Dalam segala keterbatasan yang dihadapi selama masa wabah COVID-19 ini, Yayasan Insantama Cendekia masih mengupayakan mengadakan upacara peringatan kemerdekaan Bangsa Indonesia yang ke – 75. Peringatan tahun ini jatuh pada hari Senin, 08.00 pagi hari tanggal 17 Agustus 2020. Upacara dipusatkan di kampus Sekolah Islam Terpadu Insantama Bogor. Peringatan kemerdekaan ini juga disiarkan secara daring kepada seluruh keluarga besar Insantama, siswa beserta orang tua siswa dimanapun berada.
Peserta upacara peringatan kemerdekaan Indonesia di tahun ini melibatkan perwakilan guru SDIT, SMPIT dan SMAIT INSANTAMA Bogor serta muadib/ah, serta staf Yayasan Insantama Cendekia. Sebagai petugas pelaksana upacara dipercayakan kepada guru dan muadib SIT Insantama Bogor.
Dalam amanahnya, Ketua Yayasan Insantama Cendekia, Ustadz H. Muhammad Ismail Yusanto, M.M, mengatakan “Dalam suasana peringatan 75 Tahun Kemerdekaan Indonesia tahun 2020 ini, saya menangkap, kemerdekaan yang kita rasakan sekarang terbagi atas tiga level. Level Pertama: Kemerdekaan secara fisik dan militer. Level Kedua: Kemerdekaan ekonomi, politik dan hukum. Level Ketiga: Kemerdekaan Hakiki”.
“Di level pertama kemerdekaan fisik dan militer, kemerdekaan di bidang ini telah kita nikmati bersama-sama” kata Ustadz Ismail.
“Kemerdekaan level kedua adalah kemerdekaan di bidang ekonomi, politik, dan hukum serta bagian lainnya. Kita belum mampu betul-betul menikmati kemerdekaan di bidang ini. Secara ekonomi kita belum menikmati kemakmuran. Begitu juga di bagian hukum, produk hukum masih mengambil dari hukum yang dikeluarkan oleh penjajah Belanda, demikian pula halnya di bidang politik,” ujar Ustadz Ismail.
Ustadz Ismail Yusanto menambahkan, “Level ketiga adalah kemerdekaan hakiki. Level kemerdekaan tertinggi. Kenapa kemerdekaan hakiki? Karena kita diciptakan oleh Allah SWT. Tidak ada satu pun pihak atau manusia yang ada di alam semesta ini yang layak diibadahi, yang layak untuk ditunduki. Tiada yang layak untuk diperhambai kecuali Sang Maha Pencipta: Allah SWT. Segala hal yang membuat kita tunduk selain kepada Allah di dalam masalah-masalah yang dihadapi akan menyebabkan kita jauh dari kemerdekaan hakiki. Patuh kepada selain Allah SWT akan membuat kita menjauh dari kemerdekaan hakiki yang telah diberikan oleh Allah SWT.”
“Kemerdekaan hakiki harus kita wujudkan, kalau kemerdekaan hakiki tidak diwujudkan maka penjajahan di level yang kedua dan level pertama masih akan terus berlangsung. Hal ini bukan hanya untuk kepentingan pribadi, ataupun untuk satu bangsa tapi untuk kepentingan seluruh ummat manusia. Karena selama manusia itu tunduk kepada selain Allah SWT maka yang akan terjadi adalah eksploitasi manusia atas manusia lain. Hal ini akan terjadi di semua bidang, baik ekonomi, sosial, dan budaya serta hukum dan hal-hal lainnya. Jika ekploitasi itu terus – menerus berlangsung maka yang akan terjadi adalah ketidakadilan. Muncullah penderitaan, kesengsaraan, dan perang sampai kebinasaan,” terang Ustadz Ismail.
“Karena itu, sesungguhnya ini adalah tanggung jawab atau misi yang sangat agung atau besar. Sebuah misi yang ditempatkan di pundak kita, di pundak generasi siswa-siswi SIT Insantama. Antum adalah generasi-generasi muda Islam yang di pundak antum semua terletak sebuah misi sesuai yang disampaikan oleh Ubay bin Amir,” tegas Ustadz Ismail.
Ustadz Ismail dengan sangat tegas mengatakan bahwa Antum semua sekarang sedang menjalani sebuah proses pendidikan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu menghantarkan kita semua untuk meraih penuntasan visi-misi penciptaan manusia. Apa visi-misi penciptaan manusia? Manusia diciptakan sebagai Abdullah dan sebagai khalifatullah. Sebagai Abdullah, kita diciptakan untuk selalu beribadah dan taat kepadaNya. Sedangkan sebagai khalifatullah, kita diperintah untuk memakmurkan bumi dalam rangka ibadah tersebut.
Untuk mewujudkan kemakmuran seharusnya seluruh manusia tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Ketundukan itu harus dilakukan dengan sepenuh hati yaitu dengan mewujudkan taqwa dalam seluruh aspek kehidupan kita. Ketaqwan akan menghantarkan kita pada kebaikan.
Penting untuk memastikan, bahwa diri kita adalah seorang manusia yang betul-betul tunduk atau bertaqwa kepada Allah SWT. Begitu juga bagi yang sudah berkeluarga, Bapak-Ibu Guru dan seluruh karyawan Insantama, pastikan seluruh komponen keluarga kita adalah orang-orang yang bertaqwa. Supaya keluarga yang kita bina penuh dengan keberkahan. Begitu juga dengan lembaga kita, SIT Insantama menjadi sebuah lembaga yang didalamnya tergabung orang-orang yang bertaqwa. Sehingga seluruh kegiatan yang dilakukan berdasarkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Puncaknya kita juga berharap akan terwujudnya bangsa dan negara bahkan dunia yang bertaqwa. Karena dengan ketaqwaan itulah akan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
Oleh karena itu, sikap mengedepankan iman dan taqwa merupakan keharusan bagi kita, karena hanya dengan iman dan taqwa itulah, Allah SWT akan melimpahkan keberkahan kepada kita semuanya. Allah berfiman;
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS: Al-A’raf [7]: 96).
Momentum peringatan kemerdekaan ini menjadi wasilah bagi kita semua untuk terus meningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Karena Allah telah memberikan jaminan akan keberkahan bagi setiap individu dan kelompok manusia yang beriman dan bertaqwa.
Penulis: Ahdati Warman Piliang