Kuliah Malam Jumat Bersama Ustadz Rahmat
8 Hal Penghambat Sukses
Semua orang pasti mengharapkan kesuksesan dalam hidupnya. Untuk meraih kesuksesan hidup, hendaknya mereka menghindari hal-hal negatif yang berpotensi bisa menghambatnya.
Ada 8 sifat negatif yang dapat menghambat kesuksesan hidup, yaitu rasa gundah, rasa sedih, kondisi yang lemah, sifat malas, sifat penakut, sifat bakhil, himpitan utang dan penindasan manusia. Rasulullah menganjurkan kita, kaum muslimin, untuk berlindung kepada Allah dari sifat-sifat tersebut.
“Jika Rasulullah menyuruh kita untuk belindung dari sesuatu, berarti hendaknya kita berupaya sekuat tenaga untuk tidak memiliki karakter tersebut, serta sekuat tenaga pula untuk memiliki sifat-sifat kebalikannya ” terang Ust. Rahmat kepada santri IBS malam ini (08/11).
Adapun do’a yang bisa diamalkan oleh kaum muslimin agar terhindar dari 8 hal negatif penghambat kesuksesan adalah sebagai berikut:
اَللهُمَّ اِنِّي اَعُوْذُبِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنَ وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَاَعُوْذُبِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَاَعُوْذُبِكَ مِن غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ.
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kegundahan dan kesedihan, aku berlindung kepadaMu dari sifat lemah dan malas, aku berlindung kepadaMu dari sifat penakut dan bakhil, aku berlindung kepadamu dari himpitan utang dan penindasan orang.” (HR. Abu Dawud)
Di antara sifat negatif yang kita harus berlindung kepada Allah darinya adalah sifat gundah (al-hammu) dan sedih (al-hazan). “al-hammu adalah perasaan sedih terhadap perkara yang belum terjadi sementara al-hazan adalah perasaan sedih untuk perkara yang terjadi sekarang.” Terang Ust. Rahmat.
Sebagaimana yang sudah Allah sebutkan dalam Al-Quran, bahwa manusia itu suka berkeluh kesah, gundah gulana dan bersedih hati, terutama ketika mereka diuji dengan sesuatu yang tidak menyenangkan. Dengan rasa sedihnya itu, alih-alih masalah tambah terang, namun biasanya malah bertambah runyam.
Agar terhindar dari rasa sedih tersebut, maka kita sebaiknya berhusnudzon kepada Allah, optimis terhadap rahmat Allah, bersyukur dan bersabar, dan tentu saja banyak-banyak berdoa kepadaNya. “Kita tidak boleh punya pikiran negatif” terang ust. Rahmat
Sifat negatif selanjutnya adalah sifat lemah (al-‘ajzu) dan malas (al-kaslu). “al-‘ajzu itu ada kemauan namun tidak ada kemampuan.” jelas Ust. Rahmat.
“Kita ingin baca Al-Quran dengan lama, namun mata sakit. Atau, mau nolong orang namun kita ga bisa. (Hal-hal semacam ini) Itu namanya al-ajzu.” Lanjut Ust. Rahmat.
Terkait dengan sifat lemah ini, Rasulullah pernah berpesan untuk hati-hati agar tidak meninggalkan generasi yang lemah sepeninggal Beliau. Lemah berarti tidak mempunyai kemampuan dan kekuatan dalam bidang apa pun, misanya lemah fisik, lemah di bidang ilmu, ekonomi, dan politik. Hal yang lebih ditakutkan adalah lemah iman dan lemah kepribadian Islamnya.
Agar terhindar dari kondisi yang lemah, sebaiknya kita, kaum muslimin, melakukan mujahadah, olahraga, tholabul ilmi, meningkatkan etos kerja, serta menghindari kebiasaan buruk, seperti bergadang, mengkonsumsi makanan yang tidak thoyyib dan sebagainya.
Sementara sifat al-kaslu merupakan sifat malas, “al-kaslu, ada kemampuan tapi ga ada kemauan” terang Ust. Rahmat.
Sifat malas akan menghilangkan produktivitas dan kemajuan. Tidak ada satu orang pun yang suka kepada orang malas. kehidupan ini tidak akan berkembang jika sifat malas masih dipelihara dalam diri.
