Kami Semua Sedang Berhadapan Dengan Para Penakluk Roma dan Aisyah Masa Kini

0
346

Yuk Sekolah Di Rumah !
14 Hari Ke-4 Bersama Ummi dan Abi
Suplemen Pendamping

Membersamai Anandas Para Juara dan Calon Pemimpin

Hari Ke-49,

Ayo, Jadikan Ramadhan Ini Ramadhan Terbaik Kita …

  1. Memahamkan Kembali bahwa doa dan cita-cita tertinggi Orangtua dan Guru serta harapan Umat adalah Anandas Menjadi Anak Sholih dan Sholihah Pemimpin Umat di Masa Depan.

Surat Dari Bunda,

Kami Semua Sedang Berhadapan Dengan Para Penakluk Roma dan Aisyah Masa Kini

Beti Nurbaeti
Guru Qiroati
Guru SDIT Insantama

Tahaduts bi nikmah. Ibu punya 4 anak yg semuanya bersekolah di SDIT Insantama. Ada Kak Putri, Kak Putra, Kak Ikhlas dan Kak Ibrahim. Ibu merasa sudah nyetel dengan Insantama. Inilah sekolah yg Ibu cari untuk pendidikan anak-anak Ibu.  Sekolah dengan Islam yg sangat kental. Sekolah yg selalu berupaya sesuai dengan syariat dalam semua aktivitasnya dari yayasan hingga staf paling bawah. Masya Allah.

Melihat anak-anak Ibu berkembang bagus di sini akhirnya Ibu pun tertarik ikut belajar di sini. Waktu itu yg Ibu pilih adalah Qiroati, karena memang Ibu merasa perlu belajar lagi di situ.

Proses terus berjalan sampai akhirnya atas izin suami, Ibu pun berazzam bahwa Ibu harus masuk menjadi keluarga besar Insantama.  Sebagai guru, bukan lagi sekedar orangtua siswa. Alhamdulillah bi idznillah wa bi nashrillah, Ibu pun diterima menjadi guru Qiroati dan tahun 2016, Ibu pun dikukuhkan menjadi guru tetap di SDIT Insantama. Alhamdulillah wasy syukrulillah.

======

“Ibu pasti rindu kami kan? “

Pertanyaan itu sering kali muncul menggoda, ketika bertemu usai libur atau izin tak masuk.

“Antum juga yg kangen ibu, enak aja nuduh !”

Begitu biasanya ibu tak mau kalah, balas menggoda hingga Antum tertawa.

“Hapalan Antum nambah kan, selama ibu tidak masuk?”

Dan bermacam jawaban berebutan masuk di  telinga. Berbagai alasan datang, ketika hafalan tak kunjung bertambah. Ibu diam, Entah ekspresi apa yg ibu pasang. Biarlah ibu sendiri yg paham, bagaimana isi hati ibu saat itu. Dan senyum ceria Antum mampu membuat semua kembali normal.

Lebih dari sebulan tak bertemu, akhirnya berasa sekali rindu berat pada Antum. Meski masih bisa bertemu lewat aplikasi zoom, tapi tetap tak mampu mengurai rindu ini. Rindu mengulurkan tangan sembari mengusap puncak kepala, rindu menatap mata penuh semangat ketika hendak setor hafalan. Rindu ocehan nakal Antum ketika merasa bosan. Rindu tawa Antum saat ada hal lucu di tengah pembelajaran. Ibu rindu berat Nak.

Ibu juga rindu duduk melingkar, merangkai ayat bersama. Kadang loncat ke surat lain karena ada kalimat yg sama. Atau melipir menuju halaman lain sebab awal ayat yg sama. Dan kita saling memandang ketika menyadari ada yg salah dalam muraja’ah kita. Betapa mudahnya lisan terjerembab dalam salah. Astaghfirullah.  Ibu bersyukur, kalian selalu bisa memberitahu Ibu jika ada yg salah.

