Kajian Nafsiyah Selasa Pagi: Bekal di Masa Pandemi, Kokohkan Tawakkal Kuatkan Ikhtiar
Penulis: Mila Sari
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. ar-Ra’d: 11)
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal.
(QS. Ali-Imran: 159)
Dua ayat di atas agaknya cukup familiar bagi kita karena sering kita baca dan kita dengar dari berbagai media dakwah dan pendakwah. Sungguh indah lafaznya, namun memiliki ketajaman makna yang mesti kita selami lebih jauh lagi agar mendapatkan pemahaman yang sempurna tentang maksud Allah Swt menurunkan ayat tersebut.
BDR (Belajar Dari Rumah) jilid II telah berlangsung dan pada saat sekarang ini, para santri IBS (Islamic Boarding Shcool) Insantama sudah memasuki hari kedua dalam menjalankan program boarding. Pada hari ini (Selasa, 12 Januari 2021) Tausiyah disampaikan oleh Ustadz Sunardi kepada para santri secara virtual via room zoom.
Beliau menjelaskan bahwa tawakkal itu bermakna menyerahkan segala urusan kepada Allah Swt sejak awal bukan setelah melakukan usaha dulu secara optimal. Bertawakkal terhadap segala apa pun yang sudah Allah Swt tetapkan untuk kita, termasuk musibah pandemi yang mengharuskan kita untuk tetap berada di rumah.
Sedangkan penyikapan kita terhadap qadha ini merupakan sebuah ikhtiyar yang mesti kita optimalkan. Kita memahami bahwa musibah ini adalah ujian yang mesti kita hadapi dalam rangka menggapai ridha Allah Swt dan meningkatkan derajat taqwa di dalam diri kita. Karena hukum asal perbuatan manusia itu terikat dengan hukum Syara’.
Jangan sampai perkara mubah malah menjadikan kita lalai terhadap perkara yang telah diwajibkan oleh Allah Swt. Maka kita mesti mampu untuk memprioritaskan yang wajib, memperbanyak hal yang disunnahkan, meninggalkan keharaman, menghindari yang makruh dan menjadikan sesuatu yang mubah sebagai sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Di masa pandemi COVID-19 ini saat berada di rumah, sebenarnya banyak hal yang bisa kita lakukan. Membantu pekerjaan orang tua, membentuk kemandirian diri, dan hal-hal lain yang bermanfaat.
Meski tetap harus berada di rumah, semoga motivasi para santri tetap berada di level tertinggi agar tidak surut dalam perjuangan. Namun ikhtiar saja tak cukup, tapi harus disertai dengan respon penerimaan yang baik terhadap apapun yang sudah Allah Swt tetapkan untuk kita jalani. Padukan ikhtiyar ke langit dan bumi dengan mengoptimalkan segala potensi yang ada demi meraih ridha Allah Swt.
Wallahu ‘alam bishsawab