Tiga Momentum Penting Bulan Sya’ban bagi Umat

0
375

Tiga Momentum Penting Bulan Sya’ban bagi Umat

Ringkasan Khutbah Jum’at

Khatib: K.H. Hafidz Abdurrahman

Masjid Pendidikan Insantama, 18 Maret 2022

Saat ini kita tepat di 15 Sya’ban.  Ada dua momentum penting bagi umat Islam di bulan Sya’ban ini.

Pertama. Allah menyatakan dalam Al Quran Surat Al-Ahzab ayat 56:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”.

Ayat ini turun pada bulan Sya’ban, karena itu bulan Sya’ban disebut sebagai ‘Syahru Sholawat’.

Imam Qurthubi menjelaskan “yusholluna ‘ala Nabiy” adalah Allah memberikan maghfirah (ampunan).  Yang kedua Allah memberikan rahmah.  Sedangkan shaawat yang dipanjatka kepada malaikat adalah shlawat untuk memintakan ampunan untuk baginda Muhammad SAW.  Karena itu Allah perintahkan “shollu ‘alaihi wasallimu taslima”, bersholawatlah kalian kepadanya.

Sholawat ini langsung ‘di-ijazahkan’ oleh Allah kepada kita.  Sholawat adalah bentuk pengagungan dan penghormatan yang diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi SAW.  Maka bentuk pelecehan apapun kepada baginda Nabi adalah haram yang sampai kepada dosa besar.

Makna sholawat, selain mendoakan Nabi juga dimaknai oleh sebagian besar ulama bahwa kita ini sesungguhnya sedang mencari syafa’at.  Karena belum tentu amal kita bisa mengantarkan kita untuk mendapatkan jannah-Nya Allah SWT.

Tengoklah bagaimana para shahabat Rasul SAW, bagaimana mastaqoh (kesulitan) mereka untuk mendapatkan surga-Nya Allah. Mereka berdakwah bersama Nabi di Mekkah, mereka mengalami berbagai macam ujian, fitnah, penyiksaan, hingga kematian selama tiga belas tahun.  Sepuluh tahun mereka bersama Nabi di Madinah.  Para sahabat berperang (jihad) dipimpin Nabi lebih dari 20 kali. Dan sisanya 70 kali, peperangan itu berupa misi militer yang dipimpin oleh para sahabat Nabi SAW.

Total ada 90 kali peperangan, ghazwat dan sarayah. Artinya setidaknya dalam satu tahun mereka berperang tidak kurang dari 9 kali.

Belum lagi bagaimana ibadah mereka, infaq mereka, juga belum lagi pengorban-pengorbana mereka yang lain.  Itulah harga yang para sahabat bayar untuk mendapatkan Jannah Bersama Rasulullah SAW.  Maka sahabat pernah bertanya kepada Rasul, “wahai Rasul kalua engkau sudah tentu masuk surga, sedangkan aku belum tentu masuk surga”. Inilah yang dikhawatirkan para sahabat nabi, padahal mereka adalah orang-orang yang selalu membersamai Nabi SAW.

Maka Allah memberikan kabar kepada Nabi tentang kedudukan sahabat di surga. Maka sahabat pun kembali bertanya, “kalau seandainya akupun masuk surga, belum tentu surgaku sama”.

Itu gambaran para sahabat Nabi, bagaimana dengan kita?  Mampukah kita menyamai pengorbanan para sahabat, sedangkan sahabat sudah sedemikian rupa…

Namun ada yang membuat hati ini bergembira dengan hadits dari Anas bin Malik, karena hadits itu memberikan harapan kepada kita yang tidak memiliki amal sebagaimana sahabat untuk bisa mendapatkan tempat di sisi Rasulullah SAW.

Dalam riwayat Tirmidzi disebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ وَأَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

“Seseorang akan bersama dengan orang yang ia cintai. Dan engkau akan bersama orang yang engkau cintai.” (HR. Tirmidzi)

Inilah hakikat mahabah (kecintaan) kita kepada Nabi. Maka Sya’ban dijadikan oleh Allah sebagi bulan diturunkannya perintah agar kita bersholawat kepada Nabi SAW.  Maka hendaknya kita pada bulan ini memperbanyak shalawat kepada Nabi.  Dan sholawat ini sebagai tanda cinta kita kepada Nabi SAW dengan harapan itu insya Allah menjadi syafaat bagi kita kelak di yaumil akhir.

Kedua. Apa yang ada di bulan Sya’ban?

Bulan Sya’ban adalah bulan di mana keinginan dan doanya diijabah oleh Allah, yaitu keinginan beliau kembali berkiblat kepada Ka’bah Al Mukaromah.

دْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى ٱلسَّمَآءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَىٰهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُۥ ۗ

Artinya: Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.. (Al Baqarah: 144)

Berpindahnya kiblat dari Batul Maqdis ke Ka’bah sekaligus menjadi tanda adanya peralihan kekuasaan dari Nabi-nabi Bani Israil kepada Rasulullah SAW, dan ini juga menguatkan peristiwa Isra’ wa Mi’raj, dimana Nabi SAW menjadi imam dari 114.000 nabi dan rasul yang dibangkitkan oleh Allah yang sholat di belakang Nabi SAW.

Ketiga.  Sya’ban adalah bulan yang sering dilupakan orang, padahal di bulan inilah diangkatnya amal-amal. Dan Rasulullah SAW sangat ingin saat diangkatnya amal ini beliau dalam keadaan berpuasa.

Sya’ban adalah bulan dimana amal selama satu tahun manusia diangkat oleh Allah. Bulan ini adalah saat doa-doa diangkat oleh Allah, dimana pintu langit dibuka dan pada saat itu tidak ada hijab antara kita dengan Allah SWT.

Oleh karena itu ketuklah pintu Allah sekeras-kerasnya.  Imam Hasan Al Basri menyatakan, siapa yang banyak mengetuk pintu maka pasti akan dibukakan. Terutama bagi para pelajar.  Karena ilmu itu merupakan anugerah Allah.  Ilmu diberikan Allah bukan karena kecerdasan otak kita, bukan pula karena kehebatan kita, tapi karena ilmu itu adaah pemberian/anugerah Allah SWT.

Untuk itu, ketuklah pintu Allah di bulan ini agar Allah memberikan futuh kepada kita, agar Allah membukaan hati-hati kita, dan agar Allah memberikan kita untuk mendapatkan pancaran ilmu-Nya.

Janganlah kita menyombongkan diri dengan ilmu karena ilmu itu anugerah Allah yang setiap saat Allah bisa menarik kembali dari kita.

Inilah momentum Sya’ban, agar kita lebih bertaqarrub kepada Allah.  Juga merupakan pintu gerbang menuju Ramadhan.

وقال أبو بكر البلخي : شهر رجب شهر الزرع ، وشهر شعبان شهر سقي الزرع ، وشهر رمضان شهر حصاد الزرع .

Abu Bakr Al Balkhi berkata, “Bulan Rajab saatnya menanam. Bulan Sya’ban saatnya menyiram tanaman dan bulan Ramadhan saatnya menuai hasil.”