Meneladani Keimanan Nabi Ibrahim dalam Bertauhid

0
470

Meneladani Keimanan Nabi Ibrahim dalam Bertauhid (Taat Setaat-taatnya)

Reportase Youtube Streaming: “Qurban untuk Pendidikan SIT Insantama” dalam perayaan Idul Adha 1442 H

Penulis: M. Arif Slamet Raharjo

Ada yang berbeda kali ini dengan acara Qurban di SIT Insantama pada hari Kamis, tanggal 22 Juli 2021 (12 Dzulhijjah 1442 H, hari ke-2 tasyriq). Dikarenakan masih dalam masa PPKM, maka acara qurban dilaksanakan melalui live streaming youtube. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penularan covid-19. Saat jarum jam menunjukkan pukul 07.45 WIB, terdengar gema takbir yang dilantunkan oleh Ust. Muhibuddin dalam rangka menunggu acara dimulai. Terlihat MC acara, Pak Julianto dan Pak Aris dari Insantama Boarding School (IBS) membuka acara Qurban untuk Pendidikan SIT Insantama tepat pukul 08.00 WIB. Setelah MC mengucapkan salam dan do’a pembuka, acara diawali oleh para asatidz IBS yang melantunkan gema takbir dengan iringan rebana. “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. Laa-ilaaha-illallahu wallahu akbar. Allaahu akbar walillaahil-hamd…”. Sungguh gema takbir yang dilantunkan membuat suasana menjadi hangat.
Setelah gema takbir selesai, acara dilanjutkan dengan sambutan dan tausiyah oleh ketua YIC, yakni Al-Ustadz Muhammad Ismail Yusanto.
Dalam tausiyahnya, Al-Ustadz M. Ismail Yusanto membuka dengan penggalan ayat Al-Qur’an:

….. قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۚ

“Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, ….” (Q.S. Al-Mumtahanah ayat 4)

Setelah itu, tausiyah dilanjutkan dengan kisah perjalanan hidup dari sosok manusia mulia, yaitu Nabi Ibrahim bersama istri dan anaknya, Nabi Ismail. Pada suatu waktu, Nabi Ibrahim diperintah Allah SWT, menuju sebuah tempat yang kering, tandus, dan tidak ada tumbuhan di sana. Sampai-sampai istrinya, yaitu Hajar bertanya: “Apakah ini adalah perintah dari Allah Swt.?” Nabi Ibrahim menjawab dengan mantap, “Iya”. Begitulah sikap yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dalam menerima perintah dari Allah SWT, untuk menuju tempat yang tandus.

Di lain waktu, Nabi Ibrahim bermimpi disuruh menyembelih putranya, yaitu Nabi Ismail. Namun karena perintah tersebut datang dari Allah Swt., maka perintah tersebut tetap dilakukan dengan ketaatan yang setaat-taatnya. Dari sini kita bisa ambil beberapa ibrah dari kisah Nabi Ibrahim:
1. Sikap seorang hamba kepada khalik-Nya, adalah mentaati perintah setaat-taatnya.
2. Meyakini bahwa Allah SWT, tidak mungkin mendzalimi hamba-Nya.
Ini ditunjukkan melalui sikap Nabi Ismail yang ikhlas ketika diminta untuk disembelih.
3. Perintah Allah SWT pasti baik.

Perintah menyembelih anaknya, kalau dilihat dari logika biasa akan terasa tidak maasuk akal. Namun jika dilihat dari pespektif lain mungkin akan berbeda. Saat pedang akan mengenai Nabi Ismail, Allah SWT menggantinya dengan sebuah domba. Dari sini kita bisa melihat ketaatan yang dimiliki oleh Nabi Ibrahim dalam melaksanakan perintah Allah SWT, dan keikhlasan Nabi Ismail dan Ibunya.

Dengan modal ketaatan dan keyakinan tersebut, keluarga Ibrahim mendapatkan banyak berkah. Berkah adalah “ziyadatul khair”, atau bertambahnya kebaikan.

