Melepaskan kesempatan mengikuti SNMPTN dan memilih berjuang di jalur lain untuk mengejar pendidikan tinggi, tentu bukan pilihan mudah. Serasa menyia-nyiakan kesempatan yang tak dimiliki setiap siswa SMA. Tetapi inilah yang dipilih oleh beberapa siswa SMAIT Insantama. Adalah Ghozyudin Fawaz (Angkatan 5), Salman Al Farisy, Kamila Rahma Azizah, Naufal Alif Sutendar, dan Adam Fathul Qadar (Angkatan 6) menjadi sebagian siswa yang bersedia mengorbankan jalur SNMPTN demi mengejar mimpi menuntut ilmu ke luar negeri.

Mesir, menjadi salah satu negara yang mempunyai daya tarik tersendiri untuk menjadi destinasi para pencari ilmu. Tempat lahirnya ulama-ulama kharismatik Islam yang terkenal dari masa ke masa hingga saat ini. Salah satu siswa yang alhamdulillah diterima di Universitas Al Azhar tahun ini adalah Adam Fathul Qadar.

“Sebenarnya sejak awal SMA ana sudah memutuskan ingin memperdalam ilmu dinniyah, menjadi muslim yang jago berbahasa Arab dan faqih fiddin. Jadi sejak awal memang sudah banyak berdiskusi dengan Ustadz Anas dan ustadz yang lain”, ujar siswa yang telah dibina 12 tahun di Insantama ini.

Sekalipun bercita-cita menguasai bahasa Arab, Adam tidak pernah terpikir untuk mengambil kuliah di UIN atau Universitas negeri lain di Indonesia seperti UI atau UGM yang mempunyai jurusan-jurusan bahasa Arab. Hal ini karena dinilai tetap tidak akan bisa memenuhi apa yang menjadi targetan ilmu yang ingin dicapai. Akhirnya atas rekomendasi para ustadz, Adam awalnya memutuskan untuk menuntut ilmu di LIPIA atau di ma’had.

“Sederhana sih alasannya. Tadinya berencana pagi sampai siang belajar di LIPIA, sore bantu abi di toko, dan malam masih bisa ngabdi jadi muaddib di Insantama. Apalagi kalau tetap di sini dakwah juga lebih mudah”, kata Adam di sela waktunya menyiapkan keberangkatan ke Mesir.

“Baru pas setelah UN, ummi minta ana secara khusus untuk melanjutkan studi sekalian ke Al Azhar saja jika memang serius belajar agama. Karena Mesir dengan Al Azhar-nya menjadi brand tersendiri sebagai tempat menuntut ilmu agama yang terpercaya. Ya sudah menurut saja,” lanjut putra kedua dari lima bersaudara ini.

Akhirnya baru setelah UN itu selama 12 hari Adam bersama teman-teman yang lain mengikuti salah satu bimbingan belajar khusus persiapan masuk al Azhar di Serang, dan mengikuti ujian masuk Al Azhar lewat jalur Depag, Kementrian Agama.

“Ujiannya lisan dan tulisan. Alhamdulillah dari sekitar 6000 yang mengikuti tes, Adam bisa lulus. Untuk adik-adik yang ingin menuntut ilmu juga di al Azhar selulus SMA, sarannya setelah UN daftar saja belajar di bimbingan belajar yang memang menyediakan program khusus persiapan masuk al Azhar. Karena di sana selain belajar kaidah bahasa arab, juga dilakukan drilling latihan soal-soal ujian masuk yang biasa keluar. Sebelum itu fokus saja mengikuti pembinaan di Insantama. Insyaallah dengan bekal pembinaan di Insantama selama ini, belajar 12 hari drilling mampu mengantarkan adik-adik lulus ujian masuk al Azhar. Insyaallah al Azhar layak dipilih bukan hanya tentang peluang mempelajari islam di salah satu pusat peradabannya, tetapi juga karena biaya hidup disana relatif lebih murah. Jangan lupa untuk tetap berjamaah dan berdakwah di sana sekalipun secara politik pergerakan lebih sulit”, tuntas Adam selalu dengan senyumnya yang khas.