Remaja kekinian, asyiknya menikmati trend yang membuatnya lebih bahagia. Lantaran anak muda ini hidup di zaman milenial, penuh dengan perkembangan teknologi dan informasi.
Info yang masuk seperti masalah pergaulan dan gaya, mereka tak ingin ketinggalan. Dikejar zaman. Mengikuti arus, menjadi remaja trendy. Segala kemungkinan dapat dilakukan, namun ada syaratnya sebagai muslim yaitu valuenya harus tetap Islam. Bisakah remaja ini trendy, happy tetapi tetap syar’i? Inilah yang menjadi pertanyaan remaja sekarang.
Mereka tak banyak berpikir tetapi langsung bergaya trendy, menyesuaikan warna anak muda dengan gejolak jiwa membuncah.
Berbagai persepsi mengenai trendy, namun berupaya syar’i, dan tetap happy dilontarkan oleh anak muda, disampaikan secara acak pada siswa SMAIT Insantama dalam sebuah tayangan video. Mereka harus paham dulu tentang hal kekinian, bila ada pemahaman yang tidak sesuai maka kami meluruskannya. Inilah kegiatan talkshow BK bersama Ustadz Cahyo Ahmad Irsyad dari Yuk Ngaji, yang tak asing lagi di kalangan muda gaul yang tetap ingin syar’i. Selasa, (13/09/2022) di MPI.
“Ada satu yang tak pernah berubah, dari dulu semenjak manusia pertama zaman Nabi Adam sampai manusia terakhir, pasti ingin happy, betul?” ungkap Ust Cahyo di hadapan seluruh siswa.
Agar bahagia menurut beliau harus tahu definisi bahagia itu apa? Sehingga trendy itu akan mengikuti standar bahagia.
Menurut beliau saat ini orang memperhatikan penampilan fisik sebagai standar kebahagiaan, selain itu kekayaan dan popularitas menjadi sorotan. Mereka juga rela memoles wajahnya. Demi kehidupan yang trendy.
Manusia dipengaruhi oleh pola pikir, ungkap beliau, itulah prinsip. Di atasnya ada syariat. Prinsipnya harus tetap kokoh. Valuenya harus tetap Islam. Kemasannya boleh berbeda, menyesuaikan keadaan. Jadi sekalipun trendy dia tetap syar’i sekaligus menjadi happy. Sebagaimana keseharian silakan jadi konten kreator, eksis sesuai dengan trend tetapi valuenya harus tetap Islam, tidak boleh yang lain, harap Ust Cahyo.
Sebagai contoh penggunaan sosmed menurut beliau, seperti pisau. Bisa membunuh orang bisa juga bermanfaat untuk syiar Islam. Bila tidak digunakan untuk dakwah, seperti halnya konten youtube banyak yang buruk. Ikut trendy boleh, tetapi tetap syari, dan valuenya tetap, yaitu Islam.
Alat-alat itu berubah, trend sekarang pakai gadget. Tidak pakai koran/buletin lagi. Sekarang trendnya sudah berubah. Dari sanalah muncul berbagai gaya, bahasa, dan trend kekinian. Ikuti saja yang terjadi, namun valuenya harus tetap Islam. Lagi-lagi beliau menekankan valuenya harus Islam. Jadi bagaimanapun kondisi zaman yang menyeret pada trend kekinian, remaja tetap bisa trendy, syar’i dan tetap happy.[]