Air Mata Penggugur Dosa dan yang Mengantarkan ke Syurga
Penulis: Mila Sari
Orang yang menghargai ilmu adalah orang yang cerdas, sebab mereka paham kalau adab itu lebih utama daripada ilmu. Itulah hal yang utama disampaikan oleh Buya Muhibuddin dalam tausiyahnya pada agenda Yaumil Muhasabah malam ini. Hal ini penting, agar kita semua menghargai orang yang lewat perantaraannya kita mendapatkan ilmu.
Alhamdulillah pada malam ini, Ahad/ 22 Mei 2022 agenda Yaumil Muhasabah kembali dilaksanakan. Tepatnya sebakda Maghrib, yaitu pukul 18.24 WIB. Seperti biasa, agenda ini dilaksanakan di Masjid Pendidikan Insantama lantai dua dan dihadiri oleh semua santri beserta para ustadz-ustadzah IBS (Islamic Boarding School) Insantama.
Pada kesempatan kali ini, beliau menyampaikan bahwa ada 10 macam air mata, di antaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, Air mata kasih sayang, kerinduan
Apabila Allah Swt menghendaki sebuah rumah tangga itu kebaikan, maka Allah masukkan ke dalam rumah tangga itu kasih sayang.
“Anak-anakku sekalian, air mata kasih sayang ini tidak hanya antara suami dan istri saja tapi terkadang tangisan kerinduan itu bisa saja dari ibu ke anak, ayah ke anak dan sebaliknya. Contohnya saja, ketika kalian boarding ke Insantama dari daerah yang jauh dari Bogor, maka sering kali orang tua kalian menangis melepas kalian karena sayang dan terkadang saat sudah lama tak bertemu sangat merasakan rindu hingga meneteskan air mata.” Jelas beliau.
Kedua, Air mata ketakutan yang didasarkan pada ilmu. Ketakutan kepada Allah Swt menjadikan kita semakin dekat kepada-Nya bukan sebaliknya
Sesungguhnya yang takut kepada Allah Swt adalah para ulama
“Tidak akan tersentuh api neraka, orang yang takut kepada Allah Swt anak-anak, dan itulah keutamaan karena takut dan rindu kepada Allah Swt.” Terang Buya memberi penjelasan
Yang Ketiga, tangisan karena cinta dan kerinduan
“Kita ini ga kenal Rasul nak, tapi kita bisa menangis karena begitu merindukannya!” terang Buya Muhib menjelaskan tangisan cinta dan kerinduan ini.
Kemudian yang keempat anak-anak, yaitu air mata kebahagiaan. Saking bahagianya membuat seseorang meneteskan air mata.
Berikutnya yang kelima adalah menangis karena tidak sanggup menahan sakit. Namun, bila kita sabar dan rida dengan keputusan Allah Swt, maka ia akan mendapat pahala dan surga
Yang keenam, tangisan kesedihan akan sesuatu yang biasanya sudah terjadi;
“Yang namanya sabar itu anak-anak, yaitu terjadi sejak pukulan pertama.!” Tambah beliau dalam penjelasannya.
Yang ketujuh, menangis karena berada pada posisi lemah dan tak bisa berbuat apa-apa, seperti saudara kaum muslimin kita yang terjajah, tertindas, terhina, keluarganya dibunuh dan ia tidak bisa berbuat apa-apa selain mengadu kepada Allah Swt.
Yang kedelapan, yaitu air mata buaya. Air mata yang menetes untuk menipu. Padahal dia mau menerkam tapi matanya berkaca-kaca. Menampakkan rasa sedih karena orang lain, bukan karena Allah Swt tapi karena manusia.
Kesembilan, tangisan sewa yaitu seseorang yang dibayar karena ada meninggal dunia. Ini terjadi jika ada umat Budha yang meninggal. Menangis karena dibayar untuk kesedihan orang lain, menangis untuk mencari keuntungan. Hal ini tidak boleh kita lakukan karena ini adalah perbuatan dusta, mengikuti agama orang lain dan tidak datang dari ketulusan
Kesepuluh, tangisan ikut-ikutan dan tidak jelas alasannya
Buya juga menjelaskan bahwa tidak semua tangisan itu yang dapat mengantarkan seseorang kepada syurga.
“Di antara kesepuluh tangisan itu, tidak semua yang dapat mengantarkan kita ke surga. Air mata buaya, tangisan yang jatuh karena dibayar dan ikut-ikutan tidak akan dapat mengantarkan orang ke surga dan tidak pula dapat menghapus dosa anak-anak. Karena tangisan itu tidak karena Allah Swt tapi karena manusia dan manfaat belaka.” Tutur beliau di penghujung materi yang beliau sampaikan
Semoga kita semua menjadi orang-orang yang senantiasa ikhlas beroleh rida Allah Swt agar masuk ke dalam golongan hamba-Nya yang beruntung … aamiin.[]