Teruntuk Adik-adikku yg Mulai Menulis dan Meretas Mimpi Besarnya

0
725

Yuk Sekolah Di Rumah !
14 Hari Kedua Bersama Ummi dan Abi
Suplemen Pendamping

Membersamai Anandas Para Juara dan Calon Pemimpin

Hari Kedua puluh empat,

(Alhamdulillah Ramadhan Sudah Semakin Dekat…)

Memahamkan Kembali bahwa doa dan cita-cita tertinggi Orangtua dan Guru serta harapan Umat adalah Anandas Menjadi Anak Sholih dan Sholihah Pemimpin Umat di Masa Depan.

Surat dari Kairo

Teruntuk Adik-adikku yg Mulai Menulis dan Meretas Mimpi Besarnya

Ihsan Pratama
Mahasiswa Al-Azhar Kairo, Mesi
Alumni LKMA 2012 Goes to Malaysia

Wahai adik-adikku,

Aku begitu paham rasanya apa yg kalian fikirkan saat ini, apa yg kalian bingungkan dan apa yg membuat kalian merasa takut, akankah itu akan terjadi atau hanya sekedar mimpi. Seakan masa depan terasa semakin jauh, terlebih pandemi ini kian menyebar menyeluruh. Banyak ketakutan melanda, banyak mimpi yg rasanya harus kembali ditata, tapi kenyataan seakan terus memaksa kalian bertindak maju, bagaikan api yg memakan sumbu, terus membakar hingga tak ada lagi tali di belakang yg bisa dirajut.

Renungkan betapa pentingnya saat ini kita kembali belajar, mengasah telinga agar lebih peka terhadap nasehat, membuka mata lebih lebar agar lebih banyak belajar dan memahami tanda alam, fikiran yg senantiasa bekerja, dan hati agar selalu siap untuk kembali ditata, untuk meniti jalan dan mengambil tindakan dari segala kemungkinan.

Dan semua itu, tak akan pernah tercapai dalam satu hari saja. Kalian harus siap berani berjalan bersama kegagalan, bertemu dengan buku dan pengalaman, bermain di atas resiko dan peluang kemungkinan, juga kesalahan serta rencana yg tak selalu berjalan, semua itu akan menjadikanmu sebaik-baik insan.

Izinkanku mengutip sebuah pepatah indah dari guru-guru kami di sini. Pepatah yg terkadang menghibur kami dari segala hiruk pikuk keadaan, rencana yg senantiasa datang beriringan dengan kegagalan ataupun keberhasilan. Nasehat yg menegur jiwa-jiwa yg mulai merasa angkuh dengan kelebihan dan kehebatan. Pepatah yg menyadarkan bahwa kita bukanlah apa-apa melainkan semua terjadi atas kehendak dari Tuhan Semesta Alam, Allah Swt.

“Walaupun kamu menginginkan sesuatu, dan aku juga begitu, Apalah daya jikalau Allah berkehendak lain”.

Sebagaimana dunia saat ini, dimana awal tahun 2020 lalu, orang-orang merasa percaya diri mengarungi awal tahun dengan segala mimpi dan juga angan mereka, mulai dari bulan Januari hingga bertemu dengan Desember nanti, tapi baru menyentuh akhir Januari saja kita mendapati bahwa China yg notabenenya negara penguasa ekonomi dunia saat ini mulai kewalahan menghadapi makhluk kecil yg akrab disapa dengan Virus Corona. Begitu juga dengan AS dan Eropa. Negara-negara besar yg dengan mudahnya dapat mengendalikan negara-negara lainnya saja kewalahan menghadapi makhluk yg saking kecilnya dibutuhkan alat untuk dapat melihatnya. Lantas, pantaskah manusia sombong dan merasa bisa melakukan segala-segalanya tanpa Allah yg Maha Kuasa?

Jauhkan dirimu dari penyakit hati tersebut, sungguh kalimat di atas hanya sekedar mengingatkan siapa jati dirimu, seberapa Allah punya kuasa atas semua rencana rencanamu. Maka libatkan Allah, dan kau tak akan pernah bertemu putus asa, walau dunia tak sesuai dengan apa yg kau tulis. Libatkan Allah, maka tak ada yg namanya sia-sia. Libatkan Allah, maka kau tahu usahamu walau hanya sekedar niat saja, sudah mejadi pahala yg tercatat oleh para penduduk langit.

