Siswa dan siswi SMP, secara berkelompk atau perorangan, mulai meninggalkan kelas-kelas mereka menuju Masjid Pendidikan Insantama (MPI), sesaat setelah mendengar pengumuman dari guru piket bahwa mereka harus segera bergegas melaksanakan shalat Zhuhur berjamaah di sana. Terlihat pula beberapa guru dari SMP dan SMA bersama-sama dengan para siswanya menuju masjid.
Di saat yang sama, siswa-siswa SMA, sebagian sudah lebih dulu tiba di selasar lantai dasar masjid. Setibanya di sana, mereka melepas dan menenteng alas kaki mereka lalu meletakkanya di rak sepatu secara rapi. Sementara itu, siswa-siswi kelas 6 yang hari ini, Kamis 22 Februari 2018, mendapat giliran shalat di masjid, mulai berhamburan keluar dari gedung 1, sementara guru-guru mereka turut mendampingi.
Jalur masuk masjid bagi laki-laki dan perempuan terpisah, sehingga memastikan tidak ada interaksi antara keduanya. Jamaah laki-laki masuk melalui beranda masjid yang mengarahkan mereka ke lantai 2. Sementara jamaah perempuannya, masuk melalui bagian belakang masjid, yang mengarahkan mereka ke lantai 3 masjid. Para siswa yang tidak sempat mengambil air wudhu di gedung mereka, secara tertib mengambil air wudhunya di ruang wudhu di gedung masjid. Setelah wudhu, mereka langsung masuk.
Masih ada waktu sebelum adzan Zhuhur dikumandangkan. Sebagian ada yang melaksanakan shalat dua rakaat tahiyatul masjid terlebih dahulu, sementara sebagian lainnya langsung duduk di shaf-shaf shalat, sambil ikut membaca Al-Qur’an secara bersama-sama yang sudah berlangsung sejak tadi. Namun ada juga di antaranya yang malah bercengkrama di antara sesama mereka.
Seluruh siswa, baik yang SD, SMP maupun SMA dan staf terlihat berbaur satu dengan yang lainnya. Tidak ada pengkhususan posisi shaf shalat jamaah. Pokoknya yang datang duluan ke masjid, maka mereka berpotensi menempati posisi terdepan. Untuk hari ini, shaf terdepan didominasi siswa SMP. Demikain pula yang perempuannya, gambaran jamaah perempuan, hampir sama dengan jamaah laki-lakinya.
Tepat pukul 12.00, suara adzan pun dukumandangkan oleh salah seorang siswa SMP yang ditunjuk. Para jamaah masih terus berdatangan ke ruangan masjid, yang sudah terisi hampir setengahnya. Selesai adzan, muadzin meminta jamaah untuk shalat qabliyah Zhuhur, “shollu qabliyatan…!” demikian kata muadzin.
Tanpa dikomando, para guru pun bersahutan meminta para siswa untuk shalat sunah. “Hayya…hayya..quumuu… sholluu qabliyatan…” seru salah seorang guru kepada siswa yang masih duduk-duduk di atas karpet permadani turki yang nyaman itu.
Tak lama berselang, imam meminta muadzin untuk iqamah. “Aqim…” kata sang imam sambil menyalakan mic-nya. Sebelum takbir, imam memastikan seluruh jamaah untuk merapatkan serta meluruskan shaf. “Luruskan dan rapatkan shaf, karena lurus dan rapatnya shaf adalah di antara kesempurnaan shalat,” imam mengingatkan.
Di saat yang sama, beberapa guru terlihat ikut membantu merapikan shaf jamaah siswa-siswanya. Sebagian diminta untuk meluruskan shafnya, sebagian yang lain diminta untuk mengisi shaf terdepan yang masih kosong. Kemudian terdengarlah suara takbir imam, “Allaahu Akbar….”, sebagai tanda shalat sudah dimulai, yang kemudian diikuti oleh seluruh jamaah shalat Zhuhur. Sedikitnya 900-an siswa dan siswi, SD, SMP dan SMA dan juga staf tampak khusuk dalam ibadah shalatnya di siang ini.
Inilah shalat Zhuhur berjamaah, yang semarak di lingkungan SIT Insantama. Siapapun tentu akan merasa bersyukur, salah satunya tidak lain adalah pihak dewan kemakmuran masjid. “Alhamdulillah akhirnya kita bisa shalat berjamaah di masjid sendiri di lingkungan sekolah Insantama yang kita cintai. Tentu ini kebahagiaan yg teramat sangat, setelah menunggu hampir 17 tahun,” kata Ketua Harian DKM Insantama Ustadz Muhammad Mashudi.
Selama ini, sebelum ada masjid, memang kegiatan ibadah shalat para siswa dan staf, diselenggrakan di auditorium atau di koridor kelas secara sendiri-sendiri di masing-masing unit; SD, SMP, SMA. Sebagian staf ada juga yang shalat jamaah di masjid warga. Keberadaan masjid Insantama telah menjawab 16 tahun harapan seluruh civitas akademika untuk bisa melaksanakan shalat secara bersama-sama.
