REPORTASE KHAS
LKMA 2018 ‘ADVANCE TO NEW ZEALAND’
Ahad-Senin, 4-12 November 2018
Day 3
Rabu, 7 November 2018
Still in Wellington!
Dini hari pukul 03.30 di Wellington. Mentari belum mulai menyapa, langit saja masih pekat. Burung-burung masih asyik bersungkur di sarangnya. Dinginnya suhu menusuk hingga ke bagian dalam tubuh. Ya, sangat dingin. Sekitar 13 derajat celsius. Kami tetap mandi karena airnya tidak sedingin suhu.
Waktu terus berjalan hingga pada pukul 04.00 tepat, delegasi bersiap untuk bertempur di hari ini. We’re ready for today’s performance!
Sambil menunggu adzan shubuh, tak lupa kami menikmati teh dan bubur yang dihangatkan. Apalagi kalau bukan bubur kimbo! Di suhu sedingin ini sangat nikmat untuk mengonsumsi yang hangat-hangat. Alhamdulillah kami masih diberi kesempatan untuk menyantap sarapan di pagi hari ini.
Pukul setengah lima pagi, adzan memanggil kami untuk menunaikan sholat shubuh berjamaah di Masjid Kilbirnie. For the reminder, delegasi diberikan kesempatan untuk menginap selama 2 malam di Wellington Islamic Centre. Alhamdulillah, nashrullah tak henti-hentinya datang pada kami.
Sejam setelah adzan shubuh, delegasi sudah siap sedia melanjutkan petualangan khas Insantama di negeri inu. Setiap kegiatan yang kami lakukan tak lupa diiringi dengan sarapan rohani: sholat dhuha serta membaca quran. Lelah, pasti. Capek, tentu saja.Tapi hal itu tidak menghambat kami dalam melakukan ibadah sunnah sebagai bentuk taqarrub kepada Allah. Insya Allah, walau berat awalnya, perlahan-lahan kami akan terbiasa.
Pukul 07.15 delegasi sudah siap duduk rapi untuk melaksanakan evaluasi dan briefing pagi bersama tim pembina. Banyak masukan dari evaluasi kemarin dan penjelasan teknis untuk kegiatan hari ini. Seharusnya hari ini kami semua akan berkunjung ke Ministry of Primery Industries, tapi karena siswa yang bisa diterima hanya 16 orang, maka sebagian besar dari kami diputuskan untuk kembali mengunjungi museum Te Pa Pa. Bukan untuk kembali masuk mengunjungi museum, melainkan untuk melakukan gladi bersih (untuk performance untuk hari Jumat nanti) di kawasan Museum Te Papa.
Pukul 07.45 briefing pun selesai, dilanjutkan dengan pergantian CoD. CoD yang bertugas hari ini yaitu Abdillah Ahmad (ikhwan) dan Aliya Nurul (akhwat). Tepat pukul 09.00 bis yang kami tunggu pun datang. Perjalanan yang cukup lama membuat beberapa dari kami ada yang tertidur pulas.
Di sekitar kami pemandangan mulai berubah. Bukan hanya rumah-rumah, melainkan bukit yang tinggi, pepohonan hijau, serta langit biru yang sangat indah. Ternyata sudah dekat dengan tempat tujuan kami. Jam 09.30 sampailah kami di Mount Victoria Lookout, tempat tertinggi di Wellington. Di sini kami bisa melihat indahnya kota Wellington. Sejauh mata memandang terlihat jelas bentangan hijaunya rumput, lautan biru yang luas dan langit yang sangat memanjakan mata. Misi kami di sini adalah ‘menancapkan’ bendera sebagai tanda kami telah berhasil ‘menaklukkan’ New Zealand dengan izin dan pertolongan Allah. Tak lupa untuk mengabadikan foto angkatan serta video persembahan untuk menyemangati adik kelas tercinta.
Tak terasa kini pukul 11.30, kami harus segera melanjutkan kegiatan berikutnya, meski rasanya ingin terus bersama keindahan ini. Orang-orang yang terpilih untuk audiensi, presentasi dan diskusi di Ministry Primery Industries bergegas menuju Van, sedangkan bis melaju dengan cepat menembus jalanan kota Wellington.
