Selamat Jalan Wahai Musrifah dan Sahabat Engkau telah Meninggalkan Jejak Kebaikan bagi Kami

0
481

Selamat Jalan Wahai Musrifah dan Sahabat
Engkau telah Meninggalkan Jejak Kebaikan bagi Kami

Penulis: Eko Agung Cahyono

Ya Allah Terimalah Ia sebagai Hamba-Mu yang Shalihah

Inna lillahi wainna ilaihi raji’un. Telah berpulang ke Rahmatullah Ibu Ai Mulyani binti Nana Suryana (35 tahun) pada hari Rabu, 22 Rajab 1443 H bertepatan 23 Februari 2022 M.

Berita duka itu mengejutkan keluarga besar SIT Insantama di tengah kesibukan mereka melaksanakan amanah pendidikan yang sedang berlangsung. Para guru, staf, pengurus Yayasan, ibu RND, tak terkecuali para orang tua siswa menyebut lirih nama Bu Ai dalam doa dan duka.

Ibu Ai adalah staf administrasi keuangan yang cukup lama mengabdi di Insantama. Sosok yang memiliki semangat kerja tinggi dan berdedikasi terhadap setiap tugas yang diberikan. Supel dalam bergaul dan santun dalam bertutur. Tak gampang mengeluh dan berpendirian teguh. Adalah sifat yang diakui oleh rekan kerja dan pimpinan.

Amanah sebagai ibu rumah tanggapun tak dibiarkan terabaikan. Dengan enam anak karunia Allah, Bu Ai selalu menyeimbangkan kewajiban sekolah dan rumah. Pagi hari, sering tergopoh ke sekolah agar tidak terlambat setelah menitipkan sang buah hati di pengasuhan/Paud Insantama. Tak jarang sarapan yang sudah dibuat baru bisa dinikmati saat di meja kerja. Bekal ‘amunisi’ itupun tanpa basa-basi masih ditawarkan kepada rekan kerja agar bisa disantap bersama.

Tak cukup di sini, kewajiban sebagai seorang muslimah yang berpegang teguh terhadap Allah dan Rasul-Nya juga dijaganya. Ia adalah pendakwah yang hampir tak pernah absen memberikan kajian keislaman kepada anak-anak remaja di sekitar tempat tinggalnya.

Siang itu (sekitar 14.00 WIB) engkau dikebumikan di liang tanah kelahiranmu, Cibadak-Sukabumi. Bertabur bunga di atas tanah merah, berselimut doa dari sang suami, ayah, ibu, keluarga, sahabat, dan rekan kerja. Aribah, Dzakwan, Ijlal, Rihah, Fathinah dan Si Bungsu, Mahiira (11 bulan) hanya cukup melepas kepergianmu di atas pusara.

Rombongan pengantar jenazah telah sempurna melaksanakan tugasnya, namun ‘tamu-mu’ tak henti berdatangan. Para guru, karyawan, orang tua dan pengurus Fosis, pun demikian pengurus Yayasan Insantama Cendekia bertakziyah menuju pemakaman yang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki… setelah menembus kemacetan Bogor-Sukabumi, dengan berkendara roda dua maupun empat.

Insya Allah engkau adalah hamba-Nya yang shalihah. Orang alim mengatakan, “Pertanda kesalehan seseorang dapat terlihat dalam dua hal, yakni ketika ia ditimpa derita (sakit) dan kematian. Pada saat sakit, banyak orang yang menjenguk dan mendoakan untuk kesembuhannya. Kala ia wafat, berduyun-duyun orang mensholatkan, menghantar jenazahnya dan bertakziyah”.

Doa Bersama Keluarga Insantama

Kamis, 24 Februari 2022, tepat setelah jama’ah masjid usai melaksanakan shalat Maghrib, keluarga Insantama (pengurus Yayasan, Ibu RND, guru dan staf) mengahadiri pembacaan yasin, tahlil dan doa bersama. Meski dilaksanakan dari rumah masing-masing, namun kekhusukan dan kesyahduan sangat terasa di room zoom. Pak Zaenal (suami almarhumah Bu Ai) juga hadir di tengah keluarga Insantama.

