Peristiwa Isra’ Mi’raj dan Akan Tegaknya Kejayaan Islam

0
1490

Oleh: Ustadz Sodik Permana

Ringkasan Khutbah Masjid Pendidikan Insantama
13 Maret 2020

Saat ini kita berada di bulan Rajab. Ada peristiwa penting dalam perjalanan hidup Rasulullah SAW, yaitu Isra Mi’raj. Isra adalah perjalanan Rasulullah SAW bersama Jibril dari Mekkah Al Mukaromah ke Baitul Maqdis di Palestina. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al Isra ayat 1:

سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِیۤ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَیۡلا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا
Artinya:
“Maha Suci Dzat yang telah menjalankan hamba-Nya di waktu malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha …”

Sedangjan Mi’raj bermakna tangga khusus yang digunakan Nabi SAW dari bumi menuju langit hingga Sidratul Muntaha. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى (١٣) عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (١٤) عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (١٥) إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (١٦) مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى (١٧) لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى (١٨)
Artinya:
Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupa yang asli) pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu[14] dan tidak (pula) melampauinya. Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar. (Surat an Najm 53: 13-18)

Sebagian manusia tak percaya dengan peristiwa tersebut. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Terutama orang-orang musyrik yang meragukan dan menjadi olok-olokan dengan peristiwa yang dialami Rasul SAW.

Namun tidak demikian bagi Abu Bakar. Tak ada keraguan pada diri Abu Bakar meyakini peristiwa yang memang tak masuk di logika akal manusia tersebut.

“Seandainya ada berita yang lebih (dahsyat) dari itu dan itu memang keluar dari lisan Nabi SAW maka aku akan mempercayainya. Bagaimana mungkin aku tidak membenarkan beliau tentang perjalanan ini”, begitulah ungkapan Abu Bakar As Siddiq.

Beliau tidak banyak bertanya meskipun berita tersebut mustahil terjadi dengan keterbatasan teknologi yang ada pada saat itu.

Demikianlah seharusnya sikap seorang muslim. Setiap berita yang shahih dari Allah dan Rasulnya maka sudah sepatutnya mengimani apa yang telah datang dari Allah dan Rasul-Nya itu.