Kajian Tafsir Pendidikan; Kedudukan dan Keistimewaan Orang Berilmu
Penulis: Mila Sari
Ramadan adalah bulan amal, bulan berkah dan bulan perjuangan. Karena di dalamnya ada ganjaran pahala yang berlipat-lipat saat kita mengerjakan kebaikan dan ampunan serta kasih sayang Allah Swt. Oleh karenanya, sudah seharusnya kita berjuang menjemput berkah dan ampunan Allah Swt dengan mengerjakan hal-hal yang bermanfaat, hingga Ramadan kita menjadi Ramadan yang produktif. Santri IBS dari SMAIT Insantama menyemarakkan Ramadan dengan melaksanakan kajian sepekan 3 kali; Senin, Rabu dan Jum’at.
Rabu, 06 April 2022, adalah hari kedua dilangsungkannya Kajian Ramadan di masjid pendidikan Insantama. Tepat pukul 07 30 WIB, agenda ini dimulai dengan formasi terpisah, santri ikhwan duduk di shaf bagian depan, sedang santri akhwat duduk di shaf bagian belakang. Dengan arahan serta kontrol dari para guru dan para muaddib/ah, semua berjalan lancar dan tertib.
Adapun yang menjadi pemateri pada kesempatan kali ini adalah ustadz Dr. Muhammad Rahmat Kurnia, M.Si, beliau membahas seputar tafsir pendidikan terkait betapa pentingnya kedudukan dan keistimewaan orang-orang yang berilmu di hadapan Allah Swt.
“Ananda sekalian, ulul albab itu adalah orang yang punya hati dan pikiran yang selalu ingat Allah Swt, karena tidak akan sama orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu sekalipun fitrah manusia tentang pentingnya memiliki ilmu itu sama. Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah Swt mendapatkan kebaikan, maka Allah Swt. akan fakihkan orang itu terhadap agama.” Tutur beliau dengan komunikatif menjelaskan kedudukan orang-orang yang berilmu.
Beliau juga menyampaikan, bahwa ilmu ada dalam pemahaman beragama dan tidak akan beroleh ilmu seseorang yang tidak Allah Swt pahamkan ia akan pemahaman agama. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Allah Swt lewat firman-Nya QS Al-Mujadalah: 11
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ. خَبِيْرٌ – ١١
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”
“Anak-anak yang dirahmati Allah Swt, itulah salah satu keutamaan dan kedudukan orang-orang yang berilmu yang Allah Swt terangkan dalam salah satu ayat-Nya.” Tutur beliau dengan gesture yang penuh semangat
Ilmu yang bermanfaat, akan mengalir sampai ke akhirat (al-hadits). Hal ini diterangkan dalam sebuah hadits yang menyatakan bahwa semua amal anak Adam saat meninggal dunia akan terputus, kecuali tiga hal. Yaitu ilmu yang bermanfaat, pahala jariyah dan anak yang shalih-shalihah yang selalu mendo’akan kedua orang tuanya.
Orang yang mencari ilmu, maka akan Allah Swt mudahkan padanya jalan menuju surga (Al-hadits), dido’akan ikan-ikan di laut dan juga laksana bulan purnama yang bersinar terang.
Permisalan orang yang berilmu dan bermanfaat, hingga ia mengamalkan dan mengajarkan kepada yang lain; Ilmu yang bermanfaat laksana hujan yang jatuh ke bumi, di tangkap oleh tangan dan menyuburkan tanah dan mengeluarkan rerumputan, pepohonan serta buah-buah yang banyak. Dan ada pula golongan yang lain yang tidak menampung air dan membiarkan begitu saja hingga tiada yang tersisa.
Ada beberapa sikap manusia terhadap ilmu, diantaranya: (1). Menuntut ilmu, mengamalkan dan mengajarkan, (2). Menuntut ilmu, mengamalkan seadanya, (3). Menuntut ilmu dan tidak mengamalkan, (4). Tidak menuntut ilmu
Permisalan ilmu yang tidak diamalkan laksana punya tabungan tapi tidak dinafkahkan di jalan Allah SWT, maka sia-sia.
Sahal bin Abdullah berkata: Ilmu itu semuanya sampai dunia dan amal akan sampai kepada alam akhirat. Karakteristik orang yang berilmu, ilmu diujudkan dalam perbuatan dan ciri penting orang yang berilmu takut kepada Allah Swt. Cara agar rendah hati sadari agar kita tetap ingin dicintai oleh Allah Swt, ketahuilah bahwa ilmu yang kita miliki itu hanya sedikit, maka amalkan ilmu agar amal kita tetap sesuai koridor syara’.
Semoga dengan tema kajian Ramadan kali ini, para santri SMAIT Insantama semakin cinta akan ilmu dan senantiasa meujudkannya dalam pengamalan kehidupan, sehingga kepribadian Islam di dalam diri makin kuat terpatri.[]