Yuk Sekolah Di Rumah !
14 Hari Kedua Bersama Ummi dan Abi
Suplemen Pendamping
Membersamai Anandas Para Juara dan Calon Pemimpin
Hari Kedua puluh lima,
(Alhamdulillah Ramadhan 5 Cm lagi…)
- Memahamkan Kembali bahwa doa dan cita-cita tertinggi Orangtua dan Guru serta harapan Umat adalah Anandas Menjadi Anak Sholih dan Sholihah Pemimpin Umat di Masa Depan.
Surat dari Alumni
Insantama Sudah Lebih Dulu Dari Perguruan Tinggi!
(Hasil Tak Pernah Mengkhianati Proses…)
Muhammad Alauddin Azzam
Alumni UGM,
Alumni Angkatan Pertama SDIT, SMPIT dan SMAIT Insantama,
Alumni LKMA Goes to Malaysia, 2012
“So excited and amazing program!” imbuh saya bersama perasaan kagum dengan pembinaan kesiswaan di SMAIT Insantama. Meskipun saya adalah siswa yg mengenyam pendidikan selama 12 tahun di sekolah ini (SD, SMP dan SMA), kesan amazing yg saya lisankan bukan hanya kata apresiasi datar tanpa makna. Akan tetapi ini berasal dari perasaan saya mendalam. Pembinaan kesiswaan selama 3 tahun di SMAIT Insantama bukan hanya membentuk pribadi bermental pemimpin, prestatif, unggul, namun juga ber-syakhsyiyyah Islamiyyah. Inilah model muslim sejati yg saya rasakan. Dan kini saya terus rasakan ketika menjadi alumni saat kuliah dan alumni perguruan tinggi dan… sekarang sedang menanti proses melanjutkan pendidikan S2 di Mesir. Alhamdulillah…
“Hasil tak pernah mengkhianati proses, maka nikmati saja prosesnya.” Sebuah kalimat yg selalu saya ingat sampai hari ini. Kalimat ini khas saya dapatkan selama penempaan dan pembinaan di SMAIT Insantama. Banyak inspirasi dan motivasi yg saya dapatkan selama masa pembinaan hingga menuai hasilnya saat ini. Saya ingin berkomentar tentang hasil dari pembinaan kesiswaan yg saya kaitkan dengan experience saya selama mengenyam pendidikan lanjut di perguruan tinggi negeri. Jujur, seluruh materi dan latihan pembinaan kesiswaan, betul-betul saya rasakan manfaatnya. Terlebih pada masa-masa awal kuliah, berdinamika di organisasi, memimpin sebuah kegiatan, berinteraksi dengan teman, membangun jaringan dakwah, dan sebagainya. Segala ilmu dan kecakapan saya gunakan. Tidak lain karena proses pembinaan kesiswaan di SMAIT Insantama.
Alhamdulillah, saya termasuk siswa dengan nilai yg sangat memadai, tapi untuk menembus UGM saya harus mengikuti 5 kali tes masuk. Kok bisa? Ya! SNMPTN tidak bisa, alhamdulillah tetap bersyukur. Seleksi tahap 1 tidak lolos, alhamdulillah tetap bersyukur. Seleksi tahap 2 belum berhasil, tetap saya syukuri alhamdulillah. Lanjut seleksi tahap 3 masih belum berhasil, tak mengapa semua tetap saya syukuri. Seleksi berikutnya di tahap 4, Allah swt masih belum memberikan izin untuk bisa menembus UGM. Akhirnya di tahap seleksi ke-5, seleksi yg paling akhir, saya dinyatakan berhasil menembus UGM. Alhamdulillah wasy syukrulillah. Saya langsung sujud syukur, Allah izinkan saya kuliah di tempat yg saya inginkan sebagai Mimpi Besar tahap kedua saya. Pasti ada pesan kuat dari Allah Swt di balik semua ini. Pesannya adalah – dari proses itu – saya semakin yakin bahwa yg kita perlukan dalam hidup ini sesungguhnya hanya dua saja, yaitu idznullah dan nashrullah. Untuk menggapainya kita harus menjalankan syarat dan ketentuannya, yaitu mulai dengan azzam dan tawakkal dalam mewujudkannya. Ini yg saya sebut dengan mental pejuang dan Insantama sudah memberikannya sejak awal.
Jika saya runutkan proses pembinaan sejak saya masuk ke kelas 10 hingga kelas 12 SMAIT Insantama, maka saya memanfaatkan semua pelatihan dan pembinaan itu di masa saya lanjut di perkuliahan. Betul saya rasakan. Misal, kelas 10 saya dilatih merancang mimpi besar berikut peta jalannya. Kala itu, latihan itu seolah menjadi hal sepele. Mungkin kita merasa agak naif mengatakan mimpi besar, seperti anak-anak ketika ditanya apa cita-citamu ketika sudah besar. Mungkin. Namun, saat masa kuliah awal, tepatnya persiapan pra kuliah, atau dikenal di UGM dengan kegiatan PPSMB, seluruh mahasiswa diminta membuat rancangan mimpi besar 5, 10, 15, 20 tahun ke depan. Bukankah kita sudah belajar dulu ketika baru kelas 10? Selanjutnya, saya juga dilatih merancang kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan atau disingkat LDK saat kelas 10. Inilah masa ketika saya menjadi ketua panitia LDK dan mengordinasi tim untuk sukses kegiatan. Dan ternyata, ketika kuliah saya pun menggunakan hasil dari tempaan saya ini, tanpa terkecuali. Masya Allah.
