Selepas maghrib, seluruh santri IBS Insantama bersama-sama berkumpul di lantai 2 Masjid Pendidikan Insantama (MPI) untuk menyimak tausiyah yaumul muhasabah dari Mudir IBS, Ust. Muhib. Tidak seperti biasanya, acara Yaumul Muhasabah kali ini (24/02) dilaksanakan secara kolosal, tidak secara per gurfah.
Dalam tausiyahnya, Ust. Muhib mewanti-wanti agar para santri takut ketika amal ibadahnya tidak Allah terima. “Ketika beramal, jangan hanya gugur kewajiban, akan tetapi harus ada target diterima.” Kata Ust. Muhib.
“Ketika sholat kita tidak berefek pada amal sholeh kita sehari-sehari, bisa jadi sholat kita tidak diterima.” Lanjut Ust. Muhib. Padahal, lanjut beliau, sholat itu hendaknya bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Terkait ibadah puasa, Ust. Muhib menjelaskan bahwa ketika puasanya seorang hamba tidak Allah terima, maka dia tidak akan mendapatkan buah dari puasanya, yakni berupa ketakwaan. Padahal, kata ust. Muhib, puasa itu dilakukan agar muncul suasana keimanan dan ketakwaan dalam diri hamba.
Ust. Muhib lantas mengutip hadist, “man lam yada’ qoula al-zuuri, wa al-‘amal bihi, falaisa lillaahi haajatun fi an- yada’a tho’aamahu wa syarobahu.” (Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan) (HR. Bukhari).
Demikian pula halnya dengan ibadah haji. Setelah Ust. Muhib mengutip hadist “Wal hajjul mabruuru laisa lahu jazaaun illal jannah” (tiada balasan bagi mereka haji yang mabrur kecuali surga). Beliau kemudian menjelaskan, bahwa ciri seorang hamba yang Allah terima ibadah hajinya, selepas ibadah tersebut dia akan senantiasa berbuat kebaikan.
Lantas, kenapa kita mesti berharap amal ibadah kita diterima, dan takut Allah tolak? Ust. Muhib memaparkan paling tidak ada dua alasan. Pertama, efek amal yang diterima akan menambah keimanan.
Ust muhib menjelaskan kisah anak Adam AS, Habil dan Qabil, ketika mereka mempersembahkan qurban kepada Allah SWT. Allah ternyata menerima qurban Habil dan menolak qurban Qabil.
Habil mengorbankan kambing yang gemuk dan besar. Ia mempersembahkannya kepada Allah dengan tulus ikhlas untuk mendapatkan ridha Sang Khalik. Sementara Qobil berkurban dengan segenggam gandum yang kering dengan niat setengah-setengah.
Allah menceritakan perihal mereka melalui ayat-Nya, “innama yataqabbalullahu minal muttaqin” (Sesungguhnya amal ibadah yang diterima Allah ialah dari orang yang bertaqwa) (Qs. Al-Maidah: 27).
Yang kedua, kata Ust. Muhib, amalan yang diterima akan berefek positif pada hamba sendiri. “Ketika sholat kita dijaga, rukun, syarat dan sebagainya, maka hal itu akan berefek pada amal sholih” jelas Ust. Muhib.
Lantas bagaimanakah upaya kita agar amal kita diterima? Ust, Muhib menjelaskan selain amalan tersebut dilakukan secara Ikhlas dan mengikuti contoh rasul, amalan tersebut hendaknya dilakukan secara penuh kesungguhan dan keseriusan. (Kur)