LMT 2019 SMPIT Insantama Bogor: Langkah Awal Calon Pemimpin

0
1384

“Syubhanul yaum, rijalul ghad – Pemuda hari ini, pemimpin masa depan” (Pepatah Arab)

Seiring dengan kredo SMPIT Insantama Bogor : Sekolah Calon Pemimpin maka untuk memberikan bekal awal dan mendasar kepada para peserta didik baru tahun ajaran 2019 – 2020 yaitu siswa kelas VII, dan sebagai refresh kepada siswa kelas VIII dan IX SMPIT Insantama Bogor menyelenggarakan acara LMT 1 yang merupakan singkatan dari Leadership & Management Training 1, dengan mengangkat tema utama: Manjadi Pemimpin Umat Berprestasi bagi Kemuliaan Diri, Keluarga dan Umat. Acara ini dilaksanakan di MPI yaitu Masjid Pendidikan Insantama Bogor pada hari Rabu, 17 Juli 2019.

Pada acara ini para peserta didik mengikuti serangkaian materi pembahasan dengan beberapa tema penting yang saling terkait dalam rangka membantu para peserta didik menemukan jati dirinya sebagai seorang muslim yang memiliki karakter pemimpin yang cemerlang dan diridhai Allah SWT. Bukan pemimpin asal pemimpin, apalagi “pembebek” yang tertipu oleh jebakan lubang biawak sebagaimana yang telah tertuang dalam hadits rasulullah Muhammad SAW.

Adanya peristiwa gerhana bulan pada malam hari sebelum pelaksanaan LMT 1, tidak mengurangi semangat para siswa mulai dari kelas VII, VIII dan IX untuk thalabul ‘ilmi pada pagi harinya. Semua siswa baik ikhwan maupun akhwat dengan wajah ceria dan dengan derap langkah pasti menuju lokasi pelaksanaan LMT 1 MPI lantai 2, selepas mereka melaksanakan shalat dhuha terlebih dahulu. Kemudian dengan arahan para guru, posisi duduk siswa baru (kelas VII) ditentukan di baris terdepan kemudian disusul posisi duduk kakak kelas mereka yaitu kelas VIII dan IX berada di belakang mereka.

Terkait dengan antusiasme para siswa dalam menuntut ilmu telah diingatkan pula oleh Imam Syafi’i dalam maqalah beliau: “Hayatusy syabab bil ‘ilmi wa taqwa – Hidupnya para pemuda adalah dengan ilmu dan taqwa” maksudnya adalah hanya para pemuda yang menguasai ilmu -khususnya ilmu-ilmu agama- dan yang bertanyalah yang akan memilki kehidupan yang dinamis, penuh ghirah dan keberanian. Tetapi jika yang terjadi adalah sebaliknya maka kehidupan para pemuda akan status, tidak care terhadap sekitar dan tidak punya tujuan hidup.

Setelah semua siswa duduk rapi mengikuti saf-safnya dan suasana sudah terkondisikan dengan baik, acara dibuka oleh mc kemudian pak Ageng Budiansyah sebagai narasumber menyapa dengan ramah semua siswa “Apa kabarnya hari ini ?”, para siswa menjawab “Alhamdulillah!, luar biasa!, yess!”. Dalam memaparkan materi pak Ageng tampil secara prima: intonasi suara yang stabil, ekspresif, atraktif dan all out.

Siswa pun senang dan betah mengikuti satu demi satu pemaparan materi dari pak Ageng: mulai dari Finding right happiness di sini pak Ageng menjelaskan surat Al Baqarah ayat 201 tentang kebahagiaan hakiki akan dapat diraih oleh manusia dengan jalan taat kepada Allah SWT sehingga menuai ridhaNYA, materi berlanjut dengan membahas tema “Menemukan Arah Kehidupan” dengan landasan dalil surat Al An’aam ayat 116 yang menjelaskan bahwa kebenaran hakiki bukanlah dengan sekedar ikut-ikutan pendapat atau kemauan terbanyak sehingga membuat seorang muslim hanya sekedar mengikuti trend atau arus yang sedang terjadi di tengah-tengah masyarakat, meskipun trend atau arus itu sesuatu yang unfaidah bahkan membawa kepada kerusakan bahkan kemaksiatan. Padahal dalam hal ini, seorang muslim wajib untuk memahami kebenaran yaitu Islam dan kemudian mendakwahkan kebenaran tersebut di tengah-tengah masyarakat.

Manusia wajib untuk memahami 3 hal;Dari mana manusia berasal? Untuk apa manusia diciptakan?kemana manusia akan kembali setelah mati? Diharapkan dengan menjelaskan materi ini, para siswa akan memiliki kesadaran bahwa dunia adalah ladang untuk menanam kebaikan, sedangkan akhirat adalah tempat untuk memanen dari apa yang telah di tanam di dunia.

Kemudian setelah penyampaian 2 materi, pak Ageng memberikan kesempatan bagi para siswa untuk break sejenak untuk snack time sekitar 30 menit. Setelah itu acara pemaparan materi dilanjutkan kembali untuk membahas tentang Birrul Walidayn (Berbakti kepada kedua orang tua) dan Dzikrul Maut (Mengingat Kematian).

Pada 2 pembahasan ini, sungguh menjadi sesi yang mengaduk-aduk perasaan, mengharu-biru, dan menguras air mata para siswa baik ikhwan maupun akhwat. Dan puncak suasana sedih itu, saat ditampilkan teatrikal yaitu beberapa guru menggotong keranda mayat yang ditutup dengan kain hijau bertuliskan kalimat tauhid dan semua siswa diberikan potongan kain kafan yang beraroma kamfer yang biasanya digunakan untuk mengurus jenazah.

Sambil meletakkan kain kafan di wajah dan menciumnya pak Ageng berkata “Bayangkan yang sedang digotong dalam keranda mayat itu adalah orang tua antum! Amal terbaik apa yang sudah antum baktikan kepada kedua orang tua antum ?”. Dengan pertanyaan tersebut, tangis para siswa “pecah” sembari mengenang amalan diri yang kurang berbakti kepada kedua orang tua. Kemudian agar dzikrul maut ini tidak sekedar berhenti pada perenungan saja tetapi bisa berefek terhadap perubahan perilaku yang jauh lebih baik maka para siswa membuat komitmen: Ingin dikenang sebagai jenazah yang bagaimanakah kita?

Semoga dzikrul maut tersebut, mampu menyadarkan para siswa untuk menjadi muslim yang bertaqwa, pandai memanage waktu, dan melakukan segalanya dengan prestasi terbaik dalam koridor ridha Allah SWT aamiin. Iz