Desain Generasi Sadar Spasial
Penulis : Cut Putri Cory
“Selat Malaka, Bu,” sahut seorang siswa dalam forum zoom, “Betul, selat ini membelah Samudera Hindia dan Pasifik, pun menjadi jembatan antara negeri-negeri produsen ke negeri-negeri konsumen. Ini sangat strategis, dan yang lebih penting adalah ini ada di wilayah antum,” saya lalu mencoba menggambarkan padatnya lalu lintas di choke point strategis dunia itu, lorong 12 Mil yang dilalui sedikitnya 200 kapal asing per hari.
Jika kita perhatikan apa yang menjadi penyebab hari ini seolah banyak generasi tak memiliki kesadaran spasial, maka kita akan temukan tak sedikit dari mereka yang bingung bahkan tak mengenal tempat mereka berdiri kecuali sekadar informasi di permukaan. Generasi yang radarnya tak mampu menjangkau betapa kuat sinyal kepentingan geopolitik dan geoekonomi global atas tanah kelahiran mereka, karena luput mengerti aspek keruangan tempatnya berdiri atau kejadian yang mencakup lokasi, letak dan posisinya. Hal ini kami diskusikan dalam mata pelajaran IPS di kelas 8 SMPIT Insantama.
Lebih dari itu, saat kami menelaah Piagam Madinah sebagai wujud kecerdasan geopolitik Nabiyullah Muhammad Saw, banyak siswa yang berkomentar, “Rasulullah keren, the true leader.” Memang benarlah begitu adanya, Piagam Madinah menjadi bukti bahwa Islam butuh ruang untuk diterapkan, dan sistem Islam sudah sangat siap untuk itu. Ini merupakan satu poin strategis dalam mempelajari Sirah, yaitu kontekstualisasi (kemampuan generasi mengejawantah informasi sejarah ke dalam fakta kekinian). Sehingga sejarah tak dikaji secuil makna romantisme, tapi lebih dari itu, bagaimana Sirah mampu membentuk syakhsiyah (kepribadian) generasi calon pemimpin masa depan.
Generasi yang melipat peta global dalam pemikirannya, menghilangkan hambatan untuk memahami keruangan dan potensi strategisnya. Inilah desain untuk generasi calon pemimpin yang memiliki kesadaran spasial tinggi. Meski kita tak berhenti di situ, generasi harus juga mampu melakukan interkoneksi dengan tsaqafah Islam yang tinggi.
Bersabarlah dalam pembinaan, karena kebodohan itu sungguh melelahkan. Jagalah adab terhadap ilmu dan yang menyampaikannya, agar berkah seluruh pengorbanan dalam menggapai kepintaran.[]