Tak Ada Sekolah Macam Insantama Di Malaysia!

-

Yuk Sekolah Di Rumah !
14 Hari Ke-5 Bersama Ummi dan Abi
Suplemen Pendamping
Membersamai Anandas Para Juara dan Calon Pemimpin

Hari Ke-63 BDR,

Hari ke-24 Ramadhan Mubarak,

Ayo, Jadikan Ramadhan Ini Ramadhan Terbaik Kita …

  1. Memahamkan Kembali bahwa doa dan cita-cita tertinggi Orangtua dan Guru serta harapan Umat adalah Anandas Menjadi Anak Sholih dan Sholihah Pemimpin Umat di Masa Depan.

 

Surat Dari Ayahanda dan Ananda,
Tak Ada Sekolah Macam Insantama Di Malaysia!
Ahamed Tamizi* & Ziza Amira Syafiqah**
*Ayahanda Ziza Amira Syafiqah (Kelas 12 yg baru lulus kemarin)
**Alumni LKMA 2019 Sails to Egypt next to Emirates, Konsultan Muda Pembangunan Desa Di Cigalontang, Tasikmalaya (2018)

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Izinkan saya, Ziza Amira Syafiqah untuk memulai tulisan ini.

Ada banyak kisah telah dilalui ketika aku bersekolah di salah satu sekolah favorit di kota Bogor yg terkenal dengan motto ‘Sekolah Calon Pemimpin’. Bahkan tak terhitung berapa banyaknya orang yg sering bertanya dengan soalan seperti “kok mau sekolah di Indonesia?” “emang gak kangen jauhan sama ortunya?” “bukannya sekolah di Malaysia lebih bagus ya?”

Ada banyak kenangan yg tak akan terlupakan apalagi hanya aku pelajar warga negara asing di Insantama. Semenjak awal masuk sejujurnya ada sedikit perasaan kaget yg terbersit akan sekolah ini. Awalnya sekolah ini masih belum rampung pembangunannya lantaran hanya ada beberapa gedung kecil, namun itu tidak mengurangi semangat motivasiku untuk menuntut ilmu di Kota Seribu Angkot.

Tak terlupakan juga ketika bagaimana susahnya mengurus proses visa belajar bagi warga negara asing, urusan imigrasi yg membuatku harus sering bolak- balik ke kantor imigrasi, kantor sipil bahkan ke Kemdikbud di Jakarta sehingga pernah suatu hari Pak Kar juga harus datang ke kantor imigrasi untuk menandatangani beberapa dokumen. Bahkan sebelumnya beliau juga mengantar kakak saya ke Kemdikbud di Jakarta ketika awal mengurus visa belajar. Atas nama sekolah, Pak Kar memang bertindak menjadi penanggung jawab keberadaanku di sekolah ini. Memanglah perjuangan yg sangat luar biasa dalam menempuh proses menjadi siswa di SIT Insantama ini bagi WNA seperti aku ini.

Namun segala lika-liku itu tidaklah menjadi persoalan bagi aku dan kedua orangtuaku. Semua berawal dari kebutuhan akan bekal agama! Ketika agama menjadi benteng terdepan dalam kehidupan umat Muslim, disitulah muncul keinginan orang tua untuk mencari pendidikan yg terbaik kepada anaknya sehingga berujung dengan bertemu Insantama, sekolah yg bukan di Malaysia. Sejujurnya, bukan perkara yg mudah ketika aku harus beradaptasi untuk sekolah di negara lain. Sejak kelas 1 SMP aku sudah harus beradaptasi dengan bahasa, teman serta lingkungan agar dapat mengikuti proses pendidikan layaknya siswa biasa. Dari sinilah munculnya proses pembinaan  sehingga seiring berjalannya waktu, tak terasa 6 tahun di Insantama merupakan perkara yg paling berkesan tentunya tak lain juga karena doa restu Orangtua.

Alhamdulillah, tak sia-sia berjauhan dengan orang tua. Dari Insantama juga aku belajar bahwa semua yg diajarkan itu kelak akan menjadi pembelajaran kehidupan  bagi kita. Semua program kepemimpinan yg dibekalkan itu juga agar kita lebih siap menjadi generasi muda yg ber kepribadian Islam untuk memimpin dunia. Allahu Akbar !!!

….

Benar yg disampaikan ananda. Semua itu juga kami rasakan sebagai orangtua.

