Sekulerisme dan Kapitalisme adalah Pangkal Masalah

0
1061

Sekulerisme dan Kapitalisme adalah Pangkal Masalah

Ringkasan Khutbah Jum’at

Khatib: Ustadz Ayung Sunandar, S.Pdi

Masjid Pendidikan Insantama, 4 Maret 2022

Alhamdulillah, kita masih bisa mendengarkan adzan yang baru saja dikumandangkan. Beberapa waktu ini, panggilan Allah ini jadi polemik di tengah umat, khususnya terkait dengan penggunaan alat pengeras suara di masjid. Tersirat kekhawatiran jika masjid mengumandangkan adzan lewat pengeras suara lima kali sehari dapat mengganggu ketenangan warga dan merusak toleransi antarumat beragama.

Bahkan ada yang menyatakan bahwa umat Muslim tidak perlu menggunakan pengeras suara karena Tuhan Mahadekat dan tidak tuli. Lagipula, menurut mereka, Muslim yang sadar akan kewajiban shalat tidak memerlukan panggilan keras seperti itu. Ia akan menunaikan shalat dengan sendirinya.

Muncul pertanyaan, benarkah adzan menjadi masalah besar umat ini?

Adzan adalah panggilan shalat yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kaum Muslim. Beliau bersabda:

فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ

Jika waktu shalat telah tiba, salah seorang di antara kalian hendaknya mengumandangkan adzan untuk kalian dan yang paling tua di antara kalian menjadi imam kalian (HR al-Bukhari dan Muslim).

Suara adzan memang harus dikeraskan. Semua mahluk Allah subhanahu wa ta’ala yang mendengarkan panggilan adzan akan menjadi saksi pada Hari Kiamat. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لاَ يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلاَ إِنْسٌ وَلاَ شَىْءٌ إِلاَّ شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Tidaklah suara adzan yang keras dari seorang muadzin didengar oleh jin, manusia dan segala sesuatu melainkan itu semua akan menjadi saksi bagi dirinya pada Hari Kiamat (HR al-Bukhari).

Karena itu, keliru jika ada yang mengusulkan agar suara adzan jangan diperdengarkan atau dilarang untuk dikeraskan. Juga aneh jika ada pendapat bahwa adzan tidak diperlukan karena Allah Mahadekat dan tidak tuli. Ingat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam justru memerintahkan agar suara adzan dikumandangkan.

Maka, tidak pantas pula seorang Muslim merasa terganggu dengan suara adzan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa yang terganggu oleh adzan adalah golongan setan. Beliau bersabda:

إِذَا نُودِىَ بِالأَذَانِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ لَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لاَ يَسْمَعَ الأَذَانَ فَإِذَا قُضِىَ الأَذَانُ أَقْبَلَ فَإِذَا ثُوِّبَ بِهَا أَدْبَرَ فَإِذَا قُضِىَ التَّثْوِيبُ أَقْبَلَ يَخْطُرُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ

Jika adzan dikumandangkan, setan segera berpaling sambil kentut hingga dia tidak mendengar adzan tersebut. Jika adzan selesai dikumandangkan, dia pun kembali. Jika dikumandangkan iqamah, setan kembali  berpaling. Jika iqamah selesai dikumandangkan, dia pun kembali. Ia akan melintas di antara seseorang dan nafsunya (HR Muttafaq ‘alayh).

Oleh karena itu, merendahkan adzan, seperti menyejajarkan adzan dengan gonggongan anjing, atau dulu ada yang menyebutkan bahwa suara kidung jauh lebih indah daripada suara adzan, adalah termasuk penistaan agama serta merupakan dosa besar. Allah subhanahu wa ta’ala telah mengingatkan:

وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ

Jika kalian menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) shalat, mereka menjadikan seruan itu sebagai ejekan dan permainan. Yang demikian adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau menggunakan akal (TQS al-Maidah [5]: 58).

Sebenarnya, banyak persoalan yang lebih utama dan penting untuk diselesaikan umat dan para pejabat di negeri ini ketimbang meributkan adzan dan pengeras suara. Yang utama adalah sekularisme. Paham batil yang mengajarkan pemisahan agama dari kehidupan ini menyebabkan banyak kaum Muslim yang tidak peduli dengan agamanya. Banyak Muslim yang tak bisa baca Al-Quran. Banyak Muslim tapi tak shalat. Dan sebagainya.

Sekularisme telah melahirkan pluralisme hingga sinkretisme. Tidak sedikit kaum Muslim mencampuradukkan ibadah dan keyakinan Islam dengan agama lain. Ada Muslim yang dipaksa ikut ritual agama lain, ini kok tidak dipersoalkan?

Karena sekularisme pula umat Muslim di Tanah Air rentan mengalami pemurtadan dan penistaan agama.

Karena itu, ketahuilah, sebenarnya pangkal dari persoalan umat hari ini, bahkan di seluruh dunia, adalah ketiadaan penerapan syariah Islam. Allah subhanahu wa ta’ala telah menjadikan syariah Islam sebagai solusi bagi setiap persoalan manusia.

Tanpa syariah Islam, yang berkuasa adalah syariah kufur. Peradaban menjadi hancur. Kemuliaan Islam terkubur.