Pukul 12.30 tibalah kami di taman depan Museum Te Papa. Sinar matahari cukup menyilaukan berpadu angin yang bertiup super kencang. Alhamdulillah, sesuai hasil survey, jaket yg kami kenakan cukup kuat menahan gempuran angin dingin menusuk tulang ini. Maklum anginnya langsung datang dari kutub selatan. Jaket kami juga bisa melindungi akhwat agar tidak terbentuk siluet tubuh karena kencangnya angin. Alhamdulillah.
Kali ini delegasi ditantang untuk melakukan gladi bersih di Taman Te Papa, sebuah taman yang luas yang langsung berhadapan dengan tepi laut dan angin yg super kencang. Hadapi atau hindari? Pastinya kami akan hadapi. Diawali dengan angklung yang membawakan lagu ‘God New Zealand’, berganti lagu daerah ‘Rayuan Pulau Kelapa’. Riuh tepuk tangan para penonton semakin memeriahkan suasana. Penonton pun kami ajak untuk menyaksikan tampilan kami yg lebih lengkap di dalam Museum Te Papa. Lho? Tenang, nanti kami ceritakan. 😊
Di saat yang sama, tim yang berangkat ke Ministry Primery Industries pun tiba di tujuan. Kami disambut hangat dan dibantu oleh Bu Ade yang menjabat sebagai Atase PenSosBud di KBRI. Kami menunggu sejenak di ruang tunggu dengan memakai nametag visitor. Tak lama kemudian, sesosok pria menghampiri kami. Ia membawa kami ke ruangan tempat diskusi akan dilaksanakan. Sepanjang jalan para karyawan menyapa kami begitu ramah. Ruangan yang nyaman berpadu oleh jendela menyuguhkan suasana jalanan, bahkan terdapat suguhan minum sungguhan. Hehehe…
Kembali ke performance di Te Papa. Ternyata saat tim melobby pihak museum agar diizinkan untuk menggelar tampilan budaya di area publik halaman belakang museum, kami malah dipersilakan untuk menggelar pertunjukan di dalam gedung, persisnya di depan pintu masuk museum. Kami menyambut baik tantangan ini. Udara yang masih segar membuat semangat kami tak pupus. Keberadaan kami cukup menarik perhatian para pengunjung lain. Abiy dan Tubagus memainkan perannya, mengajak mereka untuk mendekat. Wah rupanya mereka sangat antusias menyambut ajakan tersebut. Penampilan diawali oleh angklung performance yang membawakan lagu ‘God Defend New Zealand’ oleh Hilya dan Tubagus beserta tim.
Begitu gagah kedua belas orang tersebut menggerakkan tari saman dengan balutan syal batik khas Bima. Berlanjut ke sesi angklung sebagai penutup, memainkan lagu yang berbeda, yaitu ‘Rayuan Pulau Kelapa’. Tepukan tangan mengudara di langit-langit gedung usai kami tampil. Setelah itu, kami mengajak mereka untuk memainkan angklung bersama. Mereka pun boleh membawa pulang angklung dan totopong sebagai bentuk kenang-kenangan dari kami. Betapa senangnya mereka mendapatkanya dan betapa bahagia kami melihatnya.
Beralih ke diskusi seru yang sedang terjadi di Ministry of Primery Industries. Ternyata pria yang tadi menyambut kami bernama Dr. Steffen Bertram, seorang Policy Analyst, Trade Policy of New Zealand Primary Industries. Beliau menjabarkan tentang agriculture di New Zealand, mulai dari keamanannya, produksinya, dan lain-lain. Kami pun bertanya berbagai hal kepada beliau. Diawali oleh Imtihani yang bertanya, “I heard that New Zealand use technology in agriculture such as spreading a seeds with helicopter is it true cause indonesia still use manual tech for agriculture is it affected for increase country agriculture.”
“Yes of course we use tech for developing our country up,” Said Mr. Steffen.
Selain itu ada juga pertanyaan dari Fakhrii, “Indonesia and New Zealand have a same length of soil but how to make indonesia is grow or develop in agriculture like New Zealand?”
Dan dijawab oleh Mr. Steffen, “We just optimize our county leading sector and our natural research.”
Pukul 13.30, sesi diskusi harus segera diakhiri karena waktu yang terbatas. Kami menyerahkan angklung dan totopong kepada Mr. Steffen sebagai rasa terima kasih atas ilmu yang telah beliau bagikan. Beliau terlihat antusias dan senang atas pemberian unik ini. Alhamdulillah.