“Alhamdulillah, luar biasa, Allahu Akbar!! Hanya kalimat itu yang bisa menggambarkan atas selesainya bangunan Masjid Pendidikan Insantama, selama kurang lebih 16 tahun cita itu tumbuh dan berkembang. Masjid yang nyaman, khusyuk ini, insya Allah akan lebih bermanfaat untuk siswa siswi Insantama. Semoga barakah untuk semua civitas akademika SIT Insantama insya Allah,” kata Muhammad, salah seorang alumni Insantama angkatan pertama.
Walaupun jamaah shalatnya berasal dari semua unit, termasuk para staf dengan ragam usia, namun pada saat shalat, tidak ada “sekat” di antara mereka. Mereka berbaur, bersatu menjadi jamaah shalat Zhuhur MPI. “(Dengan shalat berjamaah ini) semakin menguatkan kebersaman dan ukhuwah antara siswa, guru, staf SIT Insantama,” kata Pak Iqbal, salah seorang guru SMP.
Inilah pula yang menjadi harapan Ketua Harian DKM Insantama. “Disatukan karena kita ingin membangun rasa kejamaahan dan rasa persatuan di semua unit yang memang ini cerminan dari harusnya umat Islam,” tegas Ustadz Mashudi.
Tidak hanya diwajibkan bagi para siswa, khususnya dari SMP dan SMA, kegiatan shalat berjamaah ini juga diwajibkan bagi seluruh staf SIT Insantama. “Adapun staf unit pendidikan dan non kependidikan, juga kami wajibkan ikut shalat jamaah di masjid kecuali satu orang satpam tetap jaga di posnya (secara) bergantian,” beber UstadzMashudi, yang juga salah satu anggota Yayasan SIT Insantama.
Disatukannya jadwal serta pelaksanaaan shalat berjamaah di Masjid Insantama ini memunculkan kendala baru. Yakni, bagaimana caranya menyikapi perbedaan jadwal KBM di masing-masing unit, sementara semua unit itu, pada saat tertentu, harus meluangkan waktunya untuk shalat secara berjamaah. “Kami yakin insya Allah ada solusi terbaik,” kata Ustadz Mashudi meyakinkan.
Kendala tersebut menuntut adanya singkronisasi jadwal kegiatan belajar dan mengajar di setiap unit; SD, SMP dan SMA. Karena, kata Ustadz Mashudi, “Solusi dari permasalahan tersebut (singkronisasi waktu KBM) adalah komunikasi yang efektif dengan unit.”
Akhirnya setelah didiskusikan bersama semua unit, maka diputuskanlah jadwal shalat berjamaah di MPI. Bahwa waktu Zhuhur dimulai pukul 12.00, sedangkan waktu Ashar pukul 15.30. Setelah ditetapkannya jadwal waktu shalat ini, satu kendala bisa diselesaikan.
Tinggal kemudian setiap unit menyesuaikan kegiatannya masing-masing. Unit SD misalnya, mereka menyiasatinya dengan cara mengurangi waktu makan. “Untuk waktu Zhuhur, maka jadwal SD 11.30-12.00 itu waktu makan, jadi siasatnya, (waktu) makan itu dari 11.30-11.45. Jadi dengan percepatan makan, jadwal shalat bisa tepat ke masjid…” kata Pak Shodiq, salah seorang guru SD.
Solusi lainnya dari unit SD adalah dengan cara pembagian jadwal shalat di masjid untuk masing-masing angkatan. “Hari Senin, untuk siswa kelas 2-3, hari Selasa kelas 4, Rabu kelas 5, Kamis kelas 6, sementara siswa kelas 1 belum dperkenankan shalat di masjid,” terang Pak Shodiq.
Demikian pula di unit SMP dan SMA. Di kedua unit ini, ditetapkannya jadwal pelaksanaan shalat berjamaah ini relatif tidak memunculkan kendala signifikan. Hanya mengurangi sekitar 10 menitan dari waktu KBM sebelumnya.
Selesai shalat Zhuhur, para jamaah kemudian kembali ke unitnya masing-masing untuk melanjutkan agenda-agenda mereka di hari ini. Mereka akan bertemu kembali di waktu Ashar, Maghrib, Isya dan juga Shubuh, secara terus menerus pada setiap harinya. Semua itu dilakukan tidak lain selain agar ukhuwah Islam di antara civitas akademika ini semakin erat, juga agar tercipta biah (suasana) ibadah yang kental di lingkungan SIT Insantama. Sehingga, sebagaimana yang dikatakan oleh Ketua Yayasan SIT Insantama Ustadz Ismail Yusanto dihadapan santri boarding, “Kalian akan tertempa menjadi abidu al-shalih…(hamba Allah yang shalih).”[]