Agenda Esensial Silaturahmi dan Rapat Kerja Nasional XII SDIT-SMPIT Insantama

0
656

Agenda Esensial Silaturahmi dan Rapat Kerja Nasional XII SDIT-SMPIT Insantama:
Dari Fundamentalisme Amanah hingga Media Sosial yang Istiqamah

Penulis: Eko Agung Cahyono

“Saya ingin menekankan dua hal, Quality dan SDM… Kita tidak boleh berhenti sebagai sekolah yang baik hati”.
(H. Ir. Muhammad Ismail Yusanto, MM)

Dengan berapi-api Ketua Yayasan Insantama Cendekia, H. Ir. Muhammad Ismail Yusanto, MM memberikan pengantar pada pembukaan Silaturahmi dan Rapat Kerja Nasional (Silaknas) XII SDIT-SMPIT Insantama. Setiap paparan yang beliau sampaikan begitu lugas dan berdaging.

Tidak seperti biasanya, pengantar Silaknas kali ini terasa “menukik” dan “ngegas”, membuat para peserta yang on camera zoom nampak terpaku dan seakan menahan napas. Pengantar Sang Ketua ini ibarat mata air yang memancarkan air dengan deras, menembus setiap celah bebatuan dan tanah yang telah lama kering.

Poin utama yang menjadi pesan di sesi awal pertemuan itu adalah terkait amanah. Ustadz Ismail menegaskan bahwa amanah adalah pangkal dari segala hal. Pun demikian terkait upaya pengelolaan sekolah Insantama agar mampu menjadi lembaga pendidikan yang bermutu tinggi dan unggul maka sikap amanah ini wajiblah menjadi pegangan bagi pengurus yayasan, guru dan staf.
“Insantama adalah lembaga publik, dan kepercayaan adalah unsur utama. Semua bisa terwujud karena ada kepercayaan dari masyarakat. Amanah adalah sikap profesional. Saya ingin tekankan. Sikap amanah adalah cermin dari kedalaman keimanan dan takwa kita kepada Allah. Jadi ini bukan hal biasa, karena berkaitan dengan dosa dan pahala.” tegas Pak Ismail sambil mengangkat genggaman tangannya.

Sesi pengantar yang berlangsung sekitar 30 menit tersebut hampir tak pernah lepas dari kata ‘amanah’. Tak satupun dari peserta yang melakukan interupsi, demikian pula dengan Sang Master of Ceremonial, Ir. Imam Bukhoiri. Semua khidmat menyimak paparan.

“Tidak ada iman bagi orang yang tidak memegang amanah. Tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janji. Tidak ada satupun dari kita yang tidak memegang amanah, pasti semua memegang amanah. Kepemimpinan itu nanti di hari akhirat akan menjadi penyesalan dan kesedihan karena akan menjadikan dosa, kecuali yang menunaikan semua kewajiban yang ada di dalamnya. Jangan sampai menjadi khisyyun wanadamah… Semua berpangkal dari amanah. Kehancuran sesuatu itu jika kita amati itu berawal dari amanah. Kita tahu sopir yang tidak amanah, 100km/jam main hp akhirnya terjadi kecelakaan. Dan amanah adalah bagian esensial dari stategi operasi kita… Amanah itu yang pertama, baru kita bicara kafa’ah. Tercapainya visi dan misi itu adalah buah dari amanah…”, demikian cuplikan panjang penjelasan Bapak Ketua Yayasan.

Berkaitan dengan semangat dan sikap amanah, maka di kesempatan ini Ketua Yayasan Insantama selaku pemegang nama ‘Sekolah Insantama’ akhirnya menyampaikan secara resmi pemutusan kerja sama dengan salah satu cabang yang beroperasi di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Silaknas adalah momen yang sangat dinanti oleh para pengelola sekolah yang bernaung di bawah payung SIT Insantama. Pengurus yayasan dan para kepala SDIT dari 20 cabang Insantama hadir, ditambah enam kepala cabang SMPIT pun tak kalah semangat untuk hadir.

Pada sesi pembukaan, juga hadir para pimpinan unit di Insantama Pusat yang terdiri dari seluruh kepala sekolah dan mudir Insantama Boarding School (IBS), pimpinan Unit Layanan (UL), pimpinan Dapur dan Catering juga Pimpinan Tim Office Boy (OB). Tak ketinggalan perwakilan Ibu RND (Research and Development).

Tema ‘Inovasi di Masa Pandemi, Mantapkan Diri Meraih Prestasi’ tertera jelas di layar virtual background yang digunakan oleh para pembicara dan peserta.

Pertemuan yang dilakukan secara virtual ini dilakukan selama dua hari, pada 13-14 Nopember 2021 dengan menggunakan room zoom. Silaknas selalu dimulai tepat waktu pada 08.00 dan berakhir pada 16.00 WIB. Terpaut dua jam lebih cepat di SDIT Insantama Cabang Ternate yang merupakan cabang terjauh.

Dua kali pelaksanaan Silaknas SIT Insantama dilaksanakan secara virtual, yaitu pada tahun ini dan tahun 2020 lalu (Silaknas XI) dikarenakan keadaan pandemi. Sejak Silaknas I (tahun 2010) hinga Silaknas X, seluruh peserta dari berbagai daerah hadir di Kampus SIT Insantama Pusat. Dan rutin terlaksana pada bulan Nopember.

Silaknas SIT Insantama diselenggarakan untuk mensinergikan hubungan pusat-cabang dengan membahas kebijakan-kebijakan strategis dan sharing informasi serta pengalaman antar cabang. Di sini pula merupakan wadah konsultasi hal-hal teknis yang dirasakan masih menjadi kendala bagi pengelola Insantama cabang.

