Selayang Pandang LMT-2: 1200 mdpl dan Langkah Menjadi Pemimpin

0
398

Selayang Pandang LMT-2:
1200 mdpl dan Langkah Menjadi Pemimpin

Penulis: Nur Fajarudin

Muhammad mendaki Jabal Nur dan merenung di relung Hira hingga Jibril datang menyampaikan IQRA. Musa menyusuri lereng Tursina lalu berjumpa dan berdialog dengan Rabbnya. Ibrahim menyepi di gunung dan mengamati perjalanan semesta hingga wahyu menyapa dan menjadikannya Khalilullah.

Dan kabut dingin hadir bersama hujan di ketinggian lereng Pangrango. Pagi baru saja hadir dan para pemetik teh belum hadir berbaris memetik pucuk hijau. Siswa SMPIT Insantama berjalan menyusuri perkebunan teh Gunung Mas. Langkah-langkah yang tak kenal lelah, meski dingin hujan pagi menembus hingga tulang.

Jalanan melicin dan terkadang genangan air berlumpur menanti di sana-sini. Ranting dan semak terkadang masuk sepatu yang basah serta ikut mengganggu perjalanan. Pacet sesekali memperlambat perjalanan, namun kami terus berjalan. Berjalan menyusuri lereng sejauh lebih dari 4 km, di ketinggian 1200-an mdpl, dinaungi halimun gunung dan hujan pagi nan dingin, serta menerabas jalanan berbatu nan licin dan sungai nan deras. Untuk apa?

Memutus Rantai Gajah, itulah niat kami menyelusuri Perkebunan Gunung Mas dalam LMT-2 hari ini. Namun ini bukan sekedar meningkatkan kepercayaan diri, apalagi sekedar terapi mengobati Zoom Fatigue. Ini adalah latihan kepemimpinan, ini adalah langkah mengikuti jejak pelatihan kepemimpinan yang digariskan oleh Allah SWT. Sebelum menerima risalah, Muhammad menggembalakan domba, melatih insting kepemimpinan. Beliau juga melakukan perjalanan ke seantero jazirah, membedah kondisi masyarakat. Juga menyepi di relung Jabal Nur, melatih fisik, intuisi, serta merenungi hakekat kebesaran ciptaan Sang Maha Kuasa.

“pak capek pak”

“kami kedinginan pak”

“kaki saya kram pak”

“kapan sampai sih pak?”

Beberapa siswa mengeluh karena beratnya perjalanan. Namun sebagian besar peserta terus melanjutkan perjalanan. Gunung rupanya telah menguatkan mental peserta hingga mampu menyelesaikan perjalanan dengan baik. Fisik yang melemah tidak dirasakan oleh peserta hingga mereka beristirahat dengan cukup tenang di masjid Perkebunan Gunung Mas.

LMT-2 di Perkebunan Gunung Mas ini mungkin baru langkah kecil menjadi seorang pemimpin umat. Jalur gunung nan berat, hujan pagi nan dingin, bahkan masa pandemi yang menjadi rangkaian rantai gajah berhasil diputus oleh peserta. Mereka bahkan tak mengeluh. Sebagaimana komentar ananda Andra dari kelas 7A bahwa meski capek, meski kurang tidur, tapi tabiat pemimpin adalah sedikit tidur dan tahan menderita. Selaras dengan pesan the grand old man, H. Agus Salim, “Leiden is lijden-Memimpin adalah menderita”.[]