Sebelum pembacaan Surat Yasin, acara dibuka dengan sambutan Ketua Yayasan Insantama Cendekia, Ustadz H. Ir. Muhammad Ismail Yusanto, MM.

“Cukuplah kematian sebagai nasihat bagi kita. Bulan Januari beliau masih mengikuti acara penyegaran, dimana saya menyampaikan hal-hal penting kepada seluruh staf dan guru… Bagi kita yang masih hidup semoga kita bisa mempersiapkan sebaik-baiknya untuk menghadapi kematian, sebagaimana Sabda Nabi SAW, manusia yang cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik dalam mempersiapkan bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian… Bu Ai meninggal pada bulan Rajab, semoga ini pertanda husnul khatimah, semoga beliau ditempatkan di tempat yang terbaik di Surga-Nya Allah…”, demikian potongan sambutan Pak Ismail.

Lebih dari 160 partisipan khidmat membaca Surat Yasin yang dilanjutkan dengan tahlil yang dipimpin Pak Arifurahman. Suasana semakin syahdu pada saat Ustadz Dr. Rahmat Kurnia mengajak hadirin berdoa.

Doa yang sangat menyentuh. Bagai Sang Ayah yang mendoakan anak kandungnya yang pergi dan tak pernah Kembali… Terngiang keceriaan Bu Ai semasa hidupnya… tetesan air mata tak tertahankan berbaur dengan munajat doa.

“Selama dua belas tahun saya mengenal Bu Ai. Beliau orang yang sabar, baik, dan jarang mengeluh. Saya banyak belajar dari Bu Ai tentang mengurus anak. Bi Ai-lah musyrifah (ed: guru pembimbing) pertama saya. Masya Allah luar biasa, saya semakin mengenal lebih dalam tentang hukum syara’ dan mengenal arti hidup yang sesungguhnya. Dari mana, untuk apa dan mau kemana, Materi ini amat sangat melekat dibenak saya. Ruang kecil keuangan, di sanalah saksi bisu di mana saya dan Almarhumah gunakan untuk berdiskusi dan mengkaji Islam lebih dalam… Di tengah ikhtiar kami mencari pengobatan yang lebih baik, di hari itu pula beliau dipanggil Allah… Beliau sungguh ibu yang tangguh”, kenang Bu Sa’diyah, salah satu teman dekat almarhum sekaligus rekan kerja di unit keuangan SIT Insantama.

Tidak hanya rekan satu ruang yang memiliki kesan mendalam tentang Bu Ai Mulyani, dari jajaran gurupun demikian. Kesan yang mengalir di berbagai grup WhatsApp saat kabar duka itu hadir di layar hijau handphone. Kesan terhadap pribadi Bu Ai diutarakan pula oleh Bu Santi saat sesi ‘Testimonial Sahabat’ di penghujung acara Doa Bersama.

“Bu Ai itu orangnya suka membantu. Suatu malam saya pernah mendapatkan kesulitan dan beliau dengan cepat membantu keluarga saya padahal beliau sendiri juga harus mengkondisikan anak-anaknya. Almarhum adalah tetangga yang baik, suka berbagi, sederhana, memudahkan masalah, tegar dan setia kawan”, tutur Bu Santi, Guru SMPIT Insantama yang juga pernah bertetangga di komplek kontrakan sekitar sekolah.

Di bulan ini SIT Insantama begitu banyak diberikan cobaan oleh Allah SWT. Tidak sedikit guru, staf dan pengurus yayasan yang sakit sehingga terkendala melaksanakan Amanah pendidikannya. Termasuk beberapa santri Insantama Boardig School (IBS) yang terkonfirmasi positif Covid yang membuat sekolah harus bertindak cepat untuk menanganinya.

Dan kami sangat bersyukur dapat melewati bulan yang penuh ujian ini dan tidak menyangka sahabat kami, Ibu Ai Mulyani akhirnya dipanggil oleh SWT. Di balik ikhtiar manusia, ternyata takdir Allah adalah kekuatan yang Maha Dahsyat.

“Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, maka akan dianugerahi oleh Allah tiga keutamaan; bersegera dalam taubat, giat dan semangat dalam beribadah pada Allah, dan tumbuh rasa qana’ah dalam hati.” Ad Daqaaq Rahimahullah.[]