BERGABUNG DI INSANTAMA DAN MENAKLUKKAN RASA TAKUT

0
962

BERGABUNG DI INSANTAMA DAN MENAKLUKKAN RASA TAKUT

Penulis: Waddah Ar-Rahmani (Guru Fiqh & PKn)

Hai perkenalkan nama ana Waddah Ar-rahmani. Ana saat ini mengajar di SMPIT Insantama Bogor. Untuk bisa masuk atau bahkan terbersit dalam pikiran bisa mengajar di Insantama itu adalah sesuatu yang tidak mungkin bagi ana awalnya, karena banyak sekali orang-orang, baik teman, saudara, karib kerabat yang mengabarkan bahwa Insantama memiliki brand yang luar biasa dengan jebolan anak-anak yang tak hanya relijius tapi juga berani menjadi sosok pemimpin di tengah umat. Juga bukan hanya dari sisi akademis tapi serius dalam upaya mewujudkan siswanya menjadi calon pemimpin terbaik bagi umat di masa mendatang. Dengan brand yang terus bergema di pikiran inilah makanya ana pun pesimis. Dalam benak hanya terpikirkan, “Tidak mungkin sepertinya ana bisa menjadi pendidik di sini.”

Pikiran itu terus bergelayut setiap kali ana memasuki gerbang Insantama untuk mengantarkan keponakan bersekolah di sini. Bangga rasanya sekadar menjadi bagian dari keluarga besar SIT Insantama walau tidak secara langsung, karena hanya sebagai bibi yang sering mengantar keponakan kesayangannya itu.

Saat memasuki gerbangnya, terasa nuansa penuh kehangatan juga penuh inspirasi yang semakin lama justru menggusarkan pikiran ana. Muncul kegamangan akan salah satu cita-cita ana dulu untuk menjadi pendidik di sekolah ternama ini, “Mungkin nggak ya ana bisa di sini?”

Kesempatan pernah hadir tapi ana saat itu masihlah berkutat pada pikiran insecure, yang terus saja berpikir kayaknya nggak mungkin bisa diterima deh! Karenanya kesempatan itu pun tidak ana ambil. Seringnya ana menginjakkan kaki di sini, merasakan atmosfer semangat para siswa dalam mewujudkan mimpi besarnya. Akhirnya, sampai pada suatu saat keinginan yang sekaligus cita-cita itu pun terpicu untuk terus menggelora, mengalahkan rasa ketidakpercayaan diri ana. Ana pun mencoba lagi untuk meyakinkan hati bahwa ambil saja, coba dulu dengan sungguh-sungguh. Saat itu ana juga sedang mencoba mengukur diri, sampai sebatas mana ana mampu menaklukkan ketakutan diri ana sendiri, seberapa mampu ana menaklukkan ketakutan dan kekhawatiran yang ada di dalam benak ana.

Waktu wawancara dan micro teaching pun tiba. Tampak di hadapan ana sosok anak-anak penuh semangat dengan percaya diri akan terwujudnya harapan dan mimpi-mimpi besar mereka dengan penuh keberkahan. Binar mata mereka kembali sedikit membuatku minder, deg-degan hebat. Namun, ana pun terus mencoba meyakinkan diri sambil menghela napas beberapa kali. Dalam hati ana berikrar, “Suatu saat ana di depan antum semua dan akan menjadikan antum orang-orang yang hebat! Dan kehebatan itu pun karena Allah yang menghebatkan kita sehingga Allah jadikan mata-mata murid yang di depan ana ini senantiasa takdzim terhadap gurunya.”

Selang sehari dua hari ana menunggu, sambil harap-harap cemas, muncul kembali pikiran “Sepertinya tidak mungkin ana masuk atau diterima di sekolah ini.”

Tanpa ana sangka, tepat pukul 14.00 WIB, siang hari menuju sore hari, ana mendapatkan notifikasi di handphone. Tampak di layar tertulis pesan, “Maukah Anda bergabung dengan SIT Insantama?” Pada saat itu ana menangis, ya, menangis, benar-benar menangis! Haru bercampur bahagia. Benar-benar nggak nyangka!

Kemudian ana pun menjalani hari pertama dengan kesan begitu mendalam. Bertemu para calon pemimpin masa depan yang menjadi harapan umat, juga para guru yang ikhlas mendidik mereka mewujudkan harapan itu bersama mimpi-mimpi besar para calon pemimpin tersebut.

Ana pun mempunyai harapan, semoga Allah jadikan tangan dan lisan ana ini menjadi wasilah hidayah untuk mereka, menjadi inspirasi untuk mereka, dan mampu menjadikan mereka mutiara pemimpin terbaik bagi umat kelak.
Ketika ana mengajar mereka, mendampingi atau menggantikan guru, betapa mereka penuh dengan keceriaan, semangat, tidak penuh dengan rasa beban, ana flashback diri di masa lalu, kenapa ya Allah sepertinya waktu ana masa SMP begitu penuh tersiksa dengan lingkungan yang tidak mendukung ana untuk menggunakan jilbab juga untuk menggunakan khimar. Tapi bertemu mereka, ternyata ada lingkungan yang di situ adalah kebaikan bagi semuanya.

Itu yang ana rasakan dan berharap semoga ana bisa terus langgeng di Insantama, bisa terus menjadi sosok yang mampu menginspirasi anak-anak. Yang ana pun banyak sekali terinspirasi dengan anak-anak dengan berbagai karakter mereka, bi’ah mereka, aktivitas mereka, yang semuanya di-support oleh sistem yang mengarahkan mereka kepada kebaikan. Tidak ada suatu aktivitas pun yang luput dari Islam yang diajarkan kepada mereka dan menjadikan mereka jauh lebih mengenal tentang Islam sehingga senantiasa kehidupannya teratur dalam Islam.

Hikmahnya, sampai kapanpun ketika kita tidak menaklukkan ketakutan kita, kekhawatiran kita, ketidakmungkinan kita, dan kita belum mencoba, maka tak akan pernah kita rasakan bagaimana kegagalan itu. Rasa takut itu untuk ditaklukkan, dan Allah akan berikan jalan terbaik di sana. So, anak-anakku semoga harapan-harapan Antum impian-impian antum jangan pernah patah, karena sesuatu yang tidak mungkin bagi kita adalah mudah bagi Allah untuk mewujudkannya.[]

#SMPITInsantama
#SekolahCalonPemimpin