The Golden Traces of Life

0
709

The Golden Traces of Life

Penulis: Irfah Zaidah

“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan’, yaitu kematian”.
(HR. At Tirmidzi)

Dzikrul maut atau mengingat kematian, bukanlah perkara yang ala kadarnya dalam Islam, ia adalah salah satu aktifitas yang dianggap penting. Mengapa penting ? Karena dengan mengingat kematian, diharapkan seorang muslim bisa lebih menghargai hidupnya, sehingga menjadikan hidupnya lebih bermanfaat dan bermakna. Bahkan Rasulullah Muhammad Saw menyatakan, orang yang banyak/sering mengingat kematian salah satu ciri orang yang cerdas. Perhatikan sabda beliau:

Umar ibn Khattab, khalifah kedua setelah Abu Bakar al-Shidiq, pernah berkata:

أتيتُ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عاشرَ عشرةٍ , فقال رجلٌ من الأنصارِ : من أكيَسُ النَّاسِ وأكرمُ النَّاسِ يا رسولَ اللهِ ؟ فقال : أكثرُهم ذِكرًا للموتِ وأشدُّهم استعدادًا له أولئك هم الأكياسُ ذهبوا بشرفِ الدُّنيا وكرامةِ الآخرةِ .

”Bersama sepuluh orang, aku menemui Nabi SAW lalu salah seorang di antara kami bertanya, ‘Siapa orang paling cerdas dan mulia wahai Rasulullah?’ Nabi menjawab, ‘Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan akhirat’.” (HR. Ibnu Majah).

Seiring dengan 2 hadits tersebut di atas LMT-1 (Leadership and Management Training-1) SMPIT Insantama Rabu, 03/08/22 di penghujung sesi 3, pada pukul 14.40 hingga 15.10 WIB menggelar acara ‘Dzikrul Maut’. Tujuan yang ingin dicapai, ada 2 hal: Pertama, acara ini sebagai pengingat bahwa setiap jiwa pasti akan meninggal dunia atas ketentuan dan izin Allah Swt. Manusia harus siap untuk meninggalkan ‘The Golden Traces of Life’ (Jejak-jejak ‘emas’ dalam kehidupan).

Tujuan yang kedua, sesi ‘Dzikrul Maut’ ini sebagai mata rantai menuju ke sesi berikutnya ‘Merancang Mimpi Besar’ bagi siswa kelas 7 yang masih baru dan ‘Mem-fiksasi Mimpi Besar’ bagi siswa kelas 8 dan 9. Karena, seorang manusia tak dapat dikatakan memiliki ‘Mimpi Besar’ jika sekadar berorientasi kesuksesan duniawi semata. ‘Mimpi Besar’ harus dirancang hingga menembus akhirat, berorientasi akhirat. Jadi, seseorang dikatakan sukses meraih mimpi besarnya jika dia bisa meraih kesuksesan dunia dan akhirat yaitu merancang serta memantaskan dirinya menjadi Ahlul Jannah.

Oleh karena itu, pada sesi ini Pak Ageng selaku trainer menggiring peserta LMT-1 untuk masuk dalam suasana haru dan syahdu, musik sentimentil pun diputar mengalun lembut mendayu, narasi dari Pak Ageng mengajak peserta untuk bermuhasabah diri tentang peristiwa kematian hingga diputarkan video in memoriam kakak kelas Angkatan Zaviariz yang meninggal beberapa tahun lalu; Almarhumah Sekar Dahayu Putri Wardani, sembari setiap siswa pun diberi potongan kecil kain kafan yang sudah diberi aroma kamfer ‘aroma khas jenazah yang sudah dirawat’. ‘Hujan’ tangis dari para peserta pun terjadi pada sesi ini. Mata berkaca-kaca, meleleh air mata hingga sembab pun menjadi pemandangan di sesi ini.

Ada 2 hal yang paling berkesan di sesi ini: Yang pertama teatrikal pengusungan keranda, ada Pak Fajar, Pak Ahdiat, Pak Andri dan Pak Anjar sebagai pengusung keranda tepat pada keempat kaki keranda. Keranda pun masuk ruangan bertutup kain hijau bertuliskan lafadz innalillahi wa inna ilayhi raji’un disambut tangis para peserta yang semakin menyayat hati, terlarut dalam teatrikal ini dan berpadu dengan perenungan kematian diri, kedua orang tua serta orang-orang terkasih yang kita sayangi.

Yang kedua, lebih fokus kepada penulisan tekat ‘Ingin Dikenang Menjadi Jenazah Seperti Apakah Kita ?’. Pada sesi ini para siswa pun menuliskan tekatnya masing-masing, sambil berurai air mata.

Insyaa Allah, air mata seperti inilah yang disukai Allah Swt. Dia mengalir dan terurai sebagai muhasabah untuk mengingat dan mendekat pada-Nya.

Rasulullah Muhammad Saw bersabda, ”Tidak ada yang lebih dicintai Allah Swt dari dua tetesan dan dua bekas: tetesan air mata karena takut kepada Allah Swt dan tetesan darah yang tertumpah di jalan Allah: bekas perjuangan di jalan Allah dan bekas mengerjakan kewajiban yang difardhukan Allah Swt”. (HR. At-Tirmizi).[]