Gempa Mengguncang, Salawat Menggema

0
259

Doa telah selesai dimunajati, berkas soal dan lembar jawaban tersusun rapi di depan para generasi calon pemimpin. Kelas-kelas hening dengan persiapan dan keseriusan menghadapi ujian Bahasa Inggris pagi ini, Kamis (8/12/2022), di SMPIT Insantama Bogor.

Namun keheningan seketika pecah, saat bumi tiba-tiba diguncang gempa 6,1 SR yang berpusat di Sukabumi, Jawa Barat. Wilayah ini tak begitu jauh dari Bogor, sehingga getarannya terasa cukup kuat.

Seluruh siswa siswi berjalan tenang ke arah plaza. Dari speaker terdengar seruan untuk keluar ruangan dan berkumpul di area tengah-tengah plaza Insantama. Kemudian seluruh siswa dan siswi diajak bersalawat, seolah guru-guru ingin suasana tegang itu berganti tenang.

Sekira sepekan lalu, kami beru melaksanakan simulasi mitigasi bencana gempa. Seolah Allah mempersiapkan, simulasi yang pernah dilakukan sangat bermanfaat untuk menyuasakan ketegangan hari ini. Para siswa terlihat tenang sambil menggema doa dan salawat.

Simulasi mitigasi adalah bagian dari upaya sekolah, tepatnya SIT Insantama, dalam menyikapi bencana gempa yang tak bisa diprediksi kapan datangnya. Ini juga merupakan bagian dari wujud kesadaran spasial yang dimiliki oleh sekolah bahwa tempat duduk wilayahnya di atas bumi yang memang secara geografis rawan bencana gempa.

Di satu sisi, pertemuan tiga lempeng dan cincin api pasifik menjadi konsekuensi logis dari bencana gempa yang berulang. Namun di sisi lain, mitigasi merupakan kewajiban yang disempurnakan, sehingga ikhtiar mendahului kejadian, agar lebih siap dan lebih ridha saat terjadinya.

Meski begitu, ada satu siswi yang terlihat dikerumuni teman-temannya. Dia sedang ditenangkan di tengah tangisan dalam kekhawatirannya. Dia berharap kabar baik dari keluarganya di Sukabumi. Keysha D Ilyas, dia katakan, “Ana khawatir, Bu. Keluarga ana di Sukabumi,” sambil terisak.

Tak ada yang lebih baik di saat sulit selain bergantung kepada Allah, itulah yang saya sampaikan kepadanya. Dia saya ajak merasakan pengalaman saya pada saat terjadi gempa dan tsunami Aceh tahun 2004 lalu. Ada momen lucu yang akhirnya berhasil membuatnya lupa akan kesedihannya. Dia menghapus air mata, dan gurat senyum berubah menjadi tawa seketika.

Beberapa menit kemudian, seluruh siswa kembali ke kelas masing-masing dan melanjutkan PAS dengan sempurna. Alhamdulillah, ujian adalah ujian, biar dia tetap terjadi dengan kesiapan seluruh elemen sekolah, dan kewajiban menunaikan PAS biar tetap dijalankan karena situasi ini justru menjadi pembentuk mentalitas kuat calon pemimpin masa depan. Insya Allah.[]