Nasehat di Malam Yaumul Muhasabah; Siapakah yang Merugi ?
Penulis: Mila Sari
Dalam Al-qur’an banyak sekali Allah Swt menjelaskan tentang golongan yang merugi. Hal ini ditunjukkan dengan sifat-sifat mereka yang bisa dilihat. Contohnya, peristiwa yang dialami oleh Adam As. dan Siti Hawa ketika melanggar perintah Allah Swt untuk tidak mendekati pohon quldi. Namun mereka segera bertobat dengan mengakui kezaliman yang telah dilakukan dan menyesali perbuatan tersebut. Perbuatan ini disadari dan segera berdo’a memohon ampunan Allah Swt. Andai nabi Adam As. dan Siti Hawa tidak bertobat, tentu mereka berdua termasuk orang yang merugi.
Dapat kita definisikan bahwa, orang yang tidak mendapatkan ampunan Allah Swt. adalah orang yang merugi, karena jauh dari rahmat dan ampunan Allah Swt. Dan merekalah orang yang merasa aman dari azab Allah Swt. selama hidup di dunia, padahal di akhirat kelak tempat kembali mereka adalah neraka Jahanam.
Ciri-ciri taubat seorang hamba diterima pun dapat kita ketahui, salah satunya amalan pra tobat dan pasca tobat akan berbeda, contohnya Umar bin Khaththab Ra. Ketaatan dan kedekatannya dengan Allah Swt. semakin meningkat saat beliau telah memeluk Islam. Padahal sebelumnya, beliau adalah orang yang keras dalam menentang Rasul Saw. dan apa yang dibawanya.
Semua perbuatan maksiat akan mendapatkan balasan berupa dosa dan siksa. Itulah hal yang tidak dapat dipungkiri dan tidak pula dapat dihindari oleh siapapun juga. Oleh karena itu kita harus beriman kepada Allah Swt. walau kapan dan di mana pun kita berada. Bila maksiat sudah terjadi, maka iringilah dengan amal Shalih dan tobat karena perbuatan yang baik akan menghapus perbuatan yang buruk.
Perbuatan yang baik itu seperti zikir, menolong orang lain, shadaqah, puasa sunnah dan amalan-amalan shalih lainnya. Ingatlah selalu bahwa Allah Swt itu Maha Baik dan hanya menerima yang baik-baik, tidak menerima yang buruk. Jadi senantiasa-lah berbuat kebaikan sebagai persembahan bagi Rabbul Izzati.
Keinginan istiqamah dalam bertaubat harus dimiliki oleh setiap insan dengan senantiasa berupaya menghindari setiap perbuatan buruk dan minta pertolongan pada Allah Swt. agar suasana keimanan kita senantiasa meningkat. Jangan pernah merasa aman dari perlindungan Allah Swt, sebab bila kita merasa aman maka akan mengantarkan kita pada kebinasaan. Level tertinggi dalam Islam adalah saat beribadah mengimani bahwa terbukanya hijab antara kita dengan Allah Swt. Namun bila tak sanggup, maka yakinilah bahwa Allah Swt senantiasa melihat kita.
Itulah nasihat yang disampaikan oleh Buya Muhibudin selaku mudir ‘Am dalam agenda Yaumil Muhasabah pada Minggu malam (15/11/2020) lalu, di hadapan para santri IBS (Islamic Boarding School) Insantama via zoom meeting.
Materi ini disampaikan dengan tujuan agar kita semua senantiasa merasa diawasi dan dilihat oleh Allah Swt. Sehingga tidak ada peluang bagi diri untuk melakukan kelalaian dalam setiap perbuatan yang akan kita lakukan.
Semoga para santri IBS Insantama makin shalih-shalihah, mampu menggunakan waktu dengan baik dan efisien sehingga tidak ada penyesalan yang timbul di dalam diri di kemudian hari. Menjadi kebanggan, orang tua dan agama. Serta mampu menjadi pemimpin di masa mendatang dan membawa umat pada kebangkitan yang hakiki.
Wallahu a’lam bishsawab