Di sisi lain kami di Museum Te Papa kembali berbaris rapi dan bergegas menuju taman teater belakang museum. Terdapat bangku yang nampak seperti tribun, delegasi pun segera mengambil posisi duduk sambil menunggu teman kami tercinta, siapa lagi kalau bukan Dinda dan Bu Anita. Yap, Dinda memang baru semalam mendapat visa. Alhamdulillah… Berkat izin Allah akhirnya kami bisa berkumpul bersama. Suasana haru melingkupi hati kami, mengucap syukur dan melepas kerinduan atas teman kami yang satu ini. Mungkin ini adalah salah satu tempat yang akan menjadi saksi bisu bahwa kami berhasil menaklukkan New Zealand. Langkah kami berat meninggalkan sepenggal kisah di sini. Bye, Te Papa!
Tim melanjutkan perjalanan ke Victoria University. Jadwal padat. Tak ada waktu yg dibiarkan kosong. Ini latihan, studi bukan tur! 😊
Langit sepertinya amat ceria, tak henti mentari menyinari dan angin berhembus semakin kencang seolah tak mau kalah dengan semangat delegasi yang membara. Pantai pasir putih yang bersih dan debur ombak yang menenangkan menjadi pemandangan indah. Sesampainya di Victoria University, kami disambut hangat oleh Kak Wan (begitu kami biasa memanggilnya). Beliau adalah pengurus PPI di Victoria University.
Alhamdulillah, kami pun dibawa masuk ke lecture hall untuk mendengarkan paparan tentang profil kampus dan posisi kampus sebagai pusat unggulan negeri ini. Dr. James dari International Student Affair Victoria University menjadi narasumber kami. Forum terus berlanjut.
Kini saatnya kami menunjukkan kebanggaan kami. Seperti biasa, alunan nada ‘God Defend New Zealand’ terdengar indah di ruangan itu, mengundang decak kagum pihak Victoria University. Kemudian penayangan short movie LKMA 2017 dan mulailah presentasi LKMA 2018 oleh Nadira Aribah, Ariefta, Maryam, dan Affifah.Tepuk tangan kembali mengisi langit ruangan yang menandakan selesainya audiensi. ‘Wonderful performances’ kata Dr. James. Kini kami diajak untuk tour kampus bersama beberapa mahasiswa internasional.
Saatnya kami pulang ke Masjid Kilbirnie. Kami diberikan waktu untuk istirahat sejenak sebelum sesi sharing dengan PPI Victoria University yang diwakili oleh Kak Wan. Kesempatan yang sangat sayang bila dilewatkan. Lelah memang, namun delegasi masih bersemangat mengajukan pertanyaan demi pertanyaan dan dijawab dengan jawaban santai namun berarti. Adzan maghrib berkumandang, forum segera diselesaikan.
Jam menunjukkan pukul 20.30 saat bintang telah setia menemani bulan dalam gelapnya malam, delegasi mendapat wejangan dari Syekh Tahir Nawaz, Presiden The International Muslim Assosiation of New Zealand di Masjid Kilbirnie. Beliau sangat mengapresiasi kami dan kegiatan LKMA ini. ‘We have found the students very well behave, with the good adab, you will be good leaders in the future, insya Allah.’
Malam hari menjelang tidur, kami menyantap kebab lamb ala New Zealand yang ukurannya sangat jumbo. Ditemani suguhan makanan ringan dan orange juice. Lengkap sudah. Perut kami terisi penuh. Alhamdulillah… Berkah, berkah, berkah.
Sudah waktunya tidur! Eitts… tak boleh tidur sebelum koper dan tas kami siap angkut, karena esok hari kami akan melanjutkan perjalanan menuju Kota Palmestorn North.
Begitulah perjalanan hari ini. Lelah dan menyenangkan campur aduk menjadi satu. Tapi satu hal yang amat penting, bahwa saat menebar kebaikan, begitu banyak keberkahan yang kami rasakan. Tanda kasih dari Sang Pemberi Rizki bagi hamba-hamba yang senantiasa menebar kebaikan. Masyaa Allah…
Maka, jangan pernah berhenti untuk menebar kebaikan dimanapun dan kapanpun kita berada. Allahu Akbar!
Reported by Nabilah Nur, Salwa, Ilmi, Dinda