Cucu-cucuku yg Kusayangi, Jadilah Dirimu Sendiri!

-

Yuk Sekolah Di Rumah !
14 Hari Kedua Bersama Ummi dan Abi
Suplemen Pendamping

Membersamai Anandas Para Juara dan Calon Pemimpin

Hari Kesembilan belas,

  1. Memahamkan Kembali bahwa doa dan cita-cita tertinggi Orangtua dan Guru serta harapan Umat adalah Anandas Menjadi Anak Sholih dan Sholihah Pemimpin Umat di Masa Depan.

Cucu-cucuku yg Kusayangi, Jadilah Dirimu Sendiri !
Prof. Daniel M. Rosyid PhD, M.RINA
Guru Besar Ilmu Kelautan ITS

Assalaamu’alaykum wR wB

Setiap kali aku bertemu cucu-cucuku perasaanku campur aduk antara gembira dan khawatir. Gembira karena aku melihat keceriaan di banyak wajah sangat muda itu. Khawatir melihat dunia yg semakin rapuh karena berbagai soal sejak perubahan iklim, ancaman perang nuklir dan pandemi Covid19 ini. Ekonomi global ribawi yg sudah terpuruk bakal menuju jurang depresi ekonomi dengan konsekuensi yg luas dan panjang secara sosial dan politik. Dunia mungkin tidak akan pernah sama lagi. Itulah yg bakal dihadapi anak-anakku dan cucu-cucuku.

Bekal menghadapi ketidakpastian dan ketidakjelasan masa depan itu cuma satu yg penting : keberanian memikul tanggungjawab untuk belajar dan merumuskan solusi inovatif dan bekerja keras untuk mewujudkannya.  Keberanian semacam itu hanya bisa dilahirkan oleh pendidikan yg memerdekakan jiwa, yaitu  yg menanamkan iman yg kokoh, bukan hanya Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM).  Jiwa merdeka itu adalah lahan subur bagi sikap jujur, amanah, cerdas dan peduli. Sekolah ini seperti apa yg diperlihatkan selama ini sudah menjalankannya. Cucu-cucuku ini dibimbing, dibina betul. Slogan sekolah para juara dan  sekolah calon pemimpin tak hanya sekedar slogan, tapi dilakukan dengan sepenuh hati.

Banyak sekolah saat ini terjerumus dalam obsesi mutu berbasis standard yg dirumuskan untuk kepentingan industri. Banyak murid sibuk belajar menjadi orang lain dan bekerja untuk orang lain sesuai standard. Bukan untuk menjadi dirinya sendiri yg unik. Obsesi standard itu merusak belajar menjadi sekedar indoktrinasi massal. Padahal belajar yg memerdekakan dan melahirkan pemimpin adalah belajar yg bermakna : relevan secara personal, spasial dan temporal. Ingat selalu, sekolah bukanlah pabrik untuk melahirkan tenaga kerja! Aku berharap di usia 18 tahun cucu-cucuku kelak tumbuh menjadi muslim yg mandiri, bertanggungjawab, sehat dan produktif. Juga siap menikah.

Proses pendidikan itu akan berporos di rumah di mana cucu-cucuku dibesarkan. Kemudian juga di masjid sebagai basis kehidupan umat. Lalu masyarakat yang majemuk ini.  Sekolah hanya akan memberi keterampilan produktif. Akhlaq dan adab akan dibentuk di rumah dan dikembangkan di masjid.

Tugas keluarga di rumah yang utama adalah tugas-tugas pendidikan. Rumah harus disiapkan untuk menjadi tempat belajar yg menyenangkan, sebelum ada istilah learning from home. Memang yg betul adalah learning at home, bukan memindahkan pelajaran di sekolah ke rumah secara daring. Ini makin penting bagi pendidikan dasar yg 9 tahun itu. Pendidikan dasar harus meruang 3-dimensional, alamiah, jasmaniah. Kompetensi sasarannya adalah mandiri belajar, beradab, berakhlaq dan sehat serta akrab dengan lingkungan agromaritim.

Pendidikan menengah bisa lebih banyak menggunakan internet, tapi juga bengkel ketrampilan. Target kompetensinya adalah cakap sebagai warganegara yg mandiri, bertanggungjawab, sehat dan produktif. Sebagiannya yg memiliki bakat dan minat akademik bisa meneruskan ke pendidikan tinggi untuk menjadi sarjana.  Jangan lupa bekali mereka dengan mimpi besar dan peta jalan ke masa depan.

Alhamdulillah, sesuai konsepnya, sekolah ini – dengan masjid sebagai sentrumnya – tidak mengambil porsi pendidikan di rumah, tapi menguatkannya tanpa menghilangkan peran keluarga bahkan justru terus mendorong penguatan fungsi keluarga dengan berbagai programnya untuk orang tua. Cucu-cucuku juga terus didorong menjadi generasi yg kenal betul dengan dirinya, mandiri, beradab, berakhlaq dan sehat. Isu agromaritim tak hanya dipelajari, tapi disebarluaskan ke seluruh penjuru negeri ini melalui ajang lomba dan seminar. Satu hal yg layak diapresiasi. Tampak ada kehendak kuat dan upaya sungguh-sungguh menjadikan siswanya sebagai jiwa-jiwa mandiri yg penuh konsep dan gagasan problem solving bagi negeri ini. Aku  tak ragu akan masa depan mereka, karena aku tahu setiap mereka juga dibekali dengan mimpi besar dan peta jalannya.

Selamat Cucu-cucuku. Selamat belajar menjadi dirimu sendiri.

Rosyid College of Arts and Maritime Studies, Gunung Anyar, Surabaya.

 

Pesan Cinta dari Allah Swt :

  1. Kita mesti paham bagaimana sikap dan respon timbal balik dari Anandas agar pendidikan di sekolah dan di rumah bisa serasi sejalan satu frekuensi.
  2. Anandas mesti paham bahwa mereka benar-benar sangat diharapkan oleh umat.