Sifat negatif selanjutnya adalah al-jubnu dan al-bukhlu. “al-jubnu adalah takut kehilangan jiwa.” terang Ust. Rahmat.
“Orang yang memiliki sifat al-jubnu, dia tidak akan berani mengatakan yang benar sebagai benar yang salah sebagai salah. Pengecut tidak mau mengatakan yang benar itu benar yang salah itu salah.” Jelas Ust. Rahmat.
Kaum muslimin hendaknya memiliki sifat-sifat keberanian. Mereka harus bersikap berani kalau benar, apalagi dalam hal menegakkan agama Allah. “Tidak berani mengibarkan bendera tauhid itu termasuk al-jubnu. Tidak mau mengaku dia salah itu pun juga al-jubnu.” Lanjut Ust. Rahmat. “Kita tidak boleh punya sikap pengecut” tegas Ust. Rahmat.
Hal-hal yang bisa dilakukan agar terhindar dari rasa penakut adalah meningkatkan iman dan selalu istiqomah, meningkatkan kemampuan diri, meneguhkan keyakinan bahwa hanya Allah yang dapat memberikan manfaat dan mudharat.
Sifat al-bukhlu adalah sifat pelit. “Al-bukhlu adalah takut kehilangan harta. Keked mengkene cap jahe. Kikir.” terang Ust. Rahmat.
Terkait dengan sikap al-bukhlu (kikir), nabi menyatakan bahwa orang yang kikir itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, dan dekat kepada neraka. Syetan menakut-nakuti manusia dengan dibayang-bayangi kefakiran supaya seseorang tidak mau infaq, shodaqoh, dan zakat. Allah SWT berfirman:
“Syetan menjanjikan kefakiran kepadamu dan menyuruh yang jahat, dan Alloh menjanjikan kepadamu pengampunan dan keutamaan dariNya, Alloh itu maha luas rezekinya dan maha mengetahui.” (TQS. Al Baqarah: 268).
“Barangsiapa dijaga dari kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yang berbahagia.” (TQS. Al Hasyr: 9)
“Ketika punya sifat ini maka kita tidak bisa melaksanakan wa jaahidu bi amwalikum wa anfusikum (dan berjihadlah kalian dengan harta dan diri kalian).. ” kata Ust. Rahmat.
Agar terhindar dari sifat bakhil, maka seseorang harus memaksa dirinya untuk menunaikan zakat, infaq, shodaqoh, serta menumbuhkan rasa bahagia ketika memberi, dan meneguhkan keyakinan akan janji Allah SWT.
Rasulullah kemudian mengajak kita untuk berlindung kepada Allah dari ghalabah ad-dain (himpitan hutang). Supaya terhindar dari penyakit ini, maka hendaknya kita senantiasa merasa cukup terhadap apa yang sudah Allah SWT berikan, tidak membelanjakan rezeki kita kepada hal-hal yang tidak bermanfaat, dan “Jangan punya karakter pengutang..” tegas Ust. Rahmat.
Terakhir, Rasulullah mengajarkan doa agar terhidar dari qahr ar-rijal (penindasan manusia). Hal ini ada kaitannya dengan kondisi ghalabah ad-dain di atas. Ketika seseorang dihimpit utang, maka dia akan dikuasai serta ditindas oleh pemberi utang.
Penindasan dari zaman dulu hingga zaman sekarang masih tetap ada. Jika dulu penindasan pada umumnya dilakukan secara fisik, namun sekarang, penindasan bisa beragam bentuk, misalnya penindasan secara ekonomi, politik, budaya dan sebagainya.
“Kita berlindung dari dililit utang dan dikuasai orang. Jika kita ga bisa bayar utang, maka kita akan dikuasai (oleh pemberi utang).” Jelas Ust. Rahmat.
Tiap selesai sholat santri IBS Insantama senantiasa mengamalkan do’a ini. Namun sepertinya baru sekarang mereka memahami esensi doa yang senantiasa mereka lafalkan. Semoga dengan penjelasan dari Ust. Rahmat di malam ini, para santri semakin menghayati do’anya, guna meraih kesuksesan hidup, tidak hanya di dunia akan tetapi juga sampai negeri akhirat. Aamiin.