Begitu pun saya juga belajar latihan menggunakan analisis SWOT di masyarakat. Saya juga merasakan ini di kuliah.
Kala itu, saya ikut Latihan Dasar Kepemimpinan, BEM KM UGM pada tahun 2013. Pada satu session, seluruh kelompok harus melakukan wawancara kepada warga pantai (ketika itu pantai Depok, dekat pantai Parangtritis, DIY) dan presentasi hasil ansos, analisis sosial. Ketika itu, saya mewakili kelompok melakukan presentasi. Dan saya ingat betul, kelompok kami mendapatkan apresiasi luar biasa dari kakak panitia karena analisis yg bagus. Saya ingat, analisis model itu adalah ide saya untuk melakukan analisis model SWOT dengan menjelaskan seperti apa analisis tersebut. Jauh lebih banyak lagi manfaatnya, saya juga merasakan Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Tingkat Akhir ke Malaysia yg secara langsung menjadi buah dari seluruh pembinaan saya.
Di kuliah, hasil dari LKMA di SMAIT Insantama begitu terasa. Saya akan sampaikan komentar ini menjadi lebih menarik dan apresiatif mengingat LKMA adalah ajang super implementatif dari seluruh skill yg ada. Saya merasakan betul seluruh soft skill yg saya punya diasah seperti pisau yg terus digesek dengan asahan hingga menjadi tajam dan siap memotong seluruh benda-benda. Saya terus diasah. Presentasi, negosiasi, teknik lobby, teamwork, speed and responsive, analisis sosial, manajemen resolusi konflik, dan sebagainya hingga saya tidak mampu menghitungnya satu per satu. Seluruh soft skill ini saya lakukan. Dan saya sangat bersyukur. Ya, “syukur” kata yg tepat bagi saya untuk LKMA bagi hidup saya. Rasa syukur saya karena merasakan LKMA. Dari sinilah, saya merasakan manfaat lebih banyak yg dirasakan ketika kuliah. Dari LKMA, Bahasa Inggris dan Arab saya lebih diperhatikan, kerja tim lebih diutamakan, kepemimpinan menjadi keberhasilan, dan sebagainya. Dan yg lebih penting dari semua itu adalah mentaati syari’at tanpa nanti, tanpa tapi! Suatu keberhasilan tidak akan tercapai bila kita maksiat, namun sebaliknya, taat syariat adalah kunci mencapai jalan lurus untuk membuka seluruh pintu kemudahan dan kesuksesan dunia dan akhirat. Insya Allah!
Pertanyaannya, mengapa tempaan pembinaan kesiswaan menjadi istimewa ? Itu karena saya perhatikan semua kegiatan kesiswaan itu menjadi muara dari seluruh atau setidaknya sebagian besar pembelajaran di sekolah dan boarding. Di LDK 1 bertemu dengan tsaqofah Islam. Di situ mimpi besar tidak sekedar cita-cita, tapi azzam atau tekad yg dibangun sangat kuat dari aqidah. Peta jalan selama 3 tahun (sesuai dengan jenjang sekolah) dibangun sesuai konsep tawakkal. Bahwa terwujudnya azzam itu adalah rizki dari Allah Swt, karena itu rizki maka kita harus yakin bahwa azzam pasti akan terwujud hanya dengan idzin dan pertolongan Allah Swt. Bahwa seluruh rangkaian proses mewujudkan azzam itu harus sejalan dengan hukum syara, tidak boleh ada sedikitpun pelanggaran syariat di dalamnya. Bahwa semua rangkaian proses mewujudkan azzam itu juga haru sesuai dengan kaidah sebab-akibat, sunnatullah. Semua harus dilakukan dalam bingkai taqorrub ilallah, mendekat taat kepada Allah.
Sebulan kemudian kita bertemu dengan LDK 2 Taklukkan Cianjur berupa longmarch sejauh 100 km dengan syarat, semua perencanaan dan pembiayaannya harus ditanggulangi sendiri oleh siswa. Nah, di sinilah ujian pertama dari mimpi besar kami. Ada praktek fiqhus safar di situ. Ada praktek fundraising mandiri di situ dengan beragam opsi akadnya. Ada praktek syakhsiyyah Islam di situ, bagaimana kita mempraktekkan pola fikir dan pola sikap Islami dalam seluruh rangkaian prosesnya. Belum lagi nanti di kampung tujuan di Cianjur, kita melakukan proses kerja bakti untuk warga, wawancara warga lalu melakukan analisis SWOT kualitatif sederhana. Juga ada tugas tematik di setiap pos terkait mata pelajaran pilihan. Kumplit sudah. Semua ramuan belajar di sekolah dan boarding masuk di situ.
