LMT-1 HARI KE-1
SMPIT Insantama Bogor: Menemukan Kebahagiaan dan Arah Kehidupan Hakiki
Penulis: Cut Putri Cory
“Tak ada orang tua yang tak inginkan bahagia bagi anak-anaknya. Apapun yang dilakukan kedua orang tua antum, adalah untuk kebahagiaan antum, termasuk menyekolahkan antum di Insantama,” ujar Pak Ageng Budiansyah, salah satu guru SMPIT Insantama yang juga sekaligus Youth Motivator pada agenda Leadership Management Training-1 (LMT-1), Kamis (12/8/2021) via zoom meeting.
Seluruh peserta dari tiga angkatan SMPIT Insantama Bogor diminta untuk merenungkan betapa banyak rangkaian kebahagiaan yang mereka lalui sejak mereka kecil hingga melalui tahapan demi tahapan pendidikan sejak TK sampai SMA. Pak Ageng lalu menjelaskan perubahan masa remaja menuju dewasa yang akan dilalui seluruh peserta kelak, ada harapan, rintangan, sampai prediksi positif- negatif berbagai kejadian yang menanti di depan. Kesemuanya bermuara pada satu pertanyaan “Di mana kebahagiaan hakiki itu?”
“Konon katanya orang bahagia itu yang banyak duitnya, benar? Apakah kendaraan mewah, popularitas dan rumah megah itu menjamin kebahagiaan? Fatamorgana, semua itu bukan jaminan kebahagiaan. Nanti akan ada suatu saat antum akan sampai pada titik jenuh dan meninggalkan itu semua, karena usia kita terbatas,” ujar Pak Ageng dalam materinya yang bertajuk “Menemukan Kebahagiaan Hakiki”.
“Kebahagiaan adalah saat seseorang menaati aturan Sang Pencipta dan Sang Pencipta itu ridha akan tujuan dan aktivitas hidup kita, karena Dia-lah yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi kita dan ciptaan-Nya,” lanjutnya.
Pak Ageng kemudian memapar materi selanjutnya tentang “Arah Kehidupan Hakiki”. Pada sesi ini, disampaikannya bahwa kehidupan bersifat terbatas, sangat singkat. “Dunia adalah ladang bagi akhirat,” Pak Ageng mengutip sebuah hadis Nabiyullah Muhammad Saw.
“Pernah antum tanam pohon? Hidup ini seperti kita sedang menanam, apa yang kita tanam? Kalau bukan kebaikan, maka kita sedang menanam keburukan. Kita harus sadar, selama kita masih ada di dunia, maka pilihan hidup kita adalah menanam kebaikan. Kalau kita berbuat baik, maka kebaikan itu untuk kita. Begitu juga sebaliknya. Yuk, kita sama-sama menanam kebaikan!” tukasnya.
Menarik saat Pak Ageng kemudian memapar misi penciptaan dari Al-Khaliq, “Di sinilah pentingnya kita memahami bahwa kita ini adalah calon pemimpin masa depan, akan mengurus bumi ini dengan sebaik-baiknya sesuai yang diperintahkan oleh Allah. Ngapain sih kita hidup di dunia ini? Kita ini sebagai agen, harus memahami misi dan menjalankannya dengan baik, juga harus memahami konsekuensi kegagalan dan bagaimana meraih keberhasilan.”
Pak Ageng juga memapar proses keimanan yang harus dibuktikan. Dalam materinya, dia mendetili fase penciptaan manusia sejak belum terbentuk calon bayi di dalam rahim ibu. Dia katakan bahwa itu semua tak mungkin merupakan sesuatu yang tiba-tiba, itu semua adalah kuasa Sang Pencipta, Dialah Allah SWT. Pak Ageng lalu beralih ke contoh penciptaan yang lain seperti nyamuk, apel, fenomena alam seperti gerhana bulan dan matahari, “Itu semua diciptakan Sang Pencipta, dalam Qur’an itu ada tanda-tanda bagi orang yang berakal, Kalau kita menggunakan akal maka pasti akan menemukan Sang Pencipta.
Kita beramal di dunia, nanti di akhirat akan dimintai pertanggungjawaban. Pak Ageng menjelaskan bagaimana konsekuensi akhirat berupa surga dan neraka yang akan diterima manusia tersebab pilihan-pilihannya. “Hidup kita adalah pilihan kita. Kalau ada pilihan kita yang menanjak-sulit di dunia ini, tapi nanti di akhir kita akan mendapatkan kenikmatan surga, maka kita harus tempuh dengan bersabar. Kalau pun ada jalan menurun yang mudah penuh dengan kenikmatan tapi berujung neraka, maka yang mana pilihan kita?” Serentak peserta kemudian menjawab, “Surga.”
Alhasil, Pak Ageng menjelaskan bahwa inilah arah hidup dan kebahagiaan hakiki. Berkehidupan dalam ketaatan untuk nanti mendapatkan ridha dan surga Allah Rabbul Izzati. Di akhir acara, peserta diminta untuk membuat quotes dari hasil penyimakannya terhadap materi LMT-1 hari ini, di antara yang menang dalam challenge seru itu adalah: Nabiila Aufaa ‘Aziizah, “Life is choice”. Tiara Nafsyiah, “Uang itu bukan jaminan kebahagiaan”. Siti Sarah Leanito Manurung, “Pilihan kecil akan menjadi perbuatan, perbuatan akan menjadi kebiasaan, kebiasaan akan menjadi kehidupan kita.”[]