Terdapat tujuh sesi yang digelar dalam Silaknas XII kali ini. Sesi Pembukaan dan Dialog merupakan dua sesi yang digabungkan karena suasana “ngegas” Bapak Ketua Yayasan yang membuat para peserta merelakan waktu break-nya hilang.

Sesi ketiga adalah pemaparan Indeks Kinerja Cabang Insantama (IKCI) yang disampaikan oleh Direktur Pendidikan, Dr. Muhammad Rahmat Kurnia, M.Si. IKCI tak pernah lepas dari agenda pembahasan pada empat periode Silaknas. Di sesi inilah dipaparkan progres ‘prestasi diri’ dari setiap cabang. Secara umum terjadi peningkatan indeks terhadap keseluruhan cabang, baik pada aspek input, proses maupun output.

Siang hingga sore adalah sesi milik Bapak Direktur Pendidikan. Setelah menjelaskan IKCI, doktor lulusan terbaik IPB ini melanjutkan dengan topik yang tak kalah serunya, yaitu Pendidikan di Masa Transisi. Ustadz Rahmat memberikan gambaran strategis dan teknis terkait proses pembelajaran saat new normal mulai berlangsung.

Ada yang menarik dari penjelasan Dr. Rahmat, “Kita tidak mungkin lepas dari online, dimana Generasi-Z ini adalah salah satu bagian hidupnya adalah online. Maka ke depan online juga menjadi basis dari pembelajaran. Maka kita punya Simtama.”

Sepertinya ini adalah momentum perubahan kebijakan yang cukup “radikal”, dari sebelumnya sekolah sangat tegas membatasi penggunaan gedget oleh siswa menjadi lebih tasamuh (toleran) dengan berbagai pendekatan yang tetap mendidik.

Tak terasa, hampir tujuh jam peserta dibuai dengan pemaparan materi dan diskusi di depan layar gedget pada hari pertama. Berlanjut dengan tetap semangat di hari kedua, pun dengan durasi yang sama bahkan lebih.

Maka bicara mengenai gadget, menjadi begitu in line dengan pembahasan di sesi lima dan enam, masing-masing membahas tentang ‘PPDB Nasional’ dan ‘Media Sosial bagi Insantama’. Kedua sesi ini disampaikan oleh person yang capable di bidangnya, yaitu Ir. Muhammad Arif Yunus. Beliau adalah Direktur Informasi dan Teknologi (Dir IT) SIT Insantama.

PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) Insantama tahun 2022 merupakan tahun ke lima yang dilakukan secara online. Tentu ini menjadi keharusan bagi setiap cabang agar semakin mahir dalam mengoperasikan aplikasi PPDB dalam sistem Simtama.

“PPDB 2022 harus sukses yaitu memenuhi kuota secara efektif. Maka PPDB harus merupakan kerja bersama, PPDB juga harus tertib administrasi dan harus didukung dengan layanan informasi yang optimal.” Demikian tegas Ustadz Arif.

Terkait Media Sosial bagi Insantama, Bapak Dir.IT menyampaikan sebuah tips bahwa strategi sosmed adalah istiqamah menulis dan kreatif membuat konten, istiqamah posting, dan istiqamah optimasi dengan like, share and comment.

Di sela-sela forum diskusi dan tanya-jawab, Direktur Pelaksana, Ir. Muhammad Adhi Maretnas dan Direktur SDM, Dr. Muhammad Rimun Wibowo, juga terlibat seru dalam menjawab segala persoalan yang disampaikan peserta. Jawaban-jawaban diberikan dengan begitu taktis, sesuai bidang masalah yang diampu.

Pertanyaan yang bersifat operasional juga tidak sedikit dilayangkan oleh peserta. Dan dalam hal ini Kepala Sekolah SDIT Insantama, Adi Fadjar Nugroho, M.Pd, adalah penjaga gawangnya. Semua pertanyaan dijawab dengan baik, tanpa satupun yang terlewatkan.

Seluruh peserta cabang, Pengurus Yayasan Insantama Cendekia dan perwakilan Ibu RND mengikuti jalannya silaknas di ruang kerja dan rumah masing-masing. Sedangkan empat person panitia ditemani Kepala SDIT Insantama Bogor mengikutinya di Ruang Rapat Yayasan yang sekaligus menjadi ‘studio portable’ sehingga acara berlangsung lancar. Tangan terampil Pak Hendrik-lah yang mengoperasikan studio tersebut dengan baik.

Sesi penutup adalah kapita selekta. Di sini peserta diberikan keleluasan untuk bertanya, menanggapi dan berdiskusi mengenai berbagai hal terkait sekolah, apa yang masih menjadi ganjalan atau mengkonfirmasi ulang terkait topik-topik yang sebelumnya telah dibahas.

Dan di penghujung acara, Ustadz Ismail menyampaikan apresiasi luar biasa dan ucapan terima kasih kepada para peserta dan panitia yang penuh semangat dan penuh gairah mengikuti Silaknas XII ini. Untuk kesekian kalinya beliau mengingatkan lagi agar memegang kuat amanah:

“Kalau toh kita sudah ikhtiar, hasil belum seperti harapan, mudah-mudahan kita tetap mendapatkan pahala dari apa yang kita usahakan. Marilah kita tunaikan amanah ini dengan sebaik-baiknya. Hadapi seluruh masalah dengan penuh ketenangan, kesabaran dan ikhtiar optimal. Karena, bersama kesulitan ada kemudahan. Kita tidak boleh putus asa, lari dari tanggungjawab. Menjalankan amanah dengan baik adalah bagian dari ketaatan kita pada Allah.” []