Di penghujung tausiyahnya, Ust. M. Ismail Yusanto mengajak para kaum muslimin untuk selalu bertauhid, yaitu taat kepada Allah Swt., dengan taat yang setaat taatnya. Karena dengan tauhid tersebut bisa mengantarkan seorang hamba, atau keluarga, atau institusi dan lembaga, bahkan bangsa dan negara meraih keberkahan. Maka dari itu, Insantama sebagai sekolah calon pemimpin mengharapkan adanya pemimpin-pemimpin yang mempunyai jiwa “ansharullah”, yaitu pemimpin yang mengajak ummatnya untuk bertauhid atau mengajak ketaatan kepada Allah Swt.

Acara dilanjutkan dengan penyembelihan domba yang dilakukan oleh bapak-bapak guru dengan menjalankan prokes 5M. Sebelum penyembelihan hewan qurban berupa domba, kali ini Pak Isab menjelaskan mengenai ciri-ciri hewan qurban yang layak dijadikan sembelihan. Pertama domba harus sehat, kedua gerakannya kuat dan tidak lemas, serta punya tanduk besar, badan besar, kulit tidak ada luka, gigi sudah berganti, dan lain sebagainya. Setelah menjelaskan ciri-ciri domba, penyembelihan domba tersebut dilakukan dengan iringan takbir.

Agar suasana segar kembali, team guru SMPIT menampilkan nasyid penuh ceria. Dalam nasyid ini dijelaskan tentang keindahan suasana hati seorang hamba setelah di uji oleh Rabb-Nya dengan rasa sabar dan kesungguhan dalam menjalankan ketaatan. Lantas acara dilanjutkan dengan penyisitan dan pengenalan anatomi hewan. Setelah Pak Isab membedah isi perut domba, beliau menjelaskan tentang anatomi dalam perut domba. Diterangkan secara rinci tentang bentuk dan fungsi ginjal, usus, lambung, kantung empedu, limpa dan seluruh isi perut domba tersebut. Disinilah salah satu letak acara qurban sebagai wadah pembelajaran. Jadi para siswa tidak hanya dikenalkan mengenai qurban sebagai ibadah, namun juga sebagai wasilah belajar mengenal anatomi hewan.

Keseruan ini juga dirasakan oleh ananda Canka kelas 3E, salah satu siswa yang Abinya ikut berkurban di Insantama. Dalam testimoninya ananda Canka berkata: “Ana sangat senang sekali ikut berkurban di Insantama, ditambah lagi bisa bakar sate”. Alhamdulillah.

Tidak cukup sampai di sini, acara juga diisi dengan kisah hikmah tentang cerita penyembelihan Nabi Ismail oleh ayahandanya, yaitu Nabi Ibrahim. Kisah ini dibawakan dengan seru oleh Pak Agus Hilman dan boneka yang lucu bernama Mamat. Dalam sesi ini juga Pak Agus mengajak kepada para kaum muslimin untuk beribadah qurban, karena ini termasuk ibadah yang sangat dianjurkan. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pendistribusian daging hewan qurban kepada masyarakat sekitar.

Adalagi acara yang seru kali ini, yaitu pembacaan pantun-pantun yang bertemakan hikmah Idul Adha. Adapun pembacaan pantun ini dipersembahkan khusus oleh Pak Ahdati yang selama ini sudah masyhur di kalangan civitas SIT Insantama sebagai “The master of pantun”. Julukan ini sangatlah wajar, karena beliau berasal dari Tanah Minang. Berikut salah satu petikan pantunnya:
“Tulislah nama menggunakan tinta,
Tinta dipakai tidaklah berwarna,
Berkurban itu tanda cinta,_
Cinta kepada Allah dan sesama.”

Setelah semua sesi dilalui, akhirnya acara ditutup dengan do’a oleh Al-Ustadz Muhibuddin. Kalimat demi kalimat syahdu melangit, lantunan harap terpinta, asa terucap, keyakinan terkabulnya doa akan menjadi kenyataan. Akhirul kalam, semoga pandemi Covid-19 ini segera berakhir agar suasana ibadah, belajar, dan bermain dapat bersama di Insantama segera terwujud kembali.
Aamiin yaa Robbal Alamin….. []