Ibu ingat ketika Antum mengeluh, kenapa ayat-ayat itu tak kunjung menetap di kepala. Ibu  hanya bisa menjawab dengan redaksi yg hampir sama “ibu pun sama, sedang belajar menahan ayat-ayat itu di kepala”. Kadang harus mengulang sampai puluhan kali namun tak jua nempel di kepala. Bukankah itu cara Allah mencintai kita, memberi pesan indah agar kita selalu mengulang kalam suci-Nya. Supaya kita semakin mendekat pada Pemilik Jiwa kita. Allahu Akbar !!!

Kadang ibu khawatir melihat tarikan napas kesal Antum, ketika bacaan harus diulang berkali-kali. Kadang enggan dengan rayuan Antum ketika menawar agar lebih sedikit mengeja ayat. Kadang terluka melihat Antum menangis karena hafalan tak juga kunjung tercetak di kepala. Ah Antum, mengapa hal yg di majelis terkadang terasa melelahkan justru sekarang ibu rindukan. Antum memang ngangenin Nak.

Kapan lagi kita satu majlis? Bahkan ke mesjid pun langkah  kita tertahan. Hanya bisa menatap menara mesjid dan berbisik lirih “kapan boleh mengunjunginya lagi? “. Dan kaki pun hanya bisa melangkah masuk bilik sembari hati gerimis  resah. Yaa Robbanaa, ampuni kami yg sering lalai. Sering enggan ketika kesempatan belajar  begitu luas menghampar.

Tapi ada yg lain saat ini Ibu lihat, Antum berbeda dengan anak-anak lain. Ketika orang-orang santai saat BDR, Antum  tak kehilangan semangat untuk belajar dan tak berhenti menyetor hafalan. Meski kadang harus dikoreksi dan mengulang ayat yg sama. Jawabanmu adalah “oke Bu”. Dan ibu terkagum-kagum dengan semangat Antum untuk setor di luar jadwal. Meminta waktu dengan kalimat santun yg takkan mampu ditolak. Satu kata untukmu “hebat”. Kalian memang anak-anak hebat Nak.

Antum, pembelajar-pembelajar yg tangguh. Stay at home tak membuat Antum berhenti menempa diri. Sungguh Antum beruntung saat ini, Antum sedang disiapkan untuk menjadi pemimpin di ujung zaman. Pemimpin yg harus siap dengan berbagai fitnah dunia. Pemimpin yg tak bingung dengan kosakata. Pemimpin yg sanggup mengelola negeri menjadi baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.

Ternyata Pandemi Corona mengajarkan Antum banyak hal. Memastikan Antum  menanam mimpi dan asa yg akan terpatri kuat dalam dada. Antum akan ditempa menjadi insan lebih hebat.

Ramadhan datang saat Pandemi menyambangi negeri ini. menjadi lahan luas untuk Antum menanam berbagai kebajikan. Berlomba- lomba mengejar nikmat pahala berlipat meski tetap di tempat. Hatimu sedang berproses demi menjelma menjadi kuat menghadapi berbagai tekanan yg datang.

Bukankah permata terbentuk karena tekanan yg kuat? Ia mampu menjelma menjadi mutiara karena sanggup menahan semua rasa sakit dan tekanan yg dialaminya. Bukankah mutiara hadir karena sanggup menahan sakit? Andai ia tak sanggup, ia hanya kerang biasa yg nasibnya bisa saja berakhir di gerobak penjual seafood.

Antum sedang dalam proses menjadi mutiara umat. Pandemi telah mengajarkanmu menghadapi semua dengan kuat. Lihatlah sekarang, Antum  menjadi Imam yg hebat di keluargamu. Imam yg tak hanya membaca 3 surat terakhir di Al-Quran. Pandemi memaksamu murajaah ayat, menambah ayat, menambah kemampuan. Agar tak kehilangan muka di depan keluarga tersayang. Hehehe… Ketika Pandemi  usai, kau telah siap dengan semangat baru untuk menjadi imam yg sesungguhnya di masyarakat.

