Doa dan Dzikir Bersama Hadapi USBN dan UNBK

-

Seluruh siswa, guru dan muaddib SMAIT Insantama beserta beberapa orang tua siswa kelas XII melakukan doa dan dzikir bersama untuk kesuksesan USBN dan UNBK siswa kelas XII, Jum’at (16/3).

Acara dimulai pukul 13.00 WIB dengan shalawat bersama, yang dipimpin oleh beberapa siswa kelas sepuluh.

“Kita hadir di sini dalam rangka doa bersama, oleh karena itu, kita harus menjadikan acara ini bersuasana khusyu. Acara ini dihadiri oleh adik-adik kelas kalian (kelas 10 dan 11, red) bukan dalam rangka meramaikan acara, namun karena kalian membutuhkan doa mereka juga,” kata Kepala Sekolah SMAIT Insantama Ustadz S.M. Pertiwiguno.

Acara dilanjutkan dengan tampilan slide yang menampilkan kata-kata motivasi dari para guru SMAIT. Kemudian sambutan kedua dibawakan oleh perwakilan Yayasan Insantama Cendikia Ustadz Adi Maretnas.  Ia berpesan kepada murid-muridnya untuk melupakan nilai try out yang lalu, dan mempersiapkan diri untuk UNBK ke depan.

Setelah selingan, acara disambung dengan motivasi dari motivator dan penulis buku Jamil Az-Zaini. Ia mengingatkan kepada siswa-siswi yang hadir agar jangan pernah menyerah dalam menghadapi ujian, karena dalam setiap kesulitan, pasti terdapat kemudahan.

Setelah itu, acara berlanjut dengan pembacaan puisi yang dipersembahkan untuk siswa kelas 12 oleh adik-adik kelasnya. Menambah suasana sedih ke dalam acara, mengingat ini adalah masa-masa akhir bagi kelas 12 untuk bersama dengan adik kelas mereka.

Motivasi berikutnya dibawakan oleh Ketua OSIS SMAIT Insantama angkatan 6, Hanzalah As-Shiddiq. Tidak mau kalah dengan pembawa pidato sebelumnya, ia membawakan pidato motivasinya dengan semangatnya yang tinggi.

“Kita tidak boleh merasa diri kita adalah yang paling pintar, kenapa? Karena hal itu akan membuat kita terlena. Seperti Nokia, ketika mereka merasa produk mereka adalah yang paling hebat, maka perkembangan tidak akan berjalan. Sehingga mereka dilampaui oleh pesaing-pesaing lain yang terus berkembang. Kita harus menjadi orang yang merasa bodoh, bukan dalam artian tidak tahu apa-apa, melainkan perasaan bodoh yang akan membuat kita terpacu untuk belajar yang lebih tinggi,” ia berpesan.

Setelah menyampaikan pidatonya, Hanzalah meminta masing-masing ketua kelas 12 untuk menandatangani ikrar kesiapan untuk menghadapi ujian-ujian ke depan. Dilanjutkan dengan simbolisasi dukungan dari adik kelas kepada kakak kelas berupa penandatanganan ikrar diwakili oleh masing-masing ketua kelas.[]