Tak terasa, tiga anak kami telah lulus dari SIT Insantama. Sesuai dengan tujuan Insantama sendiri yaitu terwujudnya siswa pemimpin masa depan yg mantap dalam kepribadian Islam serta penguasaan tsaqofah Islam. Insantama jelas menunjukkan bahwa tak hanya guru yg menjadi pioner dalam membina anandas, tetapi semua pihak turut ikut andil termasuk OB serta satpam agar tetap satu frekuensi. Bahkan dari Yayasan sendiri, dari Ketua hingga para Pengurusnya senantiasa turun tangan langsung dalam membina anak-anak Insantama. Mereka sudah menjadi Ayah bagi semua siswa Insantama. Dapat dilihat ketika Yayasan sering mengisi ta’lim atau program pembinaan para siswa, seringkali mereka juga memberi motivasi untuk menyemangati anandas dan semaksimal mungkin membekali seluruh siswanya dengan ilmu kepemimpinan dari teori terkini berbasis Transformasional Leadership yg diperkaya dengan ilmu dan kepribadian Islam.

Kemudian, tak hanya pihak Yayasan yg memainkan peranan penting. Guru juga ikut menjalankan amanahnya dengan sangat luar biasa. Bahkan mereka bisa dibilang bukan sebagai guru, akan tetapi seperti orang tua. Mengapa ? Karena mereka merupakan sosok yg sering bersama dengan para anandas bahkan kedekatannya melebihi kedekatan antar orang tua dan anaknya, mereka sering meluangkan waktu dalam membina anandas bahkan sering menegaskan kepada para siswa bahwa sikap mental dan keterampilan untuk memimpin dan dipimpin adalah hal yg amat dibutuhkan di kehidupan mereka, bagi diri dan keluarga juga – tentu – umat sehingga  para guru harus menempuh berbagai lika-liku dalam membina anandas agar menjadi generasi calon pemimpin di masa depan.

Tak hanya itu, Insantama juga selain memfokuskan kepada pendidikan namun ada lagi satu hal yg terfokuskan yaitu misi pembentukan dan penguatan akidah, ibadah, management, leadership, problem solving. Sehingga pada akhirnya diharapkan setiap lulusan Insantama mampu menjadi pemimpin pembangkit umat yg pantang menyerah, setia pada syariat dan tetap tawadlu. Kejayaan anandas bukanlah melalui ujian sekolah atau Ujian Nasional, akan tetapi dari ujian kehidupan yg akan diterjangnya ketika memasuki dunia luar.

Insantama juga memiliki keunikannya sendiri. Ketika ilmu-ilmu agama, tahfidz, talim serta hal-hal berbau sunnah biasanya hanya bisa didapati di pesantren, Insantama memilih untuk menyeimbangkan semua itu, semua diintegrasikan. Antara ilmu agama dengan ilmu-ilmu soft skill seperti skill komunikasi, analisis dan problem solving skill, manajemen strategis, fundraising, serta multi tasking dengan menyelenggarakan ajang multi lomba level nasional dan seminar internasional yg gurunya hanya bersifat sebagai pendamping. Tak hanya itu, mereka juga dapat menggapai mimpi untuk berdakwah dan studi banding ke luar negeri (LKMA) dalam usia muda. Tentu ini semua tidak akan dapat dicapai kecuali atas izin Allah serta  zero maksiat sepanjang proses.

Masyaa Allah, dengan semua itu memanglah Insantama merupakan pilihan terbaik bagi kami walaupun harus berjauhan selama beberapa tahun karena di Insantamalah mereka menikmati semua proses tanpa pengeluhan karena mindset mereka telah dikunci dengan 4 kredo utama pembinaan kesiswaan, yakni :

*Pemimpin Sejati* tidak dilahirkan dari kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan. Mereka dibentuk melalui kesukaran, tantangan dan tak jarang air mata.

*Mimpi Besar* adalah perkalian antara Keyakinan yg kokoh dan kuat dengan Kerja keras, cerdas dan tak kenal menyerah. Team Building merapikan dan memuluskannya. Semuanya berlangsung dalam koridor Taqorrub ilallah.

*Hasil* tak pernah mengkhianati proses, maka nikmati saja prosesnya.

Dan

Dilarang Mengeluh! Mengeluh menjauhkan Mimpi Besar dari Kenyataan! Hasil tak pernah mengkhianati proses!

Ibunda, Ayahanda dan Anandas semua. Kami yg jauh datang dari negeri jiran bulat hati memilih Insantama sebagai sekolah bagi anak-anak kami. Hasilnya juga telah kami rasakan. Alhamdulillah. Karena itu mari kita semua memaksimalkan program BDR ini dengan terus menyatukan frekuensi kita dengan sekolah. Tak boleh ada frekuensi yg berbeda. Karena sebagaimana terlihat pada anak kami, anandas  semua sudah punya bekal karakter yg dibenamkan pihak sekolah dengan baiknya. Jangan sampai ia hilang tak berbekas hanya karena kita belum lagi dapat bersekolah secara normal. Jadi tetaplah semangat!

Barakallahu fikum

 

Pesan Cinta dari Allah Swt :

  1. Kita mesti paham bagaimana sikap dan respon timbal balik dari Anandas agar pendidikan di sekolah dan di rumah bisa serasi sejalan satu frekuensi.
  2. Anandas mesti paham bahwa mereka benar-benar sangat diharapkan oleh umat.