“Tulisan bagai Manusia”

0
222

“Tulisan bagai Manusia”

Penulis: Eko Agung Cahyono

“Nanti, menulis itu seperti manusia. Tulisan itu punya karakter. Ia adalah cerminan dari perasaan dan pikiran”,
inilah inspirasi pagi yang kami dapatkan dari ketua RnD Insantama, Ibu Zulia Ilmawati di hadapan 45 penulis Insantama (Sabtu, 16/10/2021).

Ini adalah pertemuan ke 5 dari Kegiatan Pelatihan Menulis Nasional yang diselenggarakan oleh Direktorat SDM SIT Insantama. Sesi yang bertemakan Caption Menarik dan Mendidik
di Media Sosial merupakan kelanjutan dari pelatihan ber-seri ini.

Sebelumnya para peserta difasilitasi untuk mendalami teknik membuat opini dan reportase, kini mereka diajak untuk menyelami teknik menulis di media sosial (medsos).

Peserta merasakan materi yang dibawakan Bu Zulia begitu kuat dengan pengalaman pribadi beliau selama lebih dari 40 tahun berkhidmat di dunia tulis-menulis dan sebagai pengasuh di beberapa rubrik media Islam. Ini semakin menambah kaya wawasan peserta. Terlebih lagi, nara sumber juga salah satu penggiat medsos yang sudah memiliki pengikut 27,5 ribu dengan lebih dari seribu postingan di akun instagram beliau.

Menulis dengan hati, adalah salah satu tips yang dipaparkan dalam pelatihan sesi ini. Meskipun kita menulis dengan tangan atau diketik pada tombol keyboard komputer, namun kekuatan tulisan itu terletak sejauh mana penulis melibatkan perasaan mereka yang kemudian dituangkan dalam tulisan.

“Menulis adalah berbagi rasa lewat abjad dan menyentuh hati lewat kata”, demikian ungkapan pemateri yang tertuang di salah satu slide presentasinya. Menurut Ibu yang sudah memiliki satu cucu ini, menulis itu sebenarnya kita sedang ngobrol dengan manusia yang tertuang dalam bentuk tulisan.

Khusus tulisan pada medsos, Bu Zulia mengajak peserta agar memiliki kebiasaan memberikan komentar terhadap setiap objek atau peristiwa yang ada di hadapan penulis, apapun itu.

“Saya itu suka ‘gatel’ kalau melihat foto. Dan suka ‘mengata-ngatai’ foto-foto itu… Apalagi Insantama yang banyak sekali kegiatan dan foto. Sangat banyak bahan yang bisa menjadi sumur ide”, celetuk sang narasumber untuk mempersuasi para peserta yang sekaligus sebagai guru dan staf Insantama cabang, dari Sumatera hingga kepulauan Maluku.

Sangat tepat ungkapan pemateri, kegiatan di Insantama begitu banyak, baik di pusat maupun cabang. Apakah kegiatan pembelajaran maupun kesiswaan atau pendukung pembelajaran. Semua itu adalah sumber tulisan yang layak dikisahkan. Dan memunculkan kebiasaan (bi’ah) mengambil foto dan ‘mengata-ngatai’ setiap peristiwa adalah penting bagi para pelaku pendidikan. Tentu dengan kata-kata kebaikan dan positif dengan harapan bahwa tulisan yang dituangkan itu bermanfaat bagi pembaca.

Program pelatihan ini sungguh upaya yang sangat super, bagaimana sekolah berusaha meningkatkan peran para guru dan mengembangkan potensi mereka seoptimal mungkin. Guru didorong agar selalu mengabadikan aktifitas pendidikannya dengan menulis. Karena tulisan itu akan menjadi saksi dan atsar (bekas) di masa yang akan datang.

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah” (Pramudya).[]