Oleh : Ust. Alaudin Azzam
Ringkasan Khutbah Masjid Pendidikan Insantama
28 Februari 2020
Hari hari ini kita melihat korupsi mengancam Indonesia. Korupsi seakan sulit dihindari. Mengapa hal ini bisa terjadi? Pangkalnya adalah karena ketiadaan iman kepada Allah Ta’ala. Manusia tak lagi memegang ketaqwaan dalam aktifitas hidupnya.
Korupsi Bank Century, korupsi BLBI, korupsi pertamina, korupsi Hambalang, Kotawaringin Timur, korupsi e-KTP, Jiwasraya dan sebagainya… Korupsi terus menggurita tak hanya di pusat pemerintahan, namun juga di semua elemen pemerintahan. Bahkan di Komisi Pemberantasan Korupsi sendiri juga sarat dengan praktik ini. Entah sampai kapan ini akan berhenti.
Ditambah dengan sistem negara yang menganut Trias Politika, dimana di setiap bagian, baik legislatif, yudikatif maupun eksekutif tidak ada yang tidak terlibat korupsi. Jadilah lembaga trias koruptika. Dimana setiap individu pejabat tersebut sangat minim dengan suasana keimanan. Tuhan tidak punya peran di ranah politik.
Inilah konsekuensi logis dari ideologi sekulerisme yang dianut danterapkan di negeri ini. Memisahkan antara agama dengan kehidupan dan politik. Lembaga politik disusun atas kontak kontrak sosial. Tidak ada landasan keimanan.
Maka Allah SWT mengingatkan manusia dalam Surat Ar Rum, ayat 41:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, agar mereka merasakan sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Yang dimaksud dengan bima aidinnas itu adalah termasuk teori, ide dan sistem kehidupan.
(ONO)