Kesadaran seorang hamba akan hubungannya dengan Allah ( idrak sillah billah ) perlu terus dijaga kekuatannya. Sebab, dengan adanya kesadaran inilah, seorang hamba akan senantiasa merasa dekat dengan Allah dalam seluruh sisi kehidupannya.
” Siapa di antara antum yang ingin selalu connect dengan Allah?” tanya Ust. Rahmat Kurnia.
” sayaa..” jawab 500-an santri IBS Insantama di malam ini (20/09)
Ust. Rahmat kemudian memberikan tips yang bisa menjaga koneksi seorang hamba dengan Allah agar tetap kuat. Di antaranya adalah dengan senantiasa membaca firman Allah.
Setelah ust. Rahmat menyitir firman Allah, wa’tashimuu bi hablillaahi jamii’a… (QS. Ali-Imran:103), beliau kemudian menjelaskan bahwa yang dimaksud ” hablullah “dalam ayat ini tiada lain adalah kitabullah (kitab Allah) berupa Al-Quran Al-karim.
Manusia dalam kehidupannya senantiasa membutuhkan pegangan. Ust. Rahmat kemudian mengajak santri berpikir, bahwa segala sesuatu yang penting, selalu ada pegangan.
” coba bayangkan jika setrikaan di rumah antum tidak ada pegangan, apa yang akan terjadi pada tangan antum?”, pertanyaan retoris Ust. Rahmat kepada para santri.
Tanpa menunggu jawaban para santri, ust. Rahmat lantas melanjutkan, ” demikian pula kehidupan ini, yang merupakan sesuatu yang penting bagi kita, juga membutuhkan pegangan” jelas Ust. Rahmat.
Lantas beliau melanjutkan, ” Pegangan hidup kita tiada lain adalah Al-Quran” tegas Ust. Rahmat.
Hablullah akan menguatkan koneksi seorang hamba dengan Allah. Di antara akibat lemahnya koneksi itu adalah hilangnya kekhusyuan dalam ibadah sholat. Dan cara agar sinyalnya bisa terhubung dengan kuat itu adalah, ” bentangkan hablullah. Rajinlah membaca Al-Quran” jelas Ust. Rahmat.
Namun, seringkali permasalahan yang muncul itu adalah karena seorang hamba belum bisa membaca Al-Quran secara tartil dan enak didengar. Hal ini menjadikan seorang hamba sulit berlama-lama membaca Al-Quran.
Supaya tidak terjadi hal yang demikian, Ust.Rahmat kemudian mengajak para santri agar membaguskan bacaan Al-Qurannya. Ust. Rahmat menyarankan agar para santri memilih salah satu langgam bacaan Al-Quran yang lebih disukai santri.
” Jika ingin nikmat membaca Al-Quran, maka kita harus tartil dalam membaca Al-Quran dan membaguskan bacaannya dengan memilih salah satu langgam” jelas Ust. Rahmat.
Ust. Rahmat pun mengajarkan langgam bayati sebagai langgam dasar bacaan Al-Qur’an. Beliau menuntun para santri melagukan pola langgam bayati, ” Bayati pertama naiik, bayati kedua datar, bayati ketiga turuun..”
Para santri kemudian ditantang untuk menerapkan langgam bayati ini pada beberapa surat pendek.
“Bisa salah satu langgam, in sya Allah akan menambah kesenangan dalam membaca Al-Quran” terang Ust. Rahmat.
Adanya usaha membaguskan bacaan Al-Quran saja tidak cukup. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah dengan senantiasa berdoa. ” kita harus banyak berdoa agar kita senang banyak membaca Al-Quran ” kata Ust. Rahmat. Beliau lantas mengajak santri memahami makna doa khataman quran.
” Orang yang tidak banyak membaca Al-Quran, maka rumahnya gelap, pikirannya gelap, kehidupannya gelap ” Pungkas Ust. Rahmat
Menutup kuliah malam jumat kali ini, para santri bersama-sama menyanyikan sebuah lagu yang dimainkan oleh tim marawis Insantama. ” ya habibal qalbii ya khoerol barooyaa..”
Dengan berakhirnya tampilan marawis ini, berakhirlah kegiatan kuliah malam jumat di minggu ini. Para santri kemuadian kembali ke asramanya masing-masing, dengan tentunya membawa semangat untuk terus membaguskan serta memperbanyak tilawah Al-Quran. In sya Allah (Kur)