PTMT: Kangen Terobati, Siswa pun Happy Meningkatkan Immunity

0
222

PTMT: Kangen Terobati, Siswa pun Happy Meningkatkan Immunity

Penulis: Irfah Zaidah

“Sejak adanya Simulasi PTMT yang dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2021, saya selalu mengusulkan Insantama. Karena saya menilai Insantama siap. Bisa diamati dari gerbang sekolah, kesiapan psikologis, kesiapan Kepala Sekolah hingga guru-gurunya bahkan Yayasan pun komitmennya tinggi untuk segera PTMT. Insantama siap prokes, faskes dan komitmen itu didukung juga oleh orang tua siswa.”
(M. Sadikin, Pengawas Pembina Dinas Pendidikan Kota Bogor).

Bapak M. Sadikin memberikan tanggapan dan penilaian sebagaimana pernyataan beliau di atas, terkait terpilihnya SMPIT Insantama sebagai salah satu dari 44 SMP di Kota Bogor untuk melaksanakan PTMT Tahap 1, saat beliau melakukan kunjungan ke SMPIT Insantama pada pagi yang cerah, Selasa 05/10/21.

SMPIT Insantama melaksanakan PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas) sudah sejak 04/10/21, sesuai dengan keputusan resmi dari Disdik Kota Bogor. Informasi berikut ini, memperjelas tentang keputusan tersebut: “Insya Allah PTMT Tahap 1 dimulai hari Senin, 4 Oktober 2021 di 44 sekolah SMP, 115 SMA/SMK, 30 Madrasah dan 11 SLB. Tapi ada beberapa sekolah mulai hari Rabu, (6/10) karena mereka sedang ANBK (Asisten Nasional Berbasis Komputer),” kata Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor, Hanafi dalam keterangannya, Sabtu (2/10/2021).
(sumber dari https://kotabogor.go.id)

Menurut pak Sadikin, sisi positif pelaksanaan PTMT ini akan mengobati kangen para siswa sekaligus para guru. Sehingga semuanya hadir bertatap muka langsung dengan gembira, hal inilah yang dapat meningkatkan immunitas pada semuanya, tentu harus tetap taat prokes.

Beliau juga merasa khawatir, jika belajar online ini terlalu lama maka akan terjadi menurunnya bahkan hilangnya kemampuan atau potensi generasi mulai dari daya tahan fisik, psikis, kognitif dan karakter. Beliau menyatakan bahwa tentu hasil dari proses belajar online tidak seideal proses belajar offline. Jadi generasi online, tidak bisa menggantikan generasi offline.

Beliau menegaskan lagi, bahwa hakikat pendidikan itu bukan hanya sekadar mengejar hasil secara kognitif tetapi yang jauh lebih urgent adalah Pendidikan Berkarakter. Dan hal ini dibutuhkan kehadiran siswa secara offline agar mereka bisa berinteraksi, bersosialisasi, berdiskusi, berargumentasi secara tatap muka langsung bersama guru-guru dan juga teman-teman mereka.[]