Lalu di LKMM, kita masuk ke desa yang belum maju selama 3 hari 3 malam. Tinggal di situ, menginap dan berbaur bersama mereka. Tensi LDK 1 dinaikkan. Analisis SWOT-nya lebih serius lagi. Sebelum ke desa, kita workshop dulu 1 hari full, layaknya profesional. Tetap fundraising untuk pembiayaannya. Ada kerja bakti juga dalam bentuk praktek menjadi guru SD dalam 60 menit. Lalu presentasi hasil analisis SWOT di depan kepala desa dan warganya. Masya Allah sudah seperti KKN saja.
Kemudian pamungkas di LKMA. Keluar negeri untuk rihlah ilmiah dan sekaligus rihlah dakwah. Selama 11 hari. Manajemen perjalanan terpadu. Presentasi setiap hari di setiap tempat yg dituju. Ditambah pentas budaya yg tetap terjaga secara syar’i. Ada pentas seni musik angklung. Ada pentas pencak silat. Harus bisa menterapi secara mandiri kalau ada yg sakit. Semua diramu dari KBM di sekolah dan boarding. Praktek di negeri orang tentang syakhsiyyah, tentang tsaqofah dan tentang ilmu kehidupan. Bahasa Arab dan Inggris harus dikuasai. Masya Allah sempurna.
Sudah? Belum! Masih ada banyak program turunan di antara sela kegiatan di atas. Dan ini dia, jelang wisuda, kami masih diberi wejangan pamungkas oleh semua Pengurus Yayasan dan Ibu-Ibu RnD selama 3 hari 2 malam. Sebuah program penutup yg mem-bridging kita menuju fase kehidupan berikutnya selepas SMA. Allahu Akbar! Sebegitu kumplitnya ilmu yg diberikan pada kita. Sebegitu lengkapnya materi yg dibenamkan pada kita. Sebuah totalitas pendidikan buat kita, para calon pemimpin masa depan.
Dari semua inilah, saya tahu persis, lahir dan dibakukanlah kalimat-kalimat motivaksi khas Insantama.
Mimpi Besar adalah Perkalian dari Keyakinan yang kokoh dan kuat dengan Ikhtiar yg keras, cerdas dan tak kenal menyerah. Team Building merapikan dan memuluskannya. Semua berlangsung dalam koridor taqorrub ilallah.
Pemimpin sejati tidak dilahirkan melalui kemudahan, kesenangan dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui kesukaran, tantangan dan tak jarang airmata.
Dilarang Mengeluh! Mengeluh hanya menjauhkan Mimpi Besar dari kenyataan!
Hasil tak pernah mengkhianati proses, maka nikmati saja prosesnya!
Jadi? So What?
Dengan semua yg sudah kita terima, kini saatnya kita praktekkan di rumah bersama Umi dan Abi. Jadikan ini sebagai pit stop. Kalau di ajang balap mobil formula 1 yg memerlukan akurasi, fokus dan kesabaran yg tinggi, maknanya adalah berhenti sejenak di pit untuk pengisian bahan bakar, penggantian ban baru, perbaikan kelengkapan yg diperlukan, penyesuaian mekanis, dan lain-lain, maka kita jadikan rumah sebagai ajang pit untuk banyak hal yg serupa. Apa itu? Karena mewujudkan mimpi besar dan peta jalannya juga perlu akurasi, fokus dan kesabaran yg tinggi, maka berhenti sejenak di rumah adalah berhenti sejenak untuk pengisian bahan bakar berupa asupan makanan, sapaan, nasihat dan belajar dari Umi Abi, insya Allah selalu ada banyak pembelajaran dari Beliau berdua. Penggantian ban baru berupa penggantian suasana belajar dengan mengatur kembali ritme harian dengan menambah tugas khusus membantu tugas-tugas di rumah serta meningkatkan ritme ibadah sunnah dengan melibatkan anggota keluarga kita. Perbaikan kelengkapan yg diperlukan berupa periksakan hasil belajar di sekolah selama ini kepada Orangtua kita, bagaimana pemahaman kita, bagaimana capaian bahasa kita dll. Maka, saksikan nanti, kalian semua akan keluar dari pit stop dengan membawa kesegaran baru, akurasi yg semakin tajam, fokus yg semakin menguat dan kesabaran yg semakin tinggi.
Setuju?
Harus itu!
Tetap sumangat !
Muhammad Alauddin Azzam
Pesan Cinta dari Allah Swt :
- Kita mesti paham bagaimana sikap dan respon timbal balik dari Anandas agar pendidikan di sekolah dan di rumah bisa serasi sejalan satu frekuensi.
- Anandas mesti paham bahwa mereka benar-benar sangat diharapkan oleh umat.