Radio Ditemukan pada April 2020
(Kisah Belajar di Rumah #1)

“Keren juga ya Bi”, kata Ismail dengan mata berbinar menatap temuan baru pada benda segi empat 6,3 inci.

“Iya Aa, ini namanya radio FM. Jawab Abi. Kita bisa pilih gelombang yang kita suka. Waktu Abi masih kecil, abi sering mendengarkan radio. Ada saluran lagu, ada berita dan juga kisah-kisah. Dan radio dulu ukurannya lebih besar dari ini. Khusus saluran radio, ngga bisa dipakai nonton, nelpon, apalagi internetan”, jawab Abi.

“Emang kalau radio itu harus online ya Bi?” Tanya Ismail masih penasaran.

“Oh beda, kalau sebutan radio namanya on air atau mengudara. Gelombangnya beda dengan internet. Jadi di udara ini banyak sekali gelombang. On line itu untuk internet, on air itu untuk radio. Untuk tv juga beda.” Timpal Abi.

“Kakak perasaan pernah dengar lagu ini”, timpal Sang Kakak saat menemukan salah satu stasiun radio. Setelah searching melewati Megaswara, Fajri FM, Sipatahunan dan beberapa deretan stasiun lain. Sedangkan dua adiknya lagi hanya menjadi pendengar pasif saja.

Ayah-Bunda, itulah cuplikan dialog keluarga Ismail, siswa kelas VI SDIT Insantama, setelah mereka mengerjakan tugas dari para guru, memasuki pekan ke-5 Belajar Di Rumah (BDR).

Ternyata anak-anak kita (jaman Now) baru ngeuh kalau di smartphone ada fasilitas radio. Sedangkan sehari-hari jari-jemari mereka sudah sangat fasih memainkan benda segi empat itu. Berselancar di dunia maya dan game. Dan baru tahu radio itu untuk apa.

Tanpa sadar, kita mungkin melewatkan pengalaman terdahulu kita, yang mungkin bisa menjadi pengalaman berharga bagi anak. Bagi kita mungkin adalah hal biasa, tapi menjadi luar biasa bagi anak. Karena mereka tidak biasa.

Masa lockdown ini memang membuat para orang tua menjadi lebih punya banyak waktu di rumah bersama anak. Bahkan ortu juga mau-tidak mau harus menjadi guru bagi mereka. Tak hanya megajarkan materi pembelajaran sekolah, namun juga berkesempatan luas untuk mentransfer pengalaman untuk para buah hati.

“… Semoga kesabaran kita berada di rumah, bertahan tidak pulang mudik dilipatkangandakan dengan pahala dan kecintaan Allah kepada kita. Dan turut menghentikan wabah ini. Semoga keluarga kitapun lebih terpelihara. Semoga ada saatnya kita bisa pulang mudik dengan rasa aman, penuh kebahagiaan dan keberkahan. Terima kasih bagi yang tidak mudik. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.”

Terdengar suara Aa Gym di gelombang 102,0 FM yang khusuk didengar keluarga Ismail. Menguatkan diskusi keluarga tentang rencana untuk membatalkan tiket kereta mudik lebaran. (ONO)