Shalihkan Anak Dimulai dari Orang Tua Shalih

-

Shalihkan Anak Dimulai dari Orang Tua Shalih

Penulis: Sonny Lazuardi

Kecerahan pagi bersemi kembali. Mentari tak malu-malu lagi menampakkan wajahnya, setelah sehari sebelumnya tampak redup tergantikan mendung dan rintikan air yang turun dari langit. Sama halnya para orang tua siswa baru yang saat ini merasakan keceriaan dalam Sky Ballroom Hotel Bogor Icon menanti pencerahan oleh Sang Motivator Samara (Sakinah mawaddah wa rahmah), Ustadz M. Rahmat Kurnia. Mereka ingin menghilangkan kegundahannya dalam mendidik anak, dimulai dengan mengikuti kegiatan Parentama 2022 di hari kedua (Ahad, 17/7).

‘Yuk kita selalu ridha kepada anak-anak kita!’ Seru Ustadz Rahmat berharap pada peserta parentama.

Keridhaan orang tua ini betapa pentingnya daripada orang tua membencinya bila orang tua sedang marah. Marah boleh tetapi hati harus tetap ridha. Memang, untuk menjadikan anak yang shalih perlu perjuangan. Tetapi anak yang shalih itu haruslah dari orang tua yang shalih, karena anak mencontohnya, pesan beliau di hadapan ratusan peserta Parentama.

“Kalau kita shalih maka keturunan kita juga shalih artinya jejak keturunan itu juga insya Allah akan shalih” ungkap beliau meyakinkan.

“Kita membutuhkan tiga amalan dalam mendidik anak yaitu istiqamah, istikharah, istighfar,” tegas Ustadz Rahmat.

Hidup kita untuk Allah Swt, termasuk berkeluarga. Sebuah analogi bila kita memberi sesuatu pada atasan kita, saudara, atau kerabat, tentu dengan pemberian terbaik. Akan tetapi, apakah kita sudah memberi yang terbaik kepada Allah, yaitu amal terbaik kita. Bagaimana kepada keluarga kita? Kerap menjadi pertanyaan Sang motivator Samara ini.

Usadzt Rahmat mengatakan, ada fungsi keluarga yang selayaknya dapat dijalankan. Ingin Samara maka perlu memperhatikan delapan fungsi tersebut yaitu fungsi reproduksi, ekonomi, sosial, proteksi, rekreasi, afeksi, edukasi, dan religi. Bila fungsi keluarga itu mampu dilaksanakan maka akan terjadi kebahagiaan. Seperti kebahagiaan: material, moral, intelektual, spiritual, biologis, dan ideologis. Sebaliknya bila tidak terlaksana fungsi keluarga tersebut akan terkena family disorder.

Ada hal yang menarik di sela-sela acara, yaitu peserta membaca komitmen bersama-sama yang dipandu Ustadz Rahmat, bahwa mereka diharapkan bersungguh-sungguh untuk menjadi orang shalih.

“Keluarga sakinah mawaddah wa rahmah adalah keluarga yang penuh dengan ketenangan (ithmi’nan) atas dasar iman yang bertujuan masuk surga bersama-sama dengan terus mendidik anak menjadi shalih/shalihah dan calon pemimpin ansharullah.” Ustadz Rahmat membaca berbarengan dengan peserta.

“Sesungguhnya pelindungku ialah Allah Yang telah menurunkan Al Kitab (Al Quran) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.”(TQS Al-A’raf Ayat: 196).

Anak kita akan dilindungi, ditamengi dari hal-hal buruk (tidak diharapkan) syaratnya adalah shalih. Maka malaikat pun akan membantu melindungi, tukas beliau.

Ustadz Rahmat memberikan tips kepada peserta yang mau tidak mau akan meninggalkan anandas, yaitu:
1. Tega. Harus tega, sebab SIT Insantama tempat pendidikan, pembinaan, dan pengorbanan.
2. Ikhlas. Ikhlas dan sadar bahwa putra atau putrinya tidak akan diterlantarkan. Ikhlas dengan didikan, dilatih, ditempa, diurus, disuruh menghapal, di suruh ngaji dan sebagainya.
3. Tawakal. Serahkan pada Allah, berdoa untuk kebaikan anandas.
4. Ikhtiar. Dengan dana dan berdoa.
5. Percaya Diri. Percayalah bahwa putra dan putri sedang didik dan dibina.

Semoga anak-anak kita dapat menjadi anak yang shalih, dengan contoh teladan dari orang tua yang shalih. Sekalipun harus dititip di Insantama, tidak menghilangkan peran orang tua dalam mendidik anaknya menjadi shalih. Aamiin.[]