Wahai Ikhwan, ayo Ibu ajak semua kalian belajar dari kemenangan Al-Fatih Sang Penakluk Konstantinopel. Kemenangan yg diawali keyakinan sempurna pada bisyarah Rasulullah. Beliau membentuk mental sejak awal dengan didikan gurunya, untuk memenuhi bisyarah Rasulullah bahwa dialah Sang Penakluk yg telah dikabarkan ribuan tahun sebelum beliau terlahir.

Perjalanan kemenangannya sungguh tak mudah. Bertahun tahun menempa diri. Berlatih ilmu tanpa henti. Belajar  agama, strategi perang, menganalisis keadaan dan beribadah sepanjang waktu, tak pernah absen mengisi hari-hari menuju kemenangannya.

Puncak perjuangannya ketika selat Bosphorus, Rumeli Hisari, pegunungan Galata, Teluk Tanduk Emas menjadi saksi betapa  hancurnya hati Kaisar Byzantium saat menghadapi kekalahannya. Negeri yg ratusan tahun tak mampu ditembus pasukan Avars, Gothik, Persia, Bulgaria, Rusia, Khazar dan Pasukan Salib, harus rela membuka gerbang kemenangan untuk umat Islam.

Wahai Akhwat, ayo Ibu ajak kalian belajar dari Aisyah, wanita mulia yg sekarang lagunya sedang viral. Bukan belajar tentang romantisme. Tapi tentang ketangguhan seorang wanita yg ditempa sejak kecil. Hijrah di usia muda, peperangan demi peperangan, fitnah kejam dilalui dengan hati yg kuat. Kekuatan imannya laksana karang di lautan, tak tergoyahkan gelombang sebesar apapun.

Tak perlu kagum pada propaganda ide kesetaraan gender dengan jargon  memuliakan wanita, karena  ternyata maksudnya malah mengeksploitasi wanita habis-habisan. Dengan alasan kesetaraan, wanita digiring ke luar rumah untuk bekerja, beraktivitas melebihi kodratnya, memisahkan wanita dari anak, suami dan keluarganya. Pelan tapi pasti, ide ini membawa wanita Islam masuk jebakan berbahaya. Akhirnya, dalam jangka panjang, rusaklah keluarga. Dari Bunda Aisyah kita bisa belajar betapa wanita Islam sungguh dimuliakan. Ia wanita berilmu yg menjadi guru sepanjang hidupnya. Ia wanita yg  membimbing umat di zamannya. Jauh sebelum para pegiat Emansipasi datang mengutarakan ide-nya. Bukan dengan emansipasi yg sekuler tapi dengan Islam. Ya hanya dengan Islam saja. Masya Allah.

Antum wahai Aisyah masa kini

Antum wahai Calon Penakluk Roma

Tongkat perjuangan sedang bergulir ke arah Antum, peganglah erat. Belajar dan teruslah belajar. Hingga kemenangan itu datang  menyambutmu. Dan orang-orang yg pernah menertawakan perjuanganmu, hanya bisa menunduk malu saat itu.

Ramadhan Kariim, izinkan kami bertemu lagi di akhir nanti di atas dipan-dipan indah di Surga.

Kini biarlah rindu ini Ibu pendam.

Tapi semangat Ibu dan semua guru kalian tak akan pernah padam.

Karena kalian benar-benar mutiara yg terpendam.

Saatnya nanti, pada kalian umat akan berterima kasih mendalam.

 

Pesan Cinta dari Allah Swt :

  1. Kita mesti paham bagaimana sikap dan respon timbal balik dari Anandas agar pendidikan di sekolah dan di rumah bisa serasi sejalan satu frekuensi.
  2. Anandas mesti paham bahwa mereka benar-benar sangat diharapkan oleh umat.