Wahai adik-adikku,

Setelah pena-penamu siap menulis lagi mimpi yg tercoret, setelah sadar dirimu terbatas dan butuh Allah dalam setiap rencanamu. Maka belajarlah, belajar dari buku-buku yg sudah mulai sedikit berdebu itu, belajar dari para guru-gurumu yg sabar memberi nasehat mereka yg indah, belajarlah dari pengalaman yg kau dapatkan di sekolah sebagaimana yg dulu pernah kami rasakan duduk di sana.

Belajarlah banyak hal, fokuslah dalam suatu bidang, dan jadilah ahli di sana. Karena sebagaimana kalian tahu, negeri ini butuh orang pintar dan fokus pada bidangnya, tapi jangan lupa Indonesia juga butuh orang-orang yg beradab, berakhlak mulia dan amanah. Lebih dari itu, ternyata makin kemari, kita makin paham, tak hanya negeri ini, dunia juga memerlukannya. Dunia yg dikendalikan syahwat kapitalisme-sekulerisme makin hari makin rusak. Di pusatnya sana, orang pintar dan fokus di bidangnya sudah amat banyak, tapi mereka dikendalikan oleh syahwat kapitalisme-sekulerisme, hingga hilanglah adab, rusaklah akhlak dan terbitlah khianat. Sayangnya, penyakit ini sudah mewabah sejak awal jauh sebelum corona datang. Menjangkiti banyak negeri-negeri Islam, termasuk yg kita rasakan di sini. Masya Allah.

Semua yg kutulis di atas adalah beberapa hasil perenungan kakak selama ini. Perjuangan meretas mimpi, jatuh bangun dalam proses meraihnya. Tak hanya berbilang bulan, tapi memakan tahun. Hingga akhirnya Allah izinkan untuk menuntut ilmu di Al Azhar ini. Allahu Akbar !!! Sungguh benar apa yg selalu disampaikan bahwa semua ini terjadi atas idzin dan pertolongan Allah! Bi idznillah wa bi nashrillah! Tugas kita tinggal membuat azzam (mimpi besar beserta roadmap-nya) dan tawakkal menjalankannya. Mastato’tum! Semaksimal sampai batas kita sudah tidak sanggup lagi!

Adik-adikku,

Di situlah peran besar para guru kita di sekolah dan boarding! Mereka melatih adab, akhlak dan ilmu-ilmu yg tak kalian dapatkan di buku tulis, nasehat ikhlas nan sejuk yg mereka sampaikan, ‘tamparan’ dan kata-kata tegas yg meluruskan. Masih banyak lagi program dan hal menunjang lainnya, sebagaimana kami dulu mendapatkannya di Insantama.

Sungguh, kami para kakak-kakakmu merindukan hal yg sekarang kalian alami saat masih di sekolah dulu, masa dimana kami harus dibina akan suatu hal yg rasanya waktu itu terasa begitu ribet seperti mempertahankan nilai, belajar bahasa, organisasi dan tugas sekolah, sementara di sisi lain kami harus berbagi fokus mencari dana, membuat analisis, merangkum data, mendapatkan tanggung jawab yg besar, mempertahankan prestasi, tanpa melupakan mimpi menaklukkan dunia.

Masya Allah, indah sekali. Kenikmatan itu terasa sekali hari ini, saat aku dan kami semua sudah berada di bangku kuliah. Sungguh sesuatu yg tak bisa diulang lagi.

Kami semua tentu sangat ingat masa-masa indah di SMA dulu, masa dimana hati kami sempat  mengumpat menahan kesal, mengendalikan emosi saat terlibat proses pencarian dana besar-besaran, ‘apaan sih ini, ribet banget anak SMA harus merasakan beban kayak gini!’. Atau saat awal masuk sekolah harus memulai dengan sesuatu yg juga dibikin ribet, ‘ untuk apa sih gaya-gayaan sampai harus menyusun mimpi besar dan roadmap-nya, bukankah hidup santai aja kayak air mengalir?’ Atau saat  hidup diatur setiap hari dari jam 03.00 sampai 22.00. Atau seabrek pelajaran dari tsaqofah, syaksiyyah dan ilmu-ilmu kehidupan… dan banyak lagi pertanyaan kenapa, mengapa di kepala ini.

