Reportase Penutupan PERMATA SMPIT Insantama; Pemimpin itu Bukan Penakut
Penulis: Irfah Zaidah
Hujan yang tidak terlalu lebat mengguyur area PERMATA (Perkemahan bersama DUTA Insantama), Villa Edwin 24/05/22 pukul 21.00 WIB. Ini kali pertama terjadi hujan, sepanjang 2 hari 2 malam siswa SMPIT Insantama sekolah dengan tagline #SekolahCalonPemimpin itu berkemah. Area perkemahan pun sontak menjadi basah dan hawa sejuk pun berhasil menghalau gerah. Ini sekaligus menjadi malam terakhir para siswa berkemah, sebelum esoknya dilaksanakan ‘Apel Penutupan’ PERMATA 2022. Terlihat ada 2 titik lokasi rapat koordinasi acara penutupan; di Aula Ikhwan tim acara sedang rapat dan Aula Akhwat dipilih sebagai lokasi rapat tim PAK (Pembina Anak Kelompok).
Dini hari, PME (Positive Mental Exercise) (02.00 WIB), mengawali realisasi rapat semalam. Inti dari PME adalah Muhasabah dan Motivasi kepada para peserta PERMATA, dengan target mencetak calon pemimpin yang tidak penakut terhadap perubahan diri agar selamat dan sukses dunia-akhirat. Calon pemimpin hebat, senantiasa berorientasi akhirat, yang hanya takut kepada Allah SWT. Kali ini PME diikuti siswa akhwat, dini hari sebelumnya Selasa, 24/05/22; diikuti siswa ikhwan.
Para peserta akhwat pun ditutup mata menggunakan slayer mereka masing-masing, semua lampu di area perkemahan pun dipadamkan, nuansa ‘seram’ pun ‘dikreasikan’. Para peserta PERMATA pun berjalan ‘mengular’ per kelompok dengan panduan PAK menyusur rute, tertatih sambil full waspada. Sesekali terdengar lengkingan jerit akhwat, sebagai ekspresi spontan merespon kejutan dari para pembina PERMATA. Berakhir di titik kumpul yang satu; api unggun. Peserta pun membentuk lingkaran, mengelilingi api unggun yang jilatan apinya semakin meninggi dan panasnya pun makin ‘nyelekit’ di kulit.
“Berada di sekeliling api unggun yang makin lama semakin terasa panasnya, menjadikan hamba teringat sabda Rasul-Mu Ya Allah, yang intinya panasnya api neraka-Mu itu 70 kali lipat dari api dunia, Ya Allah”. Instruktur PME membuka muhasabah.
“Panas api dunia ini, tak seberapa jika dibandingkan dengan api neraka-Mu Ya Rabb”. Sambil terisak, instruktur PME pun terus-menerus lantunkan istighfar.
“Hamba merasa tak pantas masuk ke surga-Mu Ya Rabb. Namun, hamba tak kan kuat menanggung panas dan siksa neraka-Mu Ya Allah”. Munajat instruktur PME, terdengar makin menyayat hati. Isak tangis peserta PME pun memecah kesunyian dini hari.
Melalui bimbingan instruktur PME, para peserta PERMATA pun larut dalam harunya dzikrul maut, mengenang kasih sayang orang tua di masa kecil, menapaktilasi perjuangan orang tua demi membahagiakan anak-anaknya. Respect pada guru tak luput dari ‘sentilan’ muhasabah. Mengingat dosa dan maksiat yang pernah mencemari diri pun ‘disingkap’ di sini dengan penuh kejujuran.
Acara PME pun semakin bergulir menuju akhir, setelah melewati pengokohan bounding satu Angkatan Akhwat ‘Jaisyan’ diawali dengan saling menggenggam tangan teman yang duduk bersebelahan di kanan-kiri, kemudian memanjatkan doa kepada teman, orang tua, guru, dan kaum muslimin-muslimah di mana pun berada. Berjanji untuk mewujudkan sesuai nama Angkatan kelas 7; Angkatan 15, Angkatan Ansharullah ‘Penolong Agama Allah’. Sebagai closing, instruktur PME mewakili para guru pun meminta maaf dan mendoakan semua peserta PERMATA “Semoga antum semuanya menjadi generasi pembangkit umat, menjadi pemimpin yang selamat dan sukses dunia wal akhirat”. Di-aamiin-kan oleh seluruh peserta dengan suara bergetar. PME pun tuntas tepat 03.45 dilanjut qiyamul layl, tilawah hingga shalat subuh berjamaah.
Selepas shalat subuh, para peserta PERMATA akhwat menyampaikan kesan dan pesan, diantaranya “Ana terkesan dengan acara PERMATA ini, karena ana merasakan manfaat perubahannya pada diri ana. Ana merasa jadi lebih peduli pada kedisiplinan pengaturan waktu, kebersihan dan dilatih kemandirian contohnya memasak dan memakan masakan sendiri. Dilatih menjaga barang-barang ana dan kekompakan tim. Pesan ana; semoga kita semua bisa melanjutkan kebaikan yang telah kita dapatkan dari PERMATA ini”. Ujar Siti Asayako Ihsan menuangkan uneg-unegnya sekaligus mewakili uneg-uneg teman-temannya.
“Syukran atas kesan dan pesannya”. Sambut bu Choti yang memandu sesi kesan dan pesan.
Bu Choti berpesan “Di mana-mana, tak ada yang namanya ‘pemimpin’ itu penakut, dan pastinya seorang pemimpin itu menunjukkan sikap yang dewasa”.
Matahari semakin cerah, sebakda sesi bongkar tenda biah shalihah (shalat dhuha, doa, dzikir, tilawah dan kultum/tausiah) dan sarapan, jam pun menunjukkan tepat 08.30 pertanda Apel Penutupan di lapangan (Rabu, 25/05/22) pun dimulai. Pak M. Arifurrahman (wakasis) bertindak sebagai pembina apel, Tengku Abyan sebagai pemimpin upacara.
“Alhamdulillah, antum bisa membuktikan apa yang menjadi pesan Yayasan; antum semuanya sehat, selamat, mandiri dan disiplin. Dan bapak salut atas kehebatan antum semuanya yang telah berupaya menegakkan tiang rotan baik yang telah berhasil maupun tidak. Bapak tidak menyangka diantara kelompok-kelompok antum ada yang berhasil menegakkan tiang rotannya. Hebat. Alhamdulillah”. Apresiasi positif dan support Pak Arif terkait capaian para peserta PERMATA, wabil khusus ucapan salut beliau terkait ‘hard effort’ para peserta dalam ‘Penegakan Tiang Rotan’. Target ‘Penegakan Tiang Rotan’; pengokohan kekompakan ‘Team Building’. Dalam sesi yang telah terselenggara pada hari pertama ini, para peserta PERMATA mampu membuktikan; calon pemimpin bukan penakut untuk memperjuangkan sesuatu yang mungkin dianggap ‘impossible’ bagi orang-orang yang ciut nyali.
Apel Penutupan pun ditutup dengan hamdalah dan doa, tak lupa bertabur hadiah. Tak ketinggalan souvenir tanda cinta dari representasi orang tua siswa; FOSIS. Disertai doa pada kata sambutan “Semoga setelah acara PERMATA ini, anak-anak semuanya semakin mandiri, disiplin dan menjadi pemimpin yang shalih-shalihah”. Aamiin.[]