Catatan Latihan Dasar Kepemimpinan 1 SMPIT Insantama Leuwiliang
“Apa Kabar Hari ini ?”
Kalimat sapa yang beberapa kali terucap dari pemateri Latihan Dasar Kepemimpinan Pertama (LDK 1) Bp. Ageng Budiansyah pada acara LDK 1 yang bertempat di SMPIT Insantama Leuwiliang pada Kamis (18/07).
Pertanyaan yang langsung dijawab kompak oleh siswa kelas 7, 8 dan 9 yang menjadi peserta LDK 1 kali ini. “Alhamdulillah, Luar biasa, Allahu Akbar, Yes”. Tak lupa beliau memperagakan gerakan tangan saat mengucap Alhamdulillah, Luar biasa, Allahu Akbar, Yes.
Melalui materinya, Pak Ageng begitu beliau disapa, menyampaikan beragam materi pada acara LDK 1 kali ini, mulai dari materi tentang membandingkan kebahagiaan semu dan hakiki, serta bagaimana menemukan kebahagiaan hakiki tersebut sampai materi tentang birrul walidayn serta tentang kepastian datangnya kematian. Kesemuanya diulas tuntas oleh beliau.
Beliau juga membahas sekilas problematika usia remaja/SMP yang mulai mencari jati diri, mengedepankan eksistensi diri, mencari role model, terjadinya pergaulan bebas dan lainnya. Yang diberikan juga solusinya dalam Islam. Sesekali materi diselingi dengan permainan yang mengasah konsentrasi dan kecepatan merespon, seperti lempar tangkap bola sepak, bola kecil, air mineral kemasan dan gelas kaca yang membuat siswa menahan nafas sejenak dan terkejut. Sesekali dilemparkan juga sabun, pasta gigi, buku tulis, dompet, dan gantungan kunci sebagai door prize bagi siswa.
Ditekankan juga oleh beliau bahwa kebahagiaan hakiki tidak terletak pada materi berupa uang berlimpah, rumah mewah, dan sejenisnya. Hal ini dikuatkan dengan fakta beberapa artis top dunia yang berlimpah materi, keluarga yang lengkap, terkenal seantero dunia namun meninggal dengan cara bunuh diri, mereka tidak bahagia. Semakin jelas bahwa materi bukan jaminan kebahagiaan hakiki. Kebahagiaan hakiki dapat dicapai dengan meyakini eksistensi Allah, dengan mentaati aturan Allah dan bersungguh-sungguh berupaya dalam mencapai tujuan.
Acara kemudian dilanjutkan tentang bagaimana agar bisa sukses dunia akhirat. Siswa diarahkan agar memiliki mimpi besar, urgensi tentang impian yang harus ada dalam benak pikiran siswa, bagaimana mengkreasikannya serta merealisasikannya, tak lupa bertawakkal kepada Allah. Diperkuat juga dengan penyampaian kakak kelas mereka yang bermimpi keluar negeri dan direalisasikan melalui program LKMA ke Jerman, Turki, New Zealand atau Mesir. Bagaimana beberapa perusahaan besar sekarang dapat menggurita yang berawal dari sebuah mimpi. Tak lupa disampaikan juga kesuksesan tak bisa dilakukan sendiri, ada peran Allah SWT di sana. Juga ada peran orang lain (orang tua, guru, teman, kakak, adik, dan lainnya).
Menjelang akhir acara, siswa diingatkan dengan pemutus segala kenikmatan yaitu kematian. Siswa diingatkan pula dengan perjuangan Orang tua mereka dalam membesarkan mereka dan bagaimana seharusnya siswa bersikap terhadap orang tua, guru dan teman. Dalam sesi ini suasana menjadi hening dan terdengar isak tangis hampir seluruh siswa-siswi, saat diberikan sepotong kain kafan beraroma melati kepada mereka. Suasana menjadi “ramai” ketika dihadirkan ke tengah-tengah mereka sebuah Keranda jenazah. Tangisan dari siswa-siswi semakin terdengar jelas. Disampaikan kepada siswa oleh Pak Ageng, “Bagaimana jika yang berada di dalam keranda tersebut adalah Ayah atau Ibu mereka. Apa yang mereka rasakan dan apa yang akan dilakukan ?”. “Bagaimana jika yang di dalam keranda tersebut adalah antum ?, ingin dikenal sebagai apakah antum saat meninggal nanti ?”. Tanya Pak Ageng.
Seisi ruangan tampak berlinang air mata terutama akhwat, demikian pula siswa ikhwan, dalam sesi ini pun menjadi penuh emosional, tak kuasa menahan air mata yang mengalir. Siswa-siswi kemudian bersujud bersama dan berdoa untuk kebaikan kedua orangtuanya dan guru-gurunya. Mereka pun diingatkan agar senantiasa serius dan tekun dalam menuntut ilmu dunia dan akhirat. Acara kemudian ditutup dengan praktik siswa menuliskan mimpi besar (cita-cita) mereka beberapa tahun ke depan. [] [YS]