Tapi ketika kami mengenal banyak manusia di sini di bumi para nabi ini juga di manapun tempat kuliahnya di bumi ini, kami kakak-kakakmu semua akhirnya bisa berkata ah, sekarang aku mengerti kenapa dulu aku harus belajar semua itu.

Karena apa yg kami pelajari dahulu, memang adalah apa yg kami butuhkan untuk siap menghadapi pertempuran di masa depan, menghadapi segala hal yg tak terduga, terlebih bagi kami yang punya mimpi untuk kehormatan diri, kebahagiaan keluarga dan kemuliaan umat ini. Kini kami makin paham, mengapa sering disampaikan pada kami semua bahwa kami dinanti oleh umat sedunia!

Wahai adikku, semangatlah !!!

Karena kami tahu situasinya, situasi yg juga terjadi di sini. Mungkin ada sedikit ketakutan diantara kalian melihat dunia yg kacau entah sampai kapan kembali normal. Mungkin ada sebagian yg merasa terjebak di rumah diantara buku dan gadgets dengan rasa suntuk tak kunjung berakhir. Mungkin juga ada fikiran lain yg memenuhi kepala kalian memandang langit-langit kamar yg tak kunjung segar membiru. Apapun tetaplah tersenyum tetaplah semangat!

Kami di sini tak bisa keluar. Situasi lebih sulit daripada kalian. Kami ada lebih dari 30 alumni Insantama di sini. Kami jauh dari orang tua. Kami harus tetap kompak saling menguatkan. Kami harus ikhlas, kami ridlo menghadapi ini semua. Kami tetap tersenyum. Kami tetap semangat. Semua ini karena Allah.

Kalian juga tak bisa kemana-mana. Tapi kalian ada di rumah. Kalian bersama Orangtua kalian. Bersama Orangtua, kalian bisa banyak berbuat, membantu Orangtua, makin dekat dengan Orangtua, makin hormat dan sayang pada Orangtua dan makin kuat taqorrub ilallah bersama Orangtua. Masya Allah, ini sesuatu yg harus disyukuri. Semua ini juga karena Allah.

Karena itu, manfaatkan maksimal situasi belajar di rumah ini. Setidaknya mulai saja dulu semuanya itu dengan menulis atau mengecek  kembali mimpi besar yg kalian pernah susun, menata kembali peta jalan yg sudah disusun,  perlahan kembali bangkit menata diri. Sampaikan ulang mimpi besar itu di depan keluarga, mintalah doa dan restu pada ayah bunda, minta juga dukungan dari kakak dan adik. Libatkan mereka penuh dalam prosesnya.  Bukankah baginda Muhammad SAW berpesan pada kita semua untuk tetap menanam sebiji kurma yg ada, walau besok akan kiamat.

Kau tahu Dik, ada sebuah pepatah melayu yg menyingung sanubari sang pemalas :

‘hendak 1000 daya, tak hendak 1000 dalih’

Kaukah yg berdaya upaya itu? ataukah kaukah yg berdalih itu?

Tentu rasanya tak ingin jawaban kedua adalah yg terlintas di fikiran kalian sekarang. Karena kami percaya kalianlah harapan kami yg kami harap lebih baik dari pada kami kakak-kakakmu, kalianlah benih pengharapan terhadap apa yg mungkin kami lewatkan ketika masa labil kami dulu, kalianlah kebanggaan kami, yg mana kami berharap melampaui apa yg kami bisa lakukan.

Karena kalian, sebagaimana kami, adalah calon pemimpin masa depan.

Dan kami percaya, kalian bisa.

Yassarallahu umurona
Alhamdulillah
Mumtaz
Allahu Akbar
Na’am!!!

Ihsan Pratama
Di Bumi Para Nabi

 

Pesan Cinta dari Allah Swt :

  1. Kita mesti paham bagaimana sikap dan respon timbal balik dari Anandas agar pendidikan di sekolah dan di rumah bisa serasi sejalan satu frekuensi.
  2. Anandas mesti paham bahwa mereka benar-benar sangat diharapkan oleh umat.