Nobar Film G30S/PKI: Mengingatkan Generasi Muda Terhadap Bahaya Komunisme

-

Nobar Film G30S/PKI:
Mengingatkan Generasi Muda Terhadap Bahaya Komunisme

Oleh Mila Sari

“Kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir.” (Ali bin Abi Thalib RA)

Agaknya apa yang diungkapkan oleh Sayyidina Ali bin AbinThalib RA. di atas adalah sebuah ungkapan yang tepat untuk peristiwa politik yang terjadi begitu parah dan berdarah-darah pada 30 September 1965 lalu, yaitu sebuah pengkhianatan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) terhadap kaum muslimin khususnya dan terhadap semua rakyat Indonesia secara umum.

Sebagai seorang pembelajar, kita perlu memahami sejarah dengan baik dan benar agar tidak salah dalam bersikap serta dapat pula menentukan langkah apa yang harus kita tempuh selanjutnya. Termasuk kejahatan kemanusiaan, pengkhianatan dan kebengisan seperti apa yang sudah dilakukan Partai Komunis di Indonesia, apa motivasi dan tujuan mereka melakukan aksi brutal tersebut.

Maka malam ini, Kamis 30 September 2021, IBS (Islamic Boarding School) Insantama mengadakan Nobar (Nonton bareng) yang diikuti oleh seluruh santri IBS Insantama secara hybrid, bertempat di Aula SDIT Insantama, sedangkan yang daring (dalam jaringan) mengikuti agenda ini via room zoom meeting yang telah disediakan.

Nonton bareng rekam jejak Tragedi Pengkhianatan G 30/S PKI (Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia) ini dimulai pukul 20.00-22.00 WIB dengan bantuan divisi OSIS bidang Sketsa dan Kofi sebagai panitia acara.

Agenda ini diadakan dalam rangka mengenang betapa pilunya peristiwa G 30/S PKI. Dalam film tersebut, para santri dapat memahami tentang kebenaran yang diungkapkan oleh menantu sekaligus sepupu Rasul SAW, Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA. yang penuh hikmah, bahwa kejahatan yang terorganisir secara sempurna, matang, rapi dan penuh pertimbangan akan dapat mengalahkan kebenaran.

Dalam film tersebut juga para santri dapat memahami betapa licik, kejam dan bengisnya para komunis. Demi sebuah ide dan kekuasaan, mereka mudah untuk menghasut, mengadu domba dan menumbalkan rakyat serta siapa saja yang menghalangi langkah mereka, termasuk anak kecil, orang tua dan orang-orang yang tak berdosa sekalipun.

Para santri dan semua yang ikut nobar turut merasakan ketegangan, cemas, pilu dan kesedihan yang mendalam saat para PKI dan tentara yang mereka susupi melancarkan serangannya terhadap para Jenderal Angkatan Darat.

“Ade masih hidup sayang?”

“Masih, ma!”

Tangis para peserta pecah dan berlinangan air mata saat anak bungsu Jenderal A.H. Nasution yang masih berumur 4 tahun terkena tembakan, ketika gadis kecil itu dan mamanya berusaha menyelamatkan sang ayah dari pasukan Cakrabirawa.

Belum lagi tragedi lubang buaya yang sungguh sangat memilukan hati dan tak sanggup kita menguraikan kisahnya.

Semoga dengan diadakannya agenda nonton bareng ini, para santri IBS Insantama semakin cinta akan sejarah, ingin mencari referensi yang benar tentang sejarah bangsa yang diperjuangkan atas dasar iman dan Islam. Semakin cinta terhadap Islam, mau mengamalkan dan menyebarluaskan ide-idenya agar tidak ada lagi isme-isme sesat yang meracuni pemikiran kaum muslim dan generasi bangsa.[]