Karena saya tinggal di perantauan sudah lama, dan saya juga tidak pernah punya pengalaman mendaftarkan anak ke sekolah swasta atau sekolah IT, jadi saya tidak tahu jika pendafatarannya itu jauh sebelum kelulusan. Saya berpikir, ya biar ujian dulu, keluar nilainya baru daftar sekolah.  Tapi saya tidak menyerah.  Saya terus mencari berbagai info dan jalur untuk tetap bisa membuat ananda Alfi masuk ke Insantama. Alhamdulillah Allah memberi pertolongan dan kemudahan dalam setiap prosesnya.

Dari semua percakapan kami mengenai masalah sekolah SMA ini, akhirnya kami mendapatkan sebuah kesepakatan. Apapun alasan kita memilih sekolah, harus ada motivasi yg lebih besar dari sekadar untuk berprestasi, untuk belajar Islam, untuk mendapatkan kesempatan masuk Universitas yg bagus dll-nya. Simple saja pertanyaan saya, “Apa yg bisa Dek Alfi lakukan untuk Mama?

Dan saya katakan kepadanya, di Insantama nanti itulah ananda akan bisa mengukir prestasi dan mendapatkan ilmu yg nantinya akan membantu Mama di yaumul hisab.  Di sekolah yg lain, saya tidak bisa memastikan. Tapi insya Allah saya tahu betul apa yg menjadi misi hidup dari guru-guru, muaddib/ah dan seluruh staff dari Insantama. Misi yg sudah melembaga. Mereka punya misi menjadi orang-orang yg melakukan perubahan di masyarakat, dan itu bukan hanya perubahan materi, tapi perubahan hakiki, yakni kebangkitan pemikiran ummah, dari pemikiran yg tidak Islami menjadi pemikiran yg Islami, sehingga ummah ini merindukan akan diterapkannya Islam kaaffah dalam kehidupannya.  Jika semua guru dan staff memiliki visi dan misi hidup seperti ini, saya sudah bisa membayangkan bagaimana kurikulum dan metode pengajaran yg mereka lakukan untuk mendidik siswa-siswinya. Masya Allah… Allahu Akbar!!!

Awal masuk, adalah hal terberat buat ananda. Datang dari background sekolah negeri. Tidak pernah mengenal bahwa Islam itu mengatur seluruh aktivitas dan menjadi standar hidup. Harus menyelaraskan kebiasaan dengan syariat dan memaksa kecenderungan untuk taat kepada Allah. Itu bagaikan hal yg asing bagi ananda. Namun karena memang sejak kecil, ananda ini selalu berpikiran kritis, memiliki jiwa kepemimpinan yg tinggi, ya bisa dilihat dari cita-citanya waktu itu mau jadi presiden… (Alhamdulillah sekarang sudah berubah, siap dan belajar menjadi Muslimah Negarawan).  Meski banyak hal-hal yg baru yg diketahui, sedikit demi sedikit ananda merasa jatuh hati, jatuh cinta meski bukan pada pandangan pertama… dan sampai detik ini ananda banyak-banyak bersyukur diberi kesempatan bersekolah di Insantama.

Alhamdulillah wa syukurillah. Jazakumullah khair kepada seluruh yayasan, guru, muadibah dan staff Insantama yg telah membukakan pintu Pendidikan Insantama kepada ananda, sehingga ananda dibina untuk menjadi muslimah yg bersyaksiyah Islamiyah dan berusaha terus meningkatkan syaksiyahnya itu. Mohon senantiasa doakan kami untuk senantiasa istiqomah sampai akhir hayat dan mampu menjadi anak-anak sholehah untuk orang tua kami.

Wahai anandas semua dari SD, SMP, SMA,
Ingatlah selalu kita adalah anak dari orangtua kita masing-masing. Betapapun latar belakang agama orangtua kita mungkin tidak sebaik kita saat ini karena faktor situasi dan kondisi masa lalu, tetaplah penuh rasa hormat kepada mereka. Cintai mereka dengan tulus. Kita bisa sekolah di Insantama karena kasih sayang mereka pada kita. Mereka telah bersusah payah menyekolahkan kalian di sini. Bersyukurlah dan mari pantaskan diri kalian menjadi anak sholih dan sholihah yg kelak dapat membawa orangtua kalian menuju surga Firdaus.

Wahai Ibunda dan Ayahanda,
Sudah sepantasnya, kita selalu penuh syukur atas semua nikmat ini. Anandas mendapat sekolah yg penuh totalitas mendidik, membina, membimbing anak-anak kita. Inilah sekolah dimana transformasi diri anandas dimulai. Menjadi anak sholih dan sholihah para juara sejati dan para calon pemimpin sejati. Mari kita teruskan masa Belajar Di Rumah ini dengan terus mendampingi anandas sedemikian rupa sehingga mereka bisa mengeluarkan semua hasil belajar di Insantama, khususnya dalam manajemen diri, kemandirian dan kemampuan tsaqofahnya. Apalagi yg sudah SMA, juga bisa menjadi mentor muda keluarga kita. Bisa? Sangat bisa! Saya tidak ragu sedikitpun.

Semoga Ramadhan ini menjadi Ramadhan terbaik kita!

 

Pesan Cinta dari Allah Swt :

  1. Kita mesti paham bagaimana sikap dan respon timbal balik dari Anandas agar pendidikan di sekolah dan di rumah bisa serasi sejalan satu frekuensi.
  2. Anandas mesti paham bahwa mereka benar-benar sangat diharapkan oleh umat.