SMPIT Insantama, Iklim Produktif untuk Generasi Produktif

0
660

SMPIT Insantama, Iklim Produktif untuk Generasi Produktif

Oleh: Cut Putri Cory, S.Sos

Mengajar di SMPIT Insantama tak pernah terbayangkan sebelumnya, sampai benar-benar saya hadir sebagai guru dalam forum zoom meeting mata pelajaran Fiqh. Meski ini bukan pengalaman pertama, namun pertama untuk lingkungan produktif yang luar biasa.

Insantama memupuk budaya yang di dalamnya melekat syariat. Puasa Sunnah, tilawah Al-Quran dan salat Dhuha, semua dikontrol oleh gurunya. Ini bukan endorse, dia merupakan wadah besar yang siap menghebatkan potensi generasi. Aktivitas pembinaan itu mereka lakukan di tengah berbagai tantangan dan rintangan PJJ (pembelajaran jarak jauh) yang tak hanya menguras energi dan pikiran, tapi juga menguras dompet.

Saya bergabung di Jurnalis Club (JC), bersama tiga guru hebat yang saya yakin sudah cukup senior dalam dunia pendidikan. Di sinilah cahaya “membagi” itu terlihat benderang, “Ini seperti bukan bekerja, ini namanya aktualisasi diri,” saya membatin.

Selain JC, SMPIT Insantama punya ekstrakurikuler Kepanduan, Gema yang mencetak para penulis buku masa depan. Juga Arabic Club, English Club dan Science Club. Sudah bisa membayangkan bagaimana produktivitas sekolah ini mencetak generasi produktif?

Yang lebih membuat tercengang adalah program Mentoring di hari Sabtu dan Fiqhun Nisa’ di hari Jum’at untuk kelas akhwat. Pada dua program itu guru bergantian menyampaikan Islam untuk membentuk kepribadian Islam generasi. Dengan bahasan menarik dan persuasif, saya memperhatikan guru-guru lebih dulu membangun keterbutuhan anak-anak terhadap materi yang mau disampaikan, dan benar sekali, kebutuhan terhadap syariat Allah. Ini pun menjadikan aktivitas “membagi” itu seolah tak tertolak. Ini namanya kerja rasa dakwah.

Sekolah ini bukan hanya mengguyur generasi dengan mafhum Islam yang menyejukkan, membentuk kepribadiannya, dan menciptakan iklim taat, namun sekolah ini juga menyiram air sejuk dakwah kepada para guru. “Tolong dalam setiap pembelajaran harus ada pemahaman Islam yang disampaikan untuk membentuk kepribadian Islam murid,” pernah Pak Hasan Kepala Sekolah berucap itu dalam rapat pekanan evaluasi BDR. Dakwah para guru kepada murid-muridnya merupakan produktivitas, inilah momentum yang paling disyukuri, ketika dakwah didukung oleh sekolah untuk menjadi poros hidup para guru.

Ada lagi Readathon, ini saat setiap siswa dibimbing guru untuk beramai-ramai membaca buku. Sekolah ini bukan sekolah biasa, ini sekolah literat. Dia sedang dalam proses mendidik generasi literat. Lagi, bagaimana caranya untuk mengelak dari takjub?

Belum hebat rasanya jika hanya satu dua orang yang produktif di suatu tempat, sangat perlu untuk menciptakan iklim produktif sehingga seluruh manusia di tempat itu secara otomatis terwarnai untuk menjadi produktif. Inilah kekuatan lingkungan, dan lingkungan produktif itu ada di sekolah ini.[]