“Ada seorang nenek melakukan upaya rescue dengan cara menendang cucunya yang sudah dalam kondisi darurat di tengah rel kereta api, karena beberapa menit kemudian kereta api akan lewat dan melindas apa saja yang ada di sekitaran rel tersebut, bisa jadi ini akan menimbulkan 2 persepsi bagi orang yang sekilas saja menyaksikan hal ini. Pertama, bisa jadi tindakan sang nenek dianggap sebagai tindakan kekerasan. Yang kedua, tindakan sang nenek adalah sebuah aksi sigap penyelamatan terhadap cucu tercinta”. Bu Waddah Arrahmani memecah keheningan, saat beliau didaulat menjadi pembina upacara SMPIT Insantama (Senin, 24/10/22).
“Hal yang sama bisa pula terjadi, ketika seorang guru bertindak tegas kepada siswa. Tak jarang, sikap tegas guru tidak disukai siswa. Padahal itu merupakan tindakan penyelamatan, justru sebagai bukti kasih sayang seorang guru kepada siswanya saat siswa melanggar tata tertib dan aturan”. Urai Bu Waddah.
“Yakinlah nak, bahwa semua guru di SMPIT Insantama ini mendidik antum dengan kasih sayang, agar tidak hanya antum akan tetapi kita semua bisa selamat tak hanya di dunia bahkan hingga akhirat”. Bu Waddah mencoba meyakinkan para siswa yang terdiri dari 15 kelas tersebut, 6 kelas akhwat ditambah 9 kelas ikhwan.
Tampil sebagai petugas upacara adalah kelas 9A, sebuah kelas ikhwan yang merupakan miniatur Indonesia. Siswanya berasal dari berbagai daerah, diantaranya mulai dari ibu kota Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, hingga Maluku.
Wejangan Bu Waddah yang mengajar mata pelajaran fiqh untuk kelas 9 ini, semakin menyadarkan kepada siapa pun yang menyimak dengan baik akan 2 hal: Pertama, betapa persepsi seseorang -dalam hal ini, siswa- sangat berpengaruh terhadap tingkah-lakunya. Kedua, hendaknya seorang muslim -dalam hal ini siswa- mengedepankan sikap husnudzan kepada gurunya.
Demikian pula dengan ketegasan seorang guru terhadap siswanya, dia tidak perlu disikapi dengan su’udzan tetapi sikapilah dengan check and recheck terlebih dahulu serta iringilah dengan husnudzan.
Agar KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) menjadi berkah adanya, sebagaimana tindakan penyelamatan seorang nenek terhadap cucunya di tengah rel kereta api tadi. Bila lengah beberapa menit saja, sang cucu pun tergilas roda besi kereta api. Guru pun demikian, ketegasannya secara makruf tentunya (bukan tindakan kekerasan) tentu diperlukan untuk tindakan penyelamatan. Menyelamatkan agar para siswa tercinta tak keluar dari rel syari’ah, berharap semua siswa hidupnya pun bertambah berkah, se-Insantama se-surga. Insyaa Allah, aamiin …
… وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
… dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran …
(QS. Al